Ksatria Muda #9.

Sementara itu Bekel Ampaian yg telah tiba di Kotaraja Medang Kemulan langsung menghadap Prabhu Watu Menak Koncar, ia melaporkan apa yg telah terjadi di Kepaneon Cempogo.

Bahwa hanya dirinya sajalah yg dapat berhasil selamat dari kekejaman gerombolan Begal yg di pimpin oleh Brojo Lungguk, itu pun berkat pertolongan seseorang pertapa, yg ada disebuah hutan yg tidak terlalu jauh dari tempat kejadian.

Bekel Ampaian tidak menyebutkan bahwa yg telah menolong nya itu adalah bekas Panglima Raden Watu Giring, takurnya Prabhu Watu Menak Koncar malah akan menangkap nya.

Prabhu Watu Menak Koncar yg mendengarkan penuturan Bekel Ampaian ini menjadi murka di tambah lagi , ia seolah tengah di permalukan oleh sang Begal , dihadapan seluruh rakyat nya.

Wajah Prabhu Watu Menak Koncar merah padam , di perintahkan nya Raden Naruttala untuk segera meminmpin pasukan nya guna menumpas habis kawanan begal yg telah mencemarkan namanya.

Raden Naruttala adalah aeorang Senopati yg merupakan menantu dari Prabhu Watu Menak Koncar, ia telah diangkat sebagai panglima tertinggi Kerajaan Medang Kemulan menggantikan Panglima Lokantara yg telah tewas di medan laga saat penyerbuan ke Pakuwan Pemanggar beberapa waktu yg lalu.

Setelah mendapatkan mandat dari sang mertua, bernagkatlah Pasukan besar Kerajaan Medang Kemulan menuju.ke kepaneon Cempogo.

Dan sebagai penunjuk jalan nya adalah Bekel Ampaian .

Cukup besar pasukan yg di bawa oleh Panglima Raden Naruttala ini. Mereka memang ingin segera menghancurkan begal Brojo Lungguk.

Memang nama Begal Brojo Lungguk cukup membuat para pejabat di Kotaraja Medang Kemulan ini menjadi sangat ketakutan , dan ini telah terjadi dari zaman Prabhu Kreshna Yuda hingga saat ini.

Prabhu Watu Menak Koncar memang merasa seperti di tampar oleh apa yg telah di perbuat oleh Brojo Lungguk itu.

Dan ia sebenarnya merasa bahwa Sang menantu belum pantas untuk memegang jabatan sebagai Panglima Medang Kemulan dan tugas yg pertama ini cukup merasa berat.

Sementara itu di hutan yg dekat dengan Kepaneon Cempogo , Begal Brojo Lungguk tengah asyik dengan kemenangan yg telah mereka capai saat mampu mengalahkan para Prajurit Kerajaan Medang Kemulan.

Bahkan mereka telah berani dengan terang terangan masuk ke Cempogo guna merampok dan memperkosa para wanita yg ada di Cempogo itu.

Sang Panewu sampai pusing memikirkan nya. Ia sangat takut jika sesuatu yg buruk terjadi di ruamhnya, jika para begal tersebut datang ke kediaman nya, dan begitu ada berita bahwa akan datang pasukan yg besar dari Kotaraja Medang Kemulan ini.

Ketika para sesepuh Kepaneon Cempogo mengadakan sidang guna membahas masalah yg telah terjadi, mereka umumnya mengeluhkan keadaan yg menimpa Cempogo.

" Panewu, sudah seharusnya kita mengambil tindakan dan langkah -langkah yg tepat untuk mengatssi keadaan ini,"

Sebut salah seorang penasehat dari Cempogo itu. Dan ini pun di amini oleh Panewu Cempogo sendiri.

" Akan tetapi apa yg harus kita perbuat, karena kemampuan kita cukup terbatas, mungkin kita sebaiknya menunggu kedatangan dari Pasukan yg di kirim Kotaraja Medang Kemulan,.!" sahut Panewu Cempogo.

Walaupun sebenarnya mereka sudah tidak tahan lagi melihat apa yg telah terjadi di Cempogo itu.

Ketika mereka berusaha untuk melawan, maut lah yg mereka hadapi. Dengan kejam nya kawanan begal itu membunuh mereka yg berani mengahalangi mereka.

Sedangkan pasukan yg di pimpin oleh Panglima Raden Naruttala sampai di Cempogo setelah melakukan perjalanan selama empat hari.

Panewu Cempogo merasa sangat senang sekali menyambut kehadiran mereka. Sang Panewu berharap banyak pada pasukan yg datang ini.

" Panewu, dimanakah letaknya sarang Brojo Lungguk itu ,.?" tanya Panglima Naruttala kepada Panewu Cempogo.

Oleh Panewu Cempogo di sebutkan bahwa Brojo Lungguk membuat sarang nya dalam hutan yg tidak terlalu jauh dari Cempogo.

" Nanti salah seorang pengawal Cempogo akan menjadi penunjuk jalan ke sana ," ucap Panewu Cempogo.

\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_

Sementara itu di desa Lohsari sendiri , telah terjadi suatu pertemuan yg luar biasa antara Pangeran Dewangga Sena dengan Panglima Raden Watu Giring.

Di sebuah gubuk sawah , saat Sang Pangeran putra Prabhu Kreshna Yuda ini berjaga, datanglah Panglima Raden Watu Giring ke tempat itu.

Sebenarnya hati dari sang Panglima memang cukup berdebar debar ketika akan bertemu dengan orang yg ingin menemuinya itu.

Dan ketika mereka bertemu, adalah Pangeran Dewangga Sena yg merasa terkejut,..

" Hehhh,..paman Watu Giring,..apa kabar mu, Paman,..?" seru sang Pangeran.

Sedangkan Raden Watu Giring nampak sangat terkejut, ketika melihat ada seorang pemuda yg berwajah bagus, langsung menyapanya, Bekas Panglima dari Kerajaan Medang Kemulan ini segera membuka topi caping lebar nya, dan menatap lekat kepada Pangeran Dewangga Sena.

" Siapakah anakmas ini,..?" tanya nya balik.

Sesungguhnya Raden Watu Giring tidak kenal dengan pemuda yg ada di hadapan nya itu.

" Apakah Paman Watu Giring tidak mengenalku lagi,..?" tanya Pangeran Dewangga Sena.

Pangeran , Putra Mahkota ini memeluk tubuh Panglima Raden Watu Giring itu dengan keras seakan tidak ingin melepaskan nya.

" Paman , aku adalah Dewangga Sena , putra Ramanda Prabhu Kreshna Yuda," sebut Pangeran Dewangga Sena.

.

Ia sampai menitikkan air matanya.

" Hehhhhh,.."

Raden Watu Giring sangat terkejut, ia berusaha melepaskan pelukan dari Pangeran Dewangga Sena dan menatap wajahnya dengan cermat, seolah ingin memastikan apakah benar ucapan dari pemuda itu.

" Benarkah dirimu ini adalah Pangeran Dewangga Sena,..?" tanya Raden Watu Giring lagi.

" Benar , Paman, Aku adalah Dewangga Sena,.." ucap Pangeran Dewangga Sena lagi.

Ia pun segera mengajak Raden Watu Giring untuk duduk di gubuk itu. Mereka kemudian bercerita mengenai berbagai macam, dari saat mereka bersama sampai mereka berpisah.

" Sungguh, Paman, pada waktu Paman datang ke hutan tempat Dewangga Sena saat itu, ingin rasanya segera menemui mu, namun untuk menjaga kerahasiaan dan suatu keperluan , Aku tidak dapat menemui mu," ucap Pangeran Dewangga Sena.

Panglima Raden Watu Giring mendengarkan semua yg di tuturkan oleh Putra Prabhu Kreshna Yuda ini, ia seolah tidak percaya dapat bertemu kembali dengan Sang Pangeran.

" Sesungguhnya diriku merasa bahwa dirimu itu memang berada di hutan tersebut, sehingga Diriku tidak meninggalkan tempat itu sampai sekarang , Paman berharap dapat bertemu dengan mu lagi, Pangeran,.." sahut Raden Watu Giring.

Disaat sudah sangat lama, akhirnya mereka di pertemukan kembali dalam keadaan baik, meskipun kini sang Pangeran telah tumbuh menjadi dewasa , dan menjadi seorang Pemuda yg berwajah rupawan.

" Aku sangat senang sekali, anakmas Pangeran, dapat bertemu lagi dengan dirimu," ucap Raden Watu Giring.

" Demikian pula dengan diriku, Paman, karena banyak yg ingin Dewangga Sena tanyakan kepada mu,." balas Pangeran Dewangga Sena.

" Jika memang dirimu ingin bercerita lebih banyak, sebaiknya datanglah ke pondokan Paman, yg ada di dalam hutan itu,." ucap Raden Watu Giring.

" Nantilah Paman, setelah diriku mengatakan kepada Buyut Lohsari, agar beliau tidak akan kehilangan , dan untuk lebih baiknya Paman datanglah ke rumah Buyut Lohsari, agar tidak terjadi kesalah pahaman,.." jelas Pangeran Dewangga Sena.

Dan itu di setujui oleh Panglima Raden Watu Giring.Maka setelah keadaan bertambah sore , akhirnya kedua nya pun meninggalkan gubuk sawah itu secara bersama sama, mereka berdua menuju rumah Ki Buyut Lohsari.

Memang hati keduanya merasa sangat senang setelah pertemuan itu.

Menjelang senja , keduanya tiba di rumah Buyut Lohsari.

Di rumah tersebut mereka bertemu dengan Buyut Lohsari dan cucu nya Kintan Suri. Buyut Lohsari pun sangat terkejut, setelah kedatangan dari Raden Watu Giring itu.

Hatinya pun amat senang dengan pertemuan kedua orang itu.

Adalah Raden Watu Giring yg segera membisiki kepada Buyut Lohsari ini,.

" Tahukah ,Buyut, orang yg Buyut perintahkan untuk menjaga burung di sawah itu adalah seorang putra Mahkota Medang Kemulan,." ucap nya.

" Hahhh,.."

Buyut Lohsari sungguh terkejut mendengar penuturan dari Raden Watu Giring itu, ia tidak menyangka bahwa pemuda yg berwajah tampan ini adalah Pangeran Dewangga Sena yg merupakan Putra Mahkota dari Kerajaan Medang Kemulan di masa Prabhu Kresna Yuda.

Dan ia lah yg memiliki hak atas tahta Kerajaan Medang Kemulan ini.

" Benarkah hal itu, Raden,..!!?" tanya Buyut Lohsari heran.

" Ini memang benar , Buyut, dan jangan sampai bocor , karena dari yg Ku dengar , ada pasukan Kerajaan Medang Kemulan berada di Cempogo,..mereka akan menangkap Brojo Lungguk,." jelas Panglima Raden Watu Giring.

Buyut Lohsari kembali tercengang mendengar nya, sungguh ia tidak menyangka bahwa selama ini ia telah menghinakan seorang putra Mahkota Medang Kemulan, dengan menyuruh nya menjaga sawah.

Dalam hatinya merasa bersalah dengan apa yg telah di lakukan nya kepada sang Putra Mahkota ini. Ia bahkan sempat melirik kepada cucunya Kintan Suri, dalam hati nya berkata , tidak mungkin Si Suri dapat berjodoh dengan nya , sungguh hatinya pasti akan kecewa jika mengetahui akan hal ini.

Tetapi belum lamunan nya itu buyar , berkatalah Panglima Raden Watu Giring itu kepadanya,.

" Ki Buyut, anakmas Pangeran ini akan Ku bawa ke pondokan ku dalam beberapa hari , ada sesuatu yg ingin kami bicarakan, sehingga Aku harus datang kemari guna meminta izin kepadamu,." jelas nya.

" Tentu, tentu ,. Aku akan memperbolehkan dan diriku tidak memliki hak atas nya, karena memang hanya ingin mempertemukan nya dengan dirimu, " jawab Buyut Lohsari.

Pembicaraan kedua nya terhenti setelah kehadiran dari Kintan Suri membawakan makanan untuk tamunya itu.

Baik Pangeran Dewangga Sena maupun Raden Watu Giring segera menyantap hidangan tersebut.

Sebenarnya di hati Kintan Suri amat bersedih dengan kehadiran Raden Watu Giring di rumah nya itu. Karena kemungkinnanya Pemuda itu akan segera pergie dari rumahnya.

Dan memang, pada malam itu , Pangeran Dewangga Sena kemudian berangkat menuju ke pondokan dari Raden Watu Giring dan meninggalkan rumah Ki Buyut Lohsari.

Ketika keduanya telah pergi, Buyut Lohsari segera memanggil cucnya untuk datang mendekat.

" Suri,.. Eyang ingin bertanya sesuatu kepadamu,..!" ucap Buyut Lohsari.

" Apa itu , Eyang,..?" tanya Kintan Suri.

" Eyang ingin mengetahui bagaimana hubungan mu dengan Anakmas Angga itu,.?" tanya Buyut Lohsari pada cucunya.

Kintan Suri terdiam mendengar pertanyaan dari Eyang nya itu , ia tidak dapat menjawab pertanyaan itu.

Karena memang perasaan nya pada pemuda itu sangat sulit untuk di ungkap kan , namun yg jelas ia sudah sangat sulit untuk melupakan nya.

Di tambah lagi perasaan sayang yg sudah terllau dalam pada pemuda itu.

" Cucu ku, Suri,.. Eyang mau mengatakan suatu kebenaran kepadamu mengenai anakmas Angga ini,.." ucap Buyut Lohsari lagi.

" Apa itu Eyang,..apakah kakang Angga akan segera dijodohkan oleh paman nya dan segera meninggalkan desa Lohsari ini,..?" tanya Kintan Suri penasaran.

" Tidak,..kakang mu Angga ini bukan seorang pemuda seperti pemuda kebanyakan , ia adalah seorang Pangeran dan merupakan Putra mahkota dari Kerajaan Medang Kemulan ini,..jadi untuk itulah eyang bertanya kepada mu mengenai hubungan kalian berdua,.." jelas Buyut Lohsari.

Bagai di sambar petir , Kintan Suri mendengar ucapan dari Eyang nya itu, sungguh ia tidak menyangka bahwa selama ini telah bergaul dengan seorang pangeran yg memiliki hak atas tahta Kerajaan Medang Kemulan.

Hati gadis itu terasa sedih , ia yg telah membayangkan dapat hidup bersama dengan pemuda itu kini sirna lah harapan nya tersebut, di dalam hatinya tidak akan mungkin seorang bangsawan akan mau menerimanya menjadi seorang istri. Tentunya pemuda itu akan memilih seorang gadis yg juga seorang dari keturunan bangsawan pula.

Lama terdiam Kintan Suri, ia segera meninggalkan Eyang nya seorang diri dan masuk ke dalam biliknya , hati nya terasa hancur setelah mendengar penjelasan dari Eyang nya tersebut.

Di dalam biliknya ia menangis sesenggukan , ia tumpahkan kekecewaan hatinya seorang diri dalam bilik tersebut, sementara Buyut Lohsari membiarkan cucunya itu sendiri saja merenungi nasibnya sendiri.

ia tidak berusaha untuk menghibur nya, karena akan menambah luka hati gadis tersebut.

Sedangkan di pondokan Raden Watu Giring , Pangeran Dewangga Sena telah berbicara dengan sang Panglima perang Kerajaan Medang Kemulan dimasa Prabhu Kreshna Yuda itu.

Pangeran Dewangga Sena menanyakan kepada Raden Watu Giring , langkah apa sebaiknya yg ia akan ambil guna merebut kembali tahta Kerajaan Medang Kemulan itu dari Prabhu Watu Menak Koncar.

Selain Raden Watu Giring paham mengenai masalah keprajuritan dan peperangan , ia juga berharap banyak dari sang Panglima dapat membantu nya untuk memuluskan rencana nya itu.

Satu yg paling mendesak menurut Pangeran Dewangga Sena adalah membalas dendam atas kematian kedua orang tuanya.

" Paman, hatiku sudah merasa senang setelah berhasil membunuh Panglima Lokantara beberapa waktu lalu,." ucap Pemuda itu.

Raden Watu Giring cukup terkejut mendengar penuturan dari Pangeran Dewangga Sena ini, ia tidak menyangka bahwa Sang Pangeran telah berhasil membunuh Panglima Lokantara yg terkenal memiliki ilmu yg sangat tinggi dan memiliki kecerdasan diatas rata -rata dari seorang pemimpin pasukan .

" Dimana Anakmas Pangeran menghabisi nya ,.." tanya Raden Watu Giring.

Di jelaskan oleh Pangeran Dewangga Sena, sewaktu terjadi benturan antara Pasukan Medang Kemulan dengan Pakuwan Pemanggar , ia hadir disana guna mencari orang yg bernama Lokantara itu, seperti yg telah ia dengar pasukan Medang Kemulan memang di pimpin oleh Panglima Lokantara.

Dan akhirnya ia bertemu dengan orang tersebut dan berhasil membalaskan dendam ibundanya dengan membunuh Panglima Lokantara itu.

" Hatiku cukup puas paman, saat anak panah itu tertancap di jantungnya, bayangan ibunda Ratu Ayu Manik Wangi yg tewas oleh anak panah itu, nampak tersenyum padaku, bukankah Paman Watu Giring melihat sendiri bagaiamana ibunda Ratu itu tewas , bukan,.. demikian pulalah Panglima Lokantara tewasnya,." " Ungkap Pangeran Dewangga Sena.

Terpopuler

Comments

AbhiAgam Al Kautsar

AbhiAgam Al Kautsar

nantikan selalu kehadiran kisah selanjutnya

2023-04-02

1

lihat semua
Episodes
1 Tahta yang Terampas. #1.
2 Tahta Yang Terampas. #2
3 Tahta Yang Terampas #3.
4 Tahta Yang Terampas. #4
5 Tahta Yang Terampas #5.
6 Tahta Yang Terampas #6.
7 Tahta Yang Terampas #7.
8 Tahta Yang Terampas #8.
9 Tahta Yang Terampas #9.
10 Tahta Yang Terampas #10.
11 Ksatria Muda #1.
12 Ksatria Muda #2.
13 Ksatria Muda. #3.
14 Ksatria Muda #4.
15 Ksatria Muda. #5.
16 Ksatria Muda. #6
17 Ksatria Muda #7.
18 Ksatria Muda #8.
19 Ksatria Muda #9.
20 Ksatria Muda #10
21 Persiapan. #1
22 Persiapan. #2.
23 Persiapan #3.
24 Persiapan #4
25 Persiapan #5.
26 Persiapan #6.
27 Persiapan #7
28 Persiapan #8.
29 Persiapan #9.
30 Persiapan #10.
31 Tahta yang Goyah #1.
32 Tahta yang Goyah #2.
33 Tahta yang Goyah #3.
34 Tahta Yang Goyah. #4.
35 Tahta Yang Goyah #5.
36 Tahta Yang Goyah #6.
37 Tahta Yang Goyah #7.
38 Tahta Yang Goyah #8
39 Tahta Yang Goyah #9
40 Tahta Yang Goyah #10.
41 Pertaruhan #1.
42 Pertaruhan #2.
43 Pertaruhan #3.
44 Pertaruhan #4.
45 Pertaruhan #5.
46 Pertaruhan #6.
47 Pertaruhan #7.
48 Pertaruhan #8
49 Pertaruhan #9.
50 Pertaruhan #10.
51 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar. #1.
52 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #2
53 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #3
54 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #4
55 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #5.
56 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #6.
57 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #7.
58 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #8.
59 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #9.
60 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #10.
61 Sang Prabhu #1.
62 Sang Prabhu #2.
63 Sang Prabhu #3.
64 Sang Prabhu #4.
65 Sang Prabhu #5.
66 Sang Prabhu #6
67 Sang Prabhu #7
68 Sang Prabhu #8
69 Sang Prabhu #9.
70 Sang Prabhu #10.
71 Di tahan #1
72 Di Tahan #2
73 Di Tahan #3.
74 Di Tahan #4.
75 Di Tahan #5.
76 Di Tahan #6
77 Di Tahan #7
78 Di Tahan #8.
79 Di Tahan #9
80 Di Tahan #10
81 Prahara di Chandra Bhaga.#1
82 Prahara di Chandra Bhaga #2.
83 Prahara di Chandra Bhaga #3.
84 Prahara di Chandra Bhaga #4.
85 Prahara di Chandra Bhaga #5.
86 Prahara di Chandra Bhaga #6.
87 Prahara di Chandra Bhaga #7.
88 Prahara di Chandra Bhaga #8.
89 Prahara di Chandra Bhaga #9.
90 Prahara di Chandra Bhaga #10.
91 Prahara di Chandra Bhaga #11.
92 Tumbangnya kesombongan #1.
93 Tumbangnya kesombongan #2.
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Tahta yang Terampas. #1.
2
Tahta Yang Terampas. #2
3
Tahta Yang Terampas #3.
4
Tahta Yang Terampas. #4
5
Tahta Yang Terampas #5.
6
Tahta Yang Terampas #6.
7
Tahta Yang Terampas #7.
8
Tahta Yang Terampas #8.
9
Tahta Yang Terampas #9.
10
Tahta Yang Terampas #10.
11
Ksatria Muda #1.
12
Ksatria Muda #2.
13
Ksatria Muda. #3.
14
Ksatria Muda #4.
15
Ksatria Muda. #5.
16
Ksatria Muda. #6
17
Ksatria Muda #7.
18
Ksatria Muda #8.
19
Ksatria Muda #9.
20
Ksatria Muda #10
21
Persiapan. #1
22
Persiapan. #2.
23
Persiapan #3.
24
Persiapan #4
25
Persiapan #5.
26
Persiapan #6.
27
Persiapan #7
28
Persiapan #8.
29
Persiapan #9.
30
Persiapan #10.
31
Tahta yang Goyah #1.
32
Tahta yang Goyah #2.
33
Tahta yang Goyah #3.
34
Tahta Yang Goyah. #4.
35
Tahta Yang Goyah #5.
36
Tahta Yang Goyah #6.
37
Tahta Yang Goyah #7.
38
Tahta Yang Goyah #8
39
Tahta Yang Goyah #9
40
Tahta Yang Goyah #10.
41
Pertaruhan #1.
42
Pertaruhan #2.
43
Pertaruhan #3.
44
Pertaruhan #4.
45
Pertaruhan #5.
46
Pertaruhan #6.
47
Pertaruhan #7.
48
Pertaruhan #8
49
Pertaruhan #9.
50
Pertaruhan #10.
51
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar. #1.
52
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #2
53
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #3
54
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #4
55
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #5.
56
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #6.
57
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #7.
58
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #8.
59
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #9.
60
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #10.
61
Sang Prabhu #1.
62
Sang Prabhu #2.
63
Sang Prabhu #3.
64
Sang Prabhu #4.
65
Sang Prabhu #5.
66
Sang Prabhu #6
67
Sang Prabhu #7
68
Sang Prabhu #8
69
Sang Prabhu #9.
70
Sang Prabhu #10.
71
Di tahan #1
72
Di Tahan #2
73
Di Tahan #3.
74
Di Tahan #4.
75
Di Tahan #5.
76
Di Tahan #6
77
Di Tahan #7
78
Di Tahan #8.
79
Di Tahan #9
80
Di Tahan #10
81
Prahara di Chandra Bhaga.#1
82
Prahara di Chandra Bhaga #2.
83
Prahara di Chandra Bhaga #3.
84
Prahara di Chandra Bhaga #4.
85
Prahara di Chandra Bhaga #5.
86
Prahara di Chandra Bhaga #6.
87
Prahara di Chandra Bhaga #7.
88
Prahara di Chandra Bhaga #8.
89
Prahara di Chandra Bhaga #9.
90
Prahara di Chandra Bhaga #10.
91
Prahara di Chandra Bhaga #11.
92
Tumbangnya kesombongan #1.
93
Tumbangnya kesombongan #2.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!