Ksatria Muda #8.

Ketika sepasang remaja muda mudi ini tengah asyik berbicara , tanpa sepengetahuan mereka, ada dua orang yg mendekati mereka.

Keduanya berjalan agak cepat menuju tempat itu.

Setibanya di gubuk, dimana Pangeran Dewangga Sena dan Kintan Suri tengah berjaga .

Salah seorang dari keduanya segera berkata,.

" Suri,..siapa lelaki ini,.?" tanya nya dengan nada keras.

Kintan Suri mengetahui bahwa yg datang itu adalah Tejomoyo, seorang pemuda anak dari seorang yg cukup terpandang di desa Lohsari segera menyahutinya,..

" Kakang ini adalah , anak dari bibiku yg ada di Pamintihan," jawab gadis itu.

Sesaat Tejomoyo memandangi wajah pemuda yg ada di hadapan nya itu.

Dari ujung kaki sampai ujung rambut.Meskipun terlihat sangat sederhana, pemuda yg ada di hadapan nya itu memiliki pancaran kharisma tersendiri, di tambah lagi rupanya yg sangat baik.

Hati Tejomoyo menjadi panas di buatnya, ia berkata dalam hati , jika ia ini memang bukan kerabat dari Suri ini, tentu akan menjadi saingan untukku.

Tetapi begitu di pandangi nya wajah gadis yg merupakan cucu Buyut Lohsari , hati Tejomoyo seperti tersiram air dingin di tambah lagi dengan senyum nya yg teramat manis membuat hati pemuda desa Lohsari ini berdebar tidak karuan.

" Ada apa Kakang Tejomoyo,.mengapa kakang senyum senyum sendiri,..?" tanya Kintan Suri.

" Ahhh, enggak Suri, kalau begitu kakang pamit,.." sahut Tejomoyo.

Pemuda itu pun segera meninggalkan kedua orang itu.

Setelah berada agak jauh, teman Tejomoyo itu bertanya,.

" Den mengapa orang tersebut tidak di kasih pelajaran ,.?" tanya nya.

" Tenang , nanti begitu mereka berpisah, aku akan mencegat nya, dan akan ku beri pelajaran orang itu, " terang Tejomoyo.

" Jadi kita tidak akan langsung pulang ini , den, ?" tanya nya lagi.

Tejomoyo menganggukkan kepalanya, ia segera berjalan melingkari tempat tersebut.

Dan di sebuah pertigaan mereka berhenti.

" Mengapa kita berhenti di sini den,?" tanya teman nya kepada Tejomoyo.

" Disini kita akan menunggu orang tersebut.," jawab Tejomoyo .

Dan akhirnya kedua orang itu mencari tempat yg baik guna menunggu orang orang yg balik dari sawah.

Saat matahari semakin merendah di ufuk barat, saat itulah para petani mulai meningglkan sawahnya , tidak ter kecuali Pangeran Dewangga Sena.

Ia berjalan bersama Kintan Suri , seperti biasa keduanya akan segera berpisah ketika tiba di pertigaan itu. Karena Pangeran Dewangga Sena akan mandi dikali yg ada di sebelah kiri dari tempat itu, sedangkan Kintan Suri akan melanjutkan jalan nya menuju pulang lewat jalan sebelah kanan.

" Jadi kakang segera mandi ,.?" tanya Kintan Suri.

" Benar Suri,..kakang memang akan mandi, seharian ini kakang belum mandi,." sahut Pangeran Dewangga Sena.

" Hehh, pantas bau sekali, sudah sana cepat mandinya, awas ikan ikan pada mati,.. karena bau badan Kakang angga itu,." ucap Kintan Suri meledek Pangeran Dewangga Sena.

Sambil tersenyum Pangeran Dewangga Sena langsung berjalan ke arah kali,

" Iya , iya , kakang akan segera mandi," ujar nya.

Putra Prabhu Kreshna Yuda tersebut meninggalkan Kintan Suri yg masih terpaku menatap kepergiannya.

Memang malam hampir turun, akan tetapi jalanan itu masih cukup ramai dengan para petani yg akan pulang.

Kintan Suri pun segera melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu.

Sementara itu , Pangeran Dewangga Sena yg berjalan menuju kali yg berada di Desa Lohsari ini, telah mendekati tempat biasanya ia gunakan sebagai tempat membersihkan tubuh.

Namun kali ini lain daripada biasa nya, sebelum ia mencapai kali itu tiba -tiba,..

" Ciaaaat,.."

Sesosok tubuh jangkung menyerang putra Mahkota ini, sang Pangeran sangat terkejut mendapati serangan yg tiba -tiba itu.

Dengan cepat ia bergerak menghindar, terjangan dari orang tersebut luput.

Namun serangan berikutnya datang , sebuah jotosan mengarah kepala Pangeran Dewangga Sena . putra Mahkota Medang Kemulan ini menundukkan kepalanya, kembali luput serangan dari orang yg tidak di kenal ini.

Merasa lawan nya memiliki kemampuan ilmu beladiri, dengan cepat penyerang gelap ini merobah tata gerak nya, ia kini bergerak semakin cepat , agar dapat memberi pelajaran kepada lawan nya itu.

Namun anehnya , semakin ia bergerak cepat, lawan yg masih sangat muda ini pun bergerak dengan sangat cepat pula.

Demikian lah , pertarungan antara keduanya menjadi sangat cepat , jual beli pukulan terjadi, akan tetapi pukulan dari penyerang gelap ini tidak ada yg mampu menmbus pertahanan dari Pangeran Dewangga Sena.

Lama kelamaan, orang itu akhirnya capek sendiri, setelah sekian banyak jurus yg ia pergunakan , dan entah berapa banyak pukulan dan tendangan yg telah ia lepaskan , namun tidak ada satu pun yg menemui sasaran nya, akhirnya ia terduduk lemas.

Dadanya turun naik, nafas nya tersengal sengal,.dan orang tersebut untuk bangkit saja sudah sangat kesulitan.

Pangeran Dewangga Sena mendekat , ia ingin tahu siapakah sebenarnya orang yg telah menyerangnya ini, setelah cukup dekat dan di temaram nya suasana senja, ia melihat wajah orang itu , yg menggunakan kain penutup kepalanya untuk menutupi wajah nya.

Hehh, ternyata orang ini adalah teman dari Tejomoyo, yg tadi datang ke gubuk., berkata dalam hati Pangeran Dewangga Sena.

" Mengapa dirimu menyerang ku, apa salahku padamu,..?" tanya Pangeran Dewangga Sena kepada orang itu.

Yg di tanya malah diam saja, ia tampaknya tengah mengumpulkan tenaga nya guna meninggalkan tempat itu.

Dan ketika pertanyaan dari Pangeran Dewangga Sena di ulangi lagi ,..orang tersebut bukan nya menjawab namun langsung menyerang,..

" Hiyyahhh,.."

Dan Pangeran Dewangga Sena yg tetap waspada secara cepat bergerak mundur mengnindari serangan tersebut.

Namun ternyata serangan itu hanya sebagai tipuan saja. Begitu serangan nya luput, orang tersebut langsung.lari meninggalkan tempat tersebut.

Pangeran Dewangga Sena sangat aneh dan merasa geli dengan perbuatan orang tersebut.

" Ada -ada saja ," celetuk nya.

Ia pun segera meninggalkan tempat itu dan menuju Kali.

Setiba di sudah sangat gelap dengan cepat Putra Mahkota ini membersihkan tubuhnya.

Setelah selesai ia langsung bangkit dan meninggalkan tempat itu.

Sementara itu di rumah Buyut Lohsari, Kintan Suri tampak sedang kebingungan, karena memang Eyang nya tidak berada di rumah.

Hehh, kemana eyang Buyut, sudah malam begini mengapa ia belum kembali, tumben,..kata Kintan Suri dalam hati.

Memang tidak biasanya Buyut Lohsari pergi terlalu lama meninggalkan rumah nya.

Sehingga hati Kintan Suri menjadi cemas, apalagi saat itu di rumah tidak Pangeran Dewangga Sena, atau yg ia kenal sebagai kakang Angga itu.

Cucu Buyut Lohsari menjadi sangat tidak tenang ketika dari depan rumahnya ada yg memanggil manggil nama nya.

" Suri, suri, suri,.."

Ucap seseorang yg tiada lain adalah Tejomoyo.

Ngapain , Kakang Tejomoyo ini datang kemari , membathin Kintan Suri.

Gadis itu agak takut jadinya, sehingga ia tidak menjawab panggilan dari pemuda itu.

Kintan Suri tahu bahwa pemuda yg bernama Tejomoyo ini memeliki perasaan atas dirinya, tetapi tidak pernah ia tanggapi.

Hati Cucu Buyut Lohsari ini menjadi agak tenang setelah mendengar ada seseorang yg bertanya pada Pemuda itu.

" Ada , apa Anak Tejomoyo, mengapa malam malam begini ada di depan rumahku,.?" tanya orang itu.

Yang tiada lain adalah Buyut Lohsari sendiri, ia baru saja tiba di rumahnya setelah menyambangi pondokan kecil milik Panglima Raden Watu Giring.

Tejomoyo nampak gugup menjawab pertanyaan dari Buyut Lohsari ini,.

" Ahh, ehhh, ini Eyang Buyut,..Tejomoyo ingin bertanya pada adi Suri apakah dapat membetulkan kain panjang ku yg robek," ucap Tejomoyo beralasan.

" Sudah diganti saja, mengspa harus di perbaiki bukankah Romo mu memliki banyak uang,..!" seru Buyut Lohsari.

Memang Ki Buyut Lohsari kurang berkenan dengan pemuda yg bernama Tejomoyo ini. Menurutnya pemuda ini hanya mengandalkan kedua orang tuanya saja dalam bertindak.

Boleh di katakan ia adalah seorang pemuda yg sangat manja, sehingga sedapat mungkin ia melarang cucu satu satunya ini bergaul dengan si Tejomoyo itu.

Tejomoyo nampak salah tingkah, ia pun mohon pamit pada Buyut Lohsari.

" Kalau begitu, Tejomoyo pamit , Eyang Buyut , " ucap nya .

Segera ia meningglkan rumah kediaman Buyut Lohsari ini.

Dan dari dalam , Kintan Suri keluar sambil membawa lampu dlupak guna menerangi tempat itu.

Sedari sore sampai malam, Kintan Suri belum sempat menyalakan lampu akibat kedatangan Tejomoyo tadi.

" Eyang darimana, mengapa malam malam begini baru kembali,.?". tanya nya pada Buyut Lohsari.

" Eyang tadi ada urusan penting, sehingga sampai sore baru selesai,." jawab Buyut Lohsari.

" Dimana anakmas Angga, Suri, ?" tanya Buyut Lohsari kemudian.

" Tadi Suri tinggalkan sewaktu ia akan mandi, kami berpisah di pertigaan Itu , entahlah sampai sekarang ia belum kembali," jelas Kintan Suri.

Dan tidak lama berselang dari selesai ucapan cucu Buyut Lohsari itu, tiba tiba Pangeran Dewangga Sena muncul di situ.

" Ah,.kakang Angga mengangetkan saja," seru Kintan Suri.

Ia melihat Pangeran Dewangga Sena muncul begitu saja di depan tatkala ia akan menyalakan sebuah obor yg ada di halaman rumah tersebut.

" Suri, kakang tadi telah dihadang oleh teman nya Tejomoyo, saat kakang akan mandi, " bisik Pangeran Dewangga Sena.

" Hehh,.."

Kintan Suri terkejut mendengarnya , karena secara bersamaan tadi Tejomoyo telah datang kemari , beruntung eyang Buyut Lohsari keburu datang , pikir Kintan Suri.

" Apakah ini ada hubungan nya dengan kedatangan Tejomoyo tadi kemari Kang,." ucap Kintan Suri kepada Pangeran Dewangga Sena.

Pangeran Dewangga Sena yg mendengarkan penjelasan dari Kintan Suri memang ada kaitan nya, antara dirinya dengan di hadang oleh teman Tejomoyo.

Juga kehadiran nya di rumah ini tadi.Memang pemuda yg bernama Tejomoyo ini menjadi ancaman tersendiri untuk Pangeran Dewangga Sena dalam mendekati Kintan Suri.

Akan tetapi bagi Pangeran Dewangga Sena , ia tidak akan mundur, siapa pun yg akan di hadapinya demi mendapatkan hati Sang cucu Buyut Lohsari itu.

Saat malam bertam larut, Buyut Lohsari memanggil keduanya untuk masuk kedalam rumah.

" Cucuku Kintan Suri dan anakamas Angga, masuklah ke dalam , ada yg ingin Eyang bicarakan dengan kalian berdua,!" kata Buyut Lohsari.

Maka Kintan Suri dan Pangeran Dewangga Sena masuk ke dalam, karena sedari tadi mereka berdua berada di halaman rumah sambil memandangi keindahan malam , berduaan saja.

" Ada apa Eyang, apa yg ingin di ceritakan,..?" tanya Kintan Suri.

" Duduklah terlebih dahulu, agar Eyang dapat menceritakan nya dengan tenang ," sahut Buyut Lohsari.

Kintan Suri dan Pangeran Dewangga Sena menuruti perintah dari Buyut Lohsari ini.

Setelah keduanya duduk di hadapan sang Buyut, maka di mulai lah, cerita pemimpin desa Lohsari mengenai kehadiran seorang begal sakti di kepaneon Cempogo.

Dan telah menjadi buah bibir di seantero Medang Kemulan ini, bahkan para prajurit Medang Kemulan yg bertugas menarik pajak di Cempogo mereka bantai sampaj habis.

Mereka cukup kejam dan tidak berprikemanusian karena bagi mereka tidak ada harganya nyawa seorang manusia, oleh sebab itu , Eyang berpesan kepada kalian berdua untuk berjaga jaga dari mereka,..jelas Buyut Lohsari lagi.

Ditambahkan oleh Buyut Lohsari ini untuk tetap waspada meskipun berada di dalam rumah, disarankan kepada Kintan Suri agar kalau pergi kemana pun harus di kawal dengan anakmas Angga.

Mendengar hal tersebut, Pangeran Dewangga Sena merasa sangat senang sekali, baginya berdekatan dengan Kintan suri adalah sesuatu yg paling menyenangkan .

Demikian pula sebaliknya , untuk cucu Buyut Lohsari ini, berada di dekat Pangeran Dewangga Sena menjadi sesuatu yg paling indah, ia ingin selama nya bersama pemuds itu.

" Baik , Eyang,..Angga akan siap dan sedia menjaga adhi Suri,.." sahut Pangeran Dewangga Sena.

Dan perkataan nya tadi membuat lirikan mata Kintan Suri, ia sampai mendelikkan matanya,..

" Siapa sudi punya pengawal seperti kakang Angga ini,!" seru Kintan Suri.

Cucu Buyut Lohsari ini sengaja meledek Pangeran Dewangga Sena. Ia ingin melihat reaksi dari pemuda itu.

" Tidak apa -apa , jika tidak ingin Angga kawal, lebih baik Angga akan berangkat dari Lohsari ini balik ke Pamintihan,." seru Pangeran Dewangga Sena.

" Jangan anakamas,..lebih baik dirimu tetap disini, saat ini keadaan dalam tidak menentu, dan mungkin sebentar lagi Panglima Raden Watu Giring akan tiba disini,." ungkap Buyut Lohsari.

" Hahh,..darimana Eyang Buyut tahu, bahwa Paman Watu Giring akan kemari, eyang telah bertemu dengan nya ,.?" tanya pangeran Dewangga Sena penasaran.

Buyut Lohsari menjadi kaget sendiri atas keceplosan nya tadi mengatakan kepada pemuda itu bahwa ia seolah telah bertemu dengan Panglima Watu Giring dengan mengatakan bahwa orang tersebut akan segera datang kemari, padahal semua nya itu adalah untuk mencegah kepergian pemuda yg berparas bagus ini dari desa Lohsari.

" Ehh bukan nya bertemu, hanya perasaan Eyang Buyut saja, sepertinya memang panglima Watu Giring itu akan segera datang kemari,." jelas Buyut Lohsari.

Baik Pangeran Dewangga Sena maupun Kintan Suri hanya berpandangan saja. Sungguh mereka mengira bahwa Eyang Buyut Lohsari ini telah bertemu dengan Panglima Watu Giring.

Sungguh hati Kintan Suri amat senang mendengar nya bahwa Eyang Buyut nya itu belum pun bertemu dengan Panglima Watu Giring , Paman dari pemuda yg ada di sebelahnya itu.

Jika Eyang Buyut telsh bertemu dan mengatakan kepada nya , bahwa keponakan nya itu berada disini, tentu ia akan segera membawanya pulang ke Pamintihan,..Suri tidak ingin hal itu terjadi berkata dalam hati, cucu Buyut Lohsari ini.

Berbeda dengan yang ada di kepala Pangeran Dewangga Sena,ia memang sangat berharap dapat segera bertemu dengan Panglima Watu Giring secepatnya, agar ia dapat menentukan langkah -langkah yg harus ia ambil selanjutnya.

Hahh, dimanakah paman Watu Giring, apakah ada masalah yg tengah dihadapinya , berkata dalam hati Pangeran Dewangga Sena.

Terpopuler

Comments

Zahira Ahda

Zahira Ahda

good

2023-04-01

2

lihat semua
Episodes
1 Tahta yang Terampas. #1.
2 Tahta Yang Terampas. #2
3 Tahta Yang Terampas #3.
4 Tahta Yang Terampas. #4
5 Tahta Yang Terampas #5.
6 Tahta Yang Terampas #6.
7 Tahta Yang Terampas #7.
8 Tahta Yang Terampas #8.
9 Tahta Yang Terampas #9.
10 Tahta Yang Terampas #10.
11 Ksatria Muda #1.
12 Ksatria Muda #2.
13 Ksatria Muda. #3.
14 Ksatria Muda #4.
15 Ksatria Muda. #5.
16 Ksatria Muda. #6
17 Ksatria Muda #7.
18 Ksatria Muda #8.
19 Ksatria Muda #9.
20 Ksatria Muda #10
21 Persiapan. #1
22 Persiapan. #2.
23 Persiapan #3.
24 Persiapan #4
25 Persiapan #5.
26 Persiapan #6.
27 Persiapan #7
28 Persiapan #8.
29 Persiapan #9.
30 Persiapan #10.
31 Tahta yang Goyah #1.
32 Tahta yang Goyah #2.
33 Tahta yang Goyah #3.
34 Tahta Yang Goyah. #4.
35 Tahta Yang Goyah #5.
36 Tahta Yang Goyah #6.
37 Tahta Yang Goyah #7.
38 Tahta Yang Goyah #8
39 Tahta Yang Goyah #9
40 Tahta Yang Goyah #10.
41 Pertaruhan #1.
42 Pertaruhan #2.
43 Pertaruhan #3.
44 Pertaruhan #4.
45 Pertaruhan #5.
46 Pertaruhan #6.
47 Pertaruhan #7.
48 Pertaruhan #8
49 Pertaruhan #9.
50 Pertaruhan #10.
51 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar. #1.
52 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #2
53 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #3
54 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #4
55 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #5.
56 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #6.
57 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #7.
58 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #8.
59 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #9.
60 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #10.
61 Sang Prabhu #1.
62 Sang Prabhu #2.
63 Sang Prabhu #3.
64 Sang Prabhu #4.
65 Sang Prabhu #5.
66 Sang Prabhu #6
67 Sang Prabhu #7
68 Sang Prabhu #8
69 Sang Prabhu #9.
70 Sang Prabhu #10.
71 Di tahan #1
72 Di Tahan #2
73 Di Tahan #3.
74 Di Tahan #4.
75 Di Tahan #5.
76 Di Tahan #6
77 Di Tahan #7
78 Di Tahan #8.
79 Di Tahan #9
80 Di Tahan #10
81 Prahara di Chandra Bhaga.#1
82 Prahara di Chandra Bhaga #2.
83 Prahara di Chandra Bhaga #3.
84 Prahara di Chandra Bhaga #4.
85 Prahara di Chandra Bhaga #5.
86 Prahara di Chandra Bhaga #6.
87 Prahara di Chandra Bhaga #7.
88 Prahara di Chandra Bhaga #8.
89 Prahara di Chandra Bhaga #9.
90 Prahara di Chandra Bhaga #10.
91 Prahara di Chandra Bhaga #11.
92 Tumbangnya kesombongan #1.
93 Tumbangnya kesombongan #2.
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Tahta yang Terampas. #1.
2
Tahta Yang Terampas. #2
3
Tahta Yang Terampas #3.
4
Tahta Yang Terampas. #4
5
Tahta Yang Terampas #5.
6
Tahta Yang Terampas #6.
7
Tahta Yang Terampas #7.
8
Tahta Yang Terampas #8.
9
Tahta Yang Terampas #9.
10
Tahta Yang Terampas #10.
11
Ksatria Muda #1.
12
Ksatria Muda #2.
13
Ksatria Muda. #3.
14
Ksatria Muda #4.
15
Ksatria Muda. #5.
16
Ksatria Muda. #6
17
Ksatria Muda #7.
18
Ksatria Muda #8.
19
Ksatria Muda #9.
20
Ksatria Muda #10
21
Persiapan. #1
22
Persiapan. #2.
23
Persiapan #3.
24
Persiapan #4
25
Persiapan #5.
26
Persiapan #6.
27
Persiapan #7
28
Persiapan #8.
29
Persiapan #9.
30
Persiapan #10.
31
Tahta yang Goyah #1.
32
Tahta yang Goyah #2.
33
Tahta yang Goyah #3.
34
Tahta Yang Goyah. #4.
35
Tahta Yang Goyah #5.
36
Tahta Yang Goyah #6.
37
Tahta Yang Goyah #7.
38
Tahta Yang Goyah #8
39
Tahta Yang Goyah #9
40
Tahta Yang Goyah #10.
41
Pertaruhan #1.
42
Pertaruhan #2.
43
Pertaruhan #3.
44
Pertaruhan #4.
45
Pertaruhan #5.
46
Pertaruhan #6.
47
Pertaruhan #7.
48
Pertaruhan #8
49
Pertaruhan #9.
50
Pertaruhan #10.
51
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar. #1.
52
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #2
53
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #3
54
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #4
55
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #5.
56
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #6.
57
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #7.
58
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #8.
59
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #9.
60
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #10.
61
Sang Prabhu #1.
62
Sang Prabhu #2.
63
Sang Prabhu #3.
64
Sang Prabhu #4.
65
Sang Prabhu #5.
66
Sang Prabhu #6
67
Sang Prabhu #7
68
Sang Prabhu #8
69
Sang Prabhu #9.
70
Sang Prabhu #10.
71
Di tahan #1
72
Di Tahan #2
73
Di Tahan #3.
74
Di Tahan #4.
75
Di Tahan #5.
76
Di Tahan #6
77
Di Tahan #7
78
Di Tahan #8.
79
Di Tahan #9
80
Di Tahan #10
81
Prahara di Chandra Bhaga.#1
82
Prahara di Chandra Bhaga #2.
83
Prahara di Chandra Bhaga #3.
84
Prahara di Chandra Bhaga #4.
85
Prahara di Chandra Bhaga #5.
86
Prahara di Chandra Bhaga #6.
87
Prahara di Chandra Bhaga #7.
88
Prahara di Chandra Bhaga #8.
89
Prahara di Chandra Bhaga #9.
90
Prahara di Chandra Bhaga #10.
91
Prahara di Chandra Bhaga #11.
92
Tumbangnya kesombongan #1.
93
Tumbangnya kesombongan #2.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!