Ksatria Muda #7.

Pada keesokan harinya, saat burung -burung berkicau dengan riangnya, di saat mentari mengintip dari balik bukit, cahaya nya yg terang telah menyinari alam dunia ini.

Dan bersamaan itu pula Bekel Prajurit Medang Kemulan, Bekel Ampaian terjaga dari tidurnya yg cukup nyenyak itu.

Dan ketika di lihatnya, di dekatnya telah tersedia ketela singkong rebus yg masih mengepul kan asapnya.

Bekel Ampaian pun segera bangkit dari tempat tidurnya. Ia meraih ketela singkong rebus itu dengan tangan nya.

" Sudah bangun , Ampaian,.?" tanya seseorang dari arah belakang nya.

Bekel Ampaian sangat terkejut mendengarnya , hampir hampir saja Ketela singkong rebus itu lepas dari tangan nya.

" Sudah ". sahut nya.

Ia pun segera membalikkan tubuhnya, dan alangkah terkejut nya Bekel Ampaian itu setelah melihat siapa orang yg telah menegurnya tadi.

Mulutnya melongok tidak bersuara , ia sungguh tidak percaya dengan siapa kini berhadapan.

" Panglima Watu Giring,," desis nya pelan.

Hampir tak tersengar, apa yg telah di ucapkan oleh Bekel Prajurit Medang Kemulan ini.

" Benar, Ampaian , aku adalah Watu Giring, orang yg telah menolongmu,." jawab orang tersebut.

Yang tiada lain adalah Panglima Raden Watu Giring , panglima Pasukan Medang Kemulan di masa Prabhu Kresna Yuda, dan merupakan pimpinan dari Bekel Ampaian di saat masih baru bekerja sebagai seorang Prajurit di Medang Kemulan.

" Apa Khabar Gusti Panglima, ?" tanya Bekel Ampaian.

" Seperti yg telah kau lihat sendiri, aku dalam keadaan baik, tidak kurang suatu apa, dan bagaimana dengan dirimu, siapa kah orang nya yg telah melukai mu itu, ?" tanya Panglima Raden Watu Giring.

" Panjang ceritanya Gusti Panglima," sahut Bekel Ampaian.

Ia mulai menceritakan apa yg telah terjadi sejak ia berada di keraton Medang Kemulan saat istana itu jatuh ke tangan Prabhu Watu Menak Koncar hingga sampai pada penugasan nya untuk menarik pajak di Cempogo dan akhirnya bertemu Begal sakti yg bernama Brojo Lungguk.

" Jadi Brojo Lungguk lah yg telah membuat mu jadi begini,.?" tanya Panglima Raden Watu Giring.

Setelah cukup lama ia mendenagrkan cerita dari bekas bawahan nya.

" Benar Gusti Panglima,.." sahut Bekel Ampaian.

" Hushh, jangan panggil aku panglima, sebut saja namaku, lagi pun sekarang ini aku bukan seorang Panglima lagi, " ucap Panglima Raden Watu Giring agak keras.

Dan Bekel Ampaian pun segera maklum , ia akan memanggilnya dengan panggilan nama saja.

Panglima Raden Watu Giring kemudian menanyakan keadaan istana Medang Kemulan saat ini setelah cukup lama di bawah kekuasaan dari Prabhu Watu Menak Koncar.

Oleh Bekel Ampaian di jawab, bahwa saat ini keadaan di istana Medang Kemulan sangat miris.

Banyak sekali pejabat atau yg memiliki kekuasaan hanya memikirkan dirinya sendiri , terutama nya yg berasal dari Kalindih.

Dalam istana Medang Kemulan terdapat semacam kasta tersendiri bahwa orang orang dari Pakuwan Kalindih lebih tinggi derajat nya daripada orang orang yg di luar Kalindih termasuk warga dan penduduk kota Medang Kemulan sendiri.

Memperkaya diri sendiri sudah menjadi semacam tradisi di kalangan para pejabat termasuk ke dalam lingkungan keprajutitan seperti diri nya .

Demikianlah yg di tuturkan oleh Bekel Ampaian kepada panglima Raden Watu Giring.

Bekas pemimpin pasukan Kerajaan Medang Kemulan ini sangat sedih mendengarnya. Karena di masa nya , para warga dan penduduk kota Medang Kemulan amat senang dan bergembira, hampir tidak pernah ada tindak kejahatan yg terjadi disana , Karena jika ada suatu masalah , para prajurit Medang Kemulan dengan cepat mengatasinya, dan lagi pun, para penduduk kota Medang Kemulan cukup makmur, Prabhu Kreshna Yuda tidak pernah memberlakukan penarikan pajak yg dapat memberati para rakyat nya , ia lebih suka , mengatur pemerintahan nya dengan cara berhemat, bahkan untuk sekelas pejabat dalam istana ,tidak boleh memiliki kekayaan melebihi dari batas yg telah ia tentukan.

Membuat banyak pejabat dalam istana Medang Kemulan tidak bisa berbuat apa-apa , mereka hanya menerima gaji yg telah di tetapkan oleh Sang Prabhu.

Sehingga batas kesenjangan itu tidak terlalu mencolok antara rakyat biasa dengan penghuni istana.

Ada rasa bangga di hati para warga kota Medang Kemulan dengan sistem yg di terapkan oleh Prabhu Kreshna Yuda pada waktu itu.

Sehingga pada saat penyerangan kota Medang Kemulan oleh Watu Menak Koncar, hampir seluruh warga kota Medang Kemulan turun membantu para prajurit untuk mempertahakan istana dari kejatuhan nya, hingga tewas nya sang Prabhu , barulah mereka menghentikan perlawanan nya, walaupun tidak sedikit yg melarikan diri meninggalkan kota Medang Kemulan tersebut.

" Bukankah Gusti Watu Giring bersama Gusti Pangeran Dewangga Sena,?" tanya Bekel Ampaian.

Sebuah pertanyaan yg membuyarkan seluruh kenangan yg ada di benak Panglima Raden Watu Giring.

Ia menggeleng dan menyahutinya,.

" Tidak Ampaian , Gusti Pangeran tidak ada bersamaku, ia terpisah dariku ketika kami berdua terjatuh ke dalam sungai yg berarus sangat deras,saat kami di serang Lokantara pada waktu itu,. hingga kini kami belum pernah bertemu,!" sahutnya.

Mendengar nama Panglima Lokantara di sebutkan oleh Panglima Raden Watu Giring, Bekel Ampaian langsung teringat akan sesuatu,

" Tahukah Gusti Watu Giring, bahwa Panglima Lokantara itu telah tewas oleh seorang Ksatria muda yg tidak di kenal dalam peperangan yg terjadi antara Medang Kemulan dengan Pakuwan Pemanggar," ungkap Bekel Ampaian.

Dan hal ini membuat Panglima Raden Watu Giring menjadi sangat terkejut,.

" Benarkah Lokantara telah mati ,..?" tanyanya seolah tidak percaya.

" Benar, ia tewas oleh sebuah anak panah yg menembus jantungnya, yg di lakukan oleh Ksatria muda itu dalam sebuah perang tanding, " jawab Bekel Ampaian.

" Siapa pemuda itu , !!?" kata Panglima Raden Watu Giring.

" Tidak ada yg mengenal nya Gusti, ia bukan seorang prajurit, pakaian nya pun layaknya pakaian orang orang kebanyakan," sahut Bekel Ampaian.

Panglima Raden Watu Giring kemudian menanyakan bagaimana ciri ciri pemuda itu, ia memang penasaran dengan orang telah berhasil membunuh Panglima Lokantara itu, yg merupakan orang kepercayaan dari Prabhu Watu Menak Koncar. Seorang yg memliki kesaktian dan pengamatan yg cukup sempurna mengenai masalah perang.Sehingga akan sangat sulit ketika harus berhadapan dengan nya, dan kini ia telah tewas tentu merupakan sesuatu yg sangat memggembirakan.buat bekas Panglima Medang Kemulan itu.

Bekel Ampaian menjelaskan ciri -ciri nya, namun Panglima Raden Watu Giring tidak mengenal nya.

Setelah berada di pondokan kecil milik Panglima Raden Watu Giring selama dua hari, Bekel Ampaian pun segera minta diri untuk pamit pulang, ia ingin melaporkan semua yg telah terjadi di Kepaneon Cempogo itu kepada pimpinannya.

" Baiklah jika memang demikian, Ampaian, jaga kerahasiaanku, jangan sampai bocor, dan satu hal lagi, jika ada sesuatu yg penting tengah terjadi di istana segera lah laporkan padaku, jangan terlambat,.." seru Panglima Raden Watu Giring.

" Baik Gusti Watu Giring, Ampaian tidak akan pernah lupa untuk membalas budi baik gusti Watu Giring ini, bahkan dengan nyawaku sendiri pun sebagai taruhannya tentu tidak akan cukup untuk membalasnya, terima kasih Gusti Watu Giring, aku mohon pamit," ucap Bekel Ampaian .

Ia yg telah berada di punggung kudanya itu , siap untuk berangkat.

" Silahkan, silahkan, sering seringlah memberkan kabar kemari,.." sahut Panglima Raden Watu Giring .

" Tentu, tentu, aku akan tetap memberikan kabar kemari, selamat tinggal Gusti,..heaahhh,.."

" Selamat jalan, Ampaian,.." balas Panglima Raden Watu Giring.

Dengan cepat Bekel Ampaian itu meninggalkan pondokan kecil tersebut, setelah beberapa hari ia berada disana untuk di rawat akibat luka yg di terimanya dari Begal Brojo Lungguk.

Ketika, Panglima Raden Watu Giring akan bernajak dari tempat nya, ia berniat akan berburu. Guna mmenuhi ketersediaan makanan nya malam ini.

Namun telinga nya yg tajam mendengar langkah kaki yg menuju ke arah nya.

" Siapa,...?" tanya nya .

Sambil tangan kirinya tengah menyiapkan sebuah pisau kecil yg siap untuk di lepaskan.

" Ini aku , Buyut Lohsari, anakmas Watu Giring," jawab orang tersebut.

" Hehh,.."

Panglima Raden Watu Giring menghela nafasnya, ia tadi sudah cukup tegang setelah mendengar ada langkah kaki memdekati tempat nya Itu, setelah sebelumnya , Bekel Ampaian baru saja pergi dari situ.

Jangan jangan itu salah satu anggota dari Begal Brojo Lungguk yg telah mengikuti Bekel Ampaian, namun ternyata adalah Ki Buyut Lohsari.

" Ada apa Ki Buyut,.?" tanya Panglima Raden Watu Giring.

Buyut Lohsari itu segera menceriterakan bahwa saat ini di Lohsari ada seorang pemuda yg tengah mencari Panglima Raden Watu Giring itu.

" Demikian lah, anakmas Watu Giring, apa sebaiknya yg harus kulakukan , apakah mmeberirahukan nya atau tidak," kata Buyut Lohsari.

" Sikap mu itu sudah tepat Ki Buyut, biar aku sendiri yg akan menemui nya, jika memang ia adalah teman sendiri, aku akan menemui nya,dan jika ia adalah seorang musuh, lebih baik segera di habisi saja, " jelas Panglima Raden Watu Giring.

Buyut Lohsari mengerti akan ucapan bekas Panglima Medang Kemulan ini, mata tua nya yg masih cukup tajam melihat beberapa jejak jejak kaki kuda yg ada di dekat pondokan itu.

Bahkan ia pun masih melihat bekas potongan makanan yg tersedia disitu.

" Apakah anakmas Watu Giring tengah kedatangan tamu,..,?" tanya Buyut Lohsari.

" Benar Ki Buyut, aku selama hampir tiga hari ini telah merawat seorang Bekel Prajurit Medang Kemulan yg terluka akibat di hajar oleh Begal Brojo Lungguk di dekat Cempogo,." jelas Panglima Raden Watu Giring.

" Seorang Bekel Prajurit Medang Kemulan, ,... Begal Brojo Lungguk,..apa ini tidak membahayakan mu anakmas,..,?" tanya Buyut Lohsari kaget.

Pertama ia sudah sangat kaget mendengar nama seorang Bekel Prajurit Medang Kemulan yg telah di tolong oleh Panglima Raden Watu Giring ini, dan di tambah lagi ada nama Begal sakti yg bernama Brojo Lungguk, menjadi suatu ancaman tersendiri buat mereka yg ada di Lohsari itu, karena desa Lohsari masih dalam wilayah Kepaneon Cempogo., bukan tidak mungkin oran yg bernama Brojo Lungguk itu akan datang ke desanya , Lohsari.

" Apakah anakmas tidak merasa takut dengan bekel prajurit Medang Kemulan yg di tolong itu, jika ia melaporkan hal ini kepada Prabhu Watu Menak Koncar tentu anakmas akan segera di tangkap,.." ucap Buyut Lohsari.

" Tidak apa apa, Ki Buyut, bekel prajurit itu adalah seorang yg sangat ku kenal, dan diriku yakin ia masih memiliki jiwa bela tanah air sendiri daripada harus menghambakan dirinya pada Watu Menak Koncar itu, " ucap Panglima Raden Watu Giring.

Setelah merasa yakin dengan keamanan dari Orang terdekat sang Prabhu Kreshna yuda ini, Buyut Lohsari segera menanyakan mengenai Begal Sakti yg bernama Brojo Lungguk itu.

Ia khawatir akan kedatangan nya ke Lohsari.

" Tenang Ki Buyut, setelah diriku , melihat siapakah orang yg tengah memcariku itu, Aku akan segera ke Cempogo, dan berusaha menemui orang yg bernama Brojo Lungguk itu," ucap Panglima Raden Watu Giring.

Dan setelah agak lama di pondokan dari bekas Panglima Kerajaan Medang Kemulan ini, maka Buyut Lohsari segera meninggalkan nya ia ingin segera memberitahukan kabar itu kepada para warga desa Lohsari.

Mengenai adanya ancaman dari seorang Begal yg paling di takuti , yg bernama Brojo Lungguk. Dan supaya para warga desa dapat bersiap untuk melawan nya.

Sementara di desa Lohsari sendiri Pangeran Dewangga Sena tengah bersama dengan Kintan Suri di sebuah gubuk sawah, tatkala siang itu , Kintan Suri datang membawakan makanan.

" Bagaimana kakang Angga, apakah kakang berkenan tinggal di desa Lohsari ini,?" tanya Kintan Suri.

" Ahh, sebenarnya diriku sudah seharusnya meninggalkan desa ini guna mencari pamanku itu, Suri,.." jawab Pangeran Dewangga Sena.

" Mengapa tidak Kakang lakukan,..?" tanya Kintan Suri.

" Eyang mu sering menahan Kakang untuk meminggalkan tempat ini, sepertinya ada suatu rahasia yg ia simpan, apakah kamu tidak tahu Suri,..?" tanya Pangeran Dewangga Sena.

" Tahu apa, Kang,..?" tanya Kintan Suri tidak mengerti.

" Tahu mengenai rahasia yg di simpan oleh eyang mu itu,.?" jawab Pangeran Dewangga Sena.

Kintan Suri menggeleng lemah, gadis cantik itu memang tidak tahu dan tidak pernah mau tahu mengenai apa saja jadi urusan dari Eyang nya itu,

" Jadi kakang Angga akan segera meninggalkan desa Lohsari ini secepatnya,.?" tanya Kintan Suri dengan nada sedih.

Sambil menatap lekat wajah Gadis desa Lohsari ini yg merupakan cucu dari Buyut Lohsari sendiri.Pangeran Dewangga Sena berkata,

" Sebenarnya kakang tidak ingin secepatnya menunggalkan desa Lohsari ini, namun karena tugas Kakang masih sangat banyak, jadi sudah sewajarnya kakang harus segera meninggalkan desa ini," jelas Pangeran Dewangga Sena.

Putra Mahkota Kerajaan Medang Kemulan ini memang berwajah sangat tampan, di tambah lagi usia nya masih sangat muda. Tentu banyak gadis gadis remaja yg kepincut kepada nya termasuk dengan cucu dari Buyut Lohsari itu.

Sampai sore, mereka berada di sawah tersebut, dengan senang hati Kintan Suri menemani Pangeran Dewangga Sena yg di tugaskan oleh Buyut Lohsari untuk menjaga burung.Agar tidak datang memangsa padi padi yg mulai menguning itu.

Sungguh memang keterlaluan Buyut Lohsari ini, seorang putra mahkota dari Kerajaan sebesar Medang Kemulan ini ia perintahkan untuk menjadi penjaga burung di sawah nya, jika ia mengenal orang itu tentu dia tidak akan berani melakukan nya, jangan kan untuk menyuruh nya, mengangkat wajahnya pun ia tidak akan mampu jika mengetahui siapa sesungguhnya Pangeran Dewangga Sena ini.

Episodes
1 Tahta yang Terampas. #1.
2 Tahta Yang Terampas. #2
3 Tahta Yang Terampas #3.
4 Tahta Yang Terampas. #4
5 Tahta Yang Terampas #5.
6 Tahta Yang Terampas #6.
7 Tahta Yang Terampas #7.
8 Tahta Yang Terampas #8.
9 Tahta Yang Terampas #9.
10 Tahta Yang Terampas #10.
11 Ksatria Muda #1.
12 Ksatria Muda #2.
13 Ksatria Muda. #3.
14 Ksatria Muda #4.
15 Ksatria Muda. #5.
16 Ksatria Muda. #6
17 Ksatria Muda #7.
18 Ksatria Muda #8.
19 Ksatria Muda #9.
20 Ksatria Muda #10
21 Persiapan. #1
22 Persiapan. #2.
23 Persiapan #3.
24 Persiapan #4
25 Persiapan #5.
26 Persiapan #6.
27 Persiapan #7
28 Persiapan #8.
29 Persiapan #9.
30 Persiapan #10.
31 Tahta yang Goyah #1.
32 Tahta yang Goyah #2.
33 Tahta yang Goyah #3.
34 Tahta Yang Goyah. #4.
35 Tahta Yang Goyah #5.
36 Tahta Yang Goyah #6.
37 Tahta Yang Goyah #7.
38 Tahta Yang Goyah #8
39 Tahta Yang Goyah #9
40 Tahta Yang Goyah #10.
41 Pertaruhan #1.
42 Pertaruhan #2.
43 Pertaruhan #3.
44 Pertaruhan #4.
45 Pertaruhan #5.
46 Pertaruhan #6.
47 Pertaruhan #7.
48 Pertaruhan #8
49 Pertaruhan #9.
50 Pertaruhan #10.
51 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar. #1.
52 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #2
53 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #3
54 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #4
55 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #5.
56 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #6.
57 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #7.
58 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #8.
59 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #9.
60 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #10.
61 Sang Prabhu #1.
62 Sang Prabhu #2.
63 Sang Prabhu #3.
64 Sang Prabhu #4.
65 Sang Prabhu #5.
66 Sang Prabhu #6
67 Sang Prabhu #7
68 Sang Prabhu #8
69 Sang Prabhu #9.
70 Sang Prabhu #10.
71 Di tahan #1
72 Di Tahan #2
73 Di Tahan #3.
74 Di Tahan #4.
75 Di Tahan #5.
76 Di Tahan #6
77 Di Tahan #7
78 Di Tahan #8.
79 Di Tahan #9
80 Di Tahan #10
81 Prahara di Chandra Bhaga.#1
82 Prahara di Chandra Bhaga #2.
83 Prahara di Chandra Bhaga #3.
84 Prahara di Chandra Bhaga #4.
85 Prahara di Chandra Bhaga #5.
86 Prahara di Chandra Bhaga #6.
87 Prahara di Chandra Bhaga #7.
88 Prahara di Chandra Bhaga #8.
89 Prahara di Chandra Bhaga #9.
90 Prahara di Chandra Bhaga #10.
91 Prahara di Chandra Bhaga #11.
92 Tumbangnya kesombongan #1.
93 Tumbangnya kesombongan #2.
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Tahta yang Terampas. #1.
2
Tahta Yang Terampas. #2
3
Tahta Yang Terampas #3.
4
Tahta Yang Terampas. #4
5
Tahta Yang Terampas #5.
6
Tahta Yang Terampas #6.
7
Tahta Yang Terampas #7.
8
Tahta Yang Terampas #8.
9
Tahta Yang Terampas #9.
10
Tahta Yang Terampas #10.
11
Ksatria Muda #1.
12
Ksatria Muda #2.
13
Ksatria Muda. #3.
14
Ksatria Muda #4.
15
Ksatria Muda. #5.
16
Ksatria Muda. #6
17
Ksatria Muda #7.
18
Ksatria Muda #8.
19
Ksatria Muda #9.
20
Ksatria Muda #10
21
Persiapan. #1
22
Persiapan. #2.
23
Persiapan #3.
24
Persiapan #4
25
Persiapan #5.
26
Persiapan #6.
27
Persiapan #7
28
Persiapan #8.
29
Persiapan #9.
30
Persiapan #10.
31
Tahta yang Goyah #1.
32
Tahta yang Goyah #2.
33
Tahta yang Goyah #3.
34
Tahta Yang Goyah. #4.
35
Tahta Yang Goyah #5.
36
Tahta Yang Goyah #6.
37
Tahta Yang Goyah #7.
38
Tahta Yang Goyah #8
39
Tahta Yang Goyah #9
40
Tahta Yang Goyah #10.
41
Pertaruhan #1.
42
Pertaruhan #2.
43
Pertaruhan #3.
44
Pertaruhan #4.
45
Pertaruhan #5.
46
Pertaruhan #6.
47
Pertaruhan #7.
48
Pertaruhan #8
49
Pertaruhan #9.
50
Pertaruhan #10.
51
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar. #1.
52
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #2
53
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #3
54
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #4
55
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #5.
56
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #6.
57
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #7.
58
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #8.
59
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #9.
60
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #10.
61
Sang Prabhu #1.
62
Sang Prabhu #2.
63
Sang Prabhu #3.
64
Sang Prabhu #4.
65
Sang Prabhu #5.
66
Sang Prabhu #6
67
Sang Prabhu #7
68
Sang Prabhu #8
69
Sang Prabhu #9.
70
Sang Prabhu #10.
71
Di tahan #1
72
Di Tahan #2
73
Di Tahan #3.
74
Di Tahan #4.
75
Di Tahan #5.
76
Di Tahan #6
77
Di Tahan #7
78
Di Tahan #8.
79
Di Tahan #9
80
Di Tahan #10
81
Prahara di Chandra Bhaga.#1
82
Prahara di Chandra Bhaga #2.
83
Prahara di Chandra Bhaga #3.
84
Prahara di Chandra Bhaga #4.
85
Prahara di Chandra Bhaga #5.
86
Prahara di Chandra Bhaga #6.
87
Prahara di Chandra Bhaga #7.
88
Prahara di Chandra Bhaga #8.
89
Prahara di Chandra Bhaga #9.
90
Prahara di Chandra Bhaga #10.
91
Prahara di Chandra Bhaga #11.
92
Tumbangnya kesombongan #1.
93
Tumbangnya kesombongan #2.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!