Ksatria Muda. #3.

Serangan serangan yg di berikan oleh Panglima Lokantara memang menyulitkan Panglima Rakai Parumping.

Pemimpin pasukan dari Pakuwan Pamintihan ini benar -benar terdesak sangat hebat, dan ini di ketahui oleh panglima Tarub, tetapi apa mau di kata .

Panglima Tarub jauh dari keduanya, sehingga sulit untuk memberikan bantuan , dan membuat panglima Rakai Parumping harus berjuang sendiri.

Ketika Panglima Lokantara telah merambah pada ilmu kadigjayaan, maka keadaan makin sulit untuk Panglima dari pakuwan Pamintihan ini.

Hingga suatu saat,..

" Heaaahhh,.."

" Crasshhh,.."

" Aaakkhh,.."

Panglima Lokantara berhasil menebaskan pedangnya dan mengenai lengan dari Panglima Rakai Parumping.

Pemimpin pasukan dari Pakuwan Pamintihan ini menjerit tertahan menahan rasa sakit yg menderanya.

Lengan kirinya terluka dan mulai mengucurkan darah, beruntung ia tidak terjatuh dari punggung kudanya.

Namun bagi Panglima Lokantara kesempatan itu tidak ia sia -sia kan, dengan cepat kudanya ia putar guna mengejar Panglima Rakai Parumping yg tengah terluka itu.

Dan dari arah belakang , dengan pedang yg teracung , siap untuk ia tusukan guna mengakhiri perlawanan dari Rakai Parumping, tiba -tiba saja entah darimana datang nya,..

" Hiyyyahh,.."

" Dhumbhh,.."

" Nghiiikkh,.."

Sebuah serangan dari jarak jauh menghantam di depan kudanya.

Kuda dari panglima Lokantara ini sampai terlonjak kaki depan nya dan terangkat sangat tinggi.Membuat tubuh panglima Lokantara hampir saja terjatuh.

Setelah berhasil mengendalikan kudanya,.panglima Lokantara segera mengedarkan pandanganya, ia melihat keseluruhan dari pertempuran itu,..dan mencari dari arah mana orang yg telah menyerangnya itu.

Agak lama pemimpin pasukan dari Medang Kemulan ini mencari , barulah ia menemukan sesosok tubuh yg tengah berdiri tenang diantara kumpulan prajurit Pakuwan Pamintihan.

Di lihatnya seorang pemuda yg tidak menggunakan seragam keprajuritan mana pun tengah berdiri dengan santai nya.

Pemuda itu berusia masih sangat muda,..mungkin masih belasan tahun saja

Dan pemuda itu menatap tajam ke arah Panglima Lokantara.Merasa bahwa pemuda itu lah yg telah melakukan penyerangan atas dirinya.

Panglima Lokantara segera mengarahkan kudanya mendekati pemuda tersebut.

" Hehh,..bocah, kau yang telah menyelamatkan nyawa Rakai Parumping itu,.?" tanya Panglima Lokantara.

Dengan bernada membentak , Panglima kepercayaan dari Prabhu Watu Menak Koncar ini mengacungkan pedangnya ke arah pemuda tersebut.

Sedangkan pemuda tampan itu diam saja tidak menjawab pertanyaan dari Panglima Lokantara.

Di dalam hatinya ia berkata,.orang inilah yg telah membuat ibunda Ratu tewas.

Wajahnya tiba -tiba saja menegang mengingat kejadian beberapa tahun silam tatkala dirinya masih bersama dengan ibundanya.

Mereka di kejar oleh pasukan dari Medang Kemulan yg di pimpin oleh Panglima Lokantara ini.

Tangan nya dengan cepat meraih sebuah anak panah yg berada di dalam endong nya.

" Hayoo, jawab ,.atau pedangku ini yg akan berbicara,.." seru Panglima Lokantara lagi.

Dan disaat itu ,keadaan pasukan dari Medang Kemulan memang makin terjepit.

Sehingga panglima Lokantara harus memutuskan untuk menghabisi pemuda yg ada di hadapan nya itu untuk selanjutnya menarik pulang pasukan nya yg dalam keadaan terdesak.

" Baik lah , jika memang mulut mu tidak mau bicara, biarlah akan ku robek saja dengan pedangku ini,..Heaahh,.."

Panglima Lokantara melompat dari punggung kudanya dan langsung menyerang pemuda tampan yg berdiri tegak itu sambil memegang anak panahnya pada tangan kanan nya.

" Trakkkkhh,."

Benturan terjadi antara pedang Panglima Lokantara dengan anak panah yg ada di genggaman pemuda itu.

Satu hal yg membuat Panglima Lokantara terkejut, tubuhnya harus terdorong mundur dengan sangat kuat setelah benturan itu terjadi.

" Hehhh,.."

Ia berseru kaget. Baru kali ini tenaga dalam nya kalah dengan seorang lawan yg masih muda.

Ia sampai mempergunakan peringan tubuhnya agar tidak terjatuh , sementara pemuda itu masih kokoh berdiri di tempatnya tidak bergeming sedikit pun

Siapa pemuda ini, mengapa tenaga dalam nya sangat hebat,. berkata dalam hati Panglima Lokantara.

Kembali ia menyiapkan serangan lagi, sambil memutar pedangnya,.ia segera melesat menyerang pemuda itu.

" Ciaaaaaat,.."

Laksana terbang , panglima dari Kerajaan Medang Kemulan ini menebaskan kembali pedangnya mengarah leher pemuda itu, namun sekali lagi Panglima Lokantara harus kecele,.dengan mudahnya serangan nya tersebut dapat di hindari oleh pemuda tersebut.

Geram rasa hati Panglima Lokantara dengan sangat cepat ia kembali menyerang lawannya. Maka pertempuran antara kedua nya pun tidak dapat di hindari lagi.

Pemuda yg berusia belasan tahun ini melayani semua serangan serangan yg di lakukan oleh pemimpin pasukan dari Medang Kemulan itu.

Pertarungan tingkat tinggi pun tersaji. Dengan tatag pemuda tersebut berhasil bertahan dari semua gempuran yg di lakukan oleh lawan nya.

Bahkan ketika telah memasuki berpuluh puluh jurus,.pemuda ini mampu mmebalikkan keadaan.

Panglima Lokantara yg harus bertahan terhadap serangan serangan dari pemuda tersebut.

Ini sungguh merugikan buat pasukan Medang Kemulan. Dimana mereka tidak mendapatkan perintah yg jelas dari Senopati agungnya yg sedang berperang tanding melawan seorang pemuda yg tidak di kenal, sedangkan keadaan pasukan dari Medang Kemulan dalam keadaan sulit.

Semakin banyak berguguran prajurit dari Kerajaan Medang Kemulan itu.

Sedangkan pemuda yg menjadi lawan dari Panglima Lokantara seperti nya memiliki dendam tersendiri terhadap lawannya ini.

Meski masih berusia sangat muda,. dengan mudahnya ia mampu mempecundangi panglima medang Kemulan ini.

" Heaahhhh,.."

Anak panah yg ada di genggaman Pemuda itu berhasil merobek perut dari panglima Lokantara.

Pemimpin pasukan Medang Kemulan ini terluka cukup parah pada bagian perutnya oleh mata anak panah tersebut.

Kali ini darah mengalir sangat deras dari bekas luka tusukan anak panah tersebut.

Panglima Lokantara berkali -kali mengemposi tenaga dalamnya agar dapat keluar dari garis serang pemuda itu.

Namun tampaknya sang pemuda tidak memberi kesempatan , ia terus saja mencecar Panglima Lokantara dengan serangan serangan yg mematikan, hingga saat itu tiba,..

" Ciaaaat,.."

Sambil bersalto di udara pemuda itu mengirimkan serangan melalui sebuah tendangan yg tidak dapat di hindari lagi oleh panglima kepercayaan dari Prabhu Watu Menak Koncar ini, dadanya telak terhantam tendangan yg berisi tenaga dalam tingkat tinggi itu dan selanjutnya,.

" Hiiiihhhh,.."

" Crabbbhh,.."

" Aaakkhh,.."

Suara jeritan keluar dari mulut Panglima Lokantara sekaligus penanda tamat sudah riwayat hidupnya.

Anak panah itu berhasil menancap dan tembus pada jantung nya. Disaat tubuhnya akan terjatuh ketika menerima tendangan lawan nya tadi.

Dengan sangat cepat pemuda itu melepaskan anak panahnya yg ada di genggaman tangan nya tersebut , dan menghunjam keras di jantung dari Panglima Lokantara.

Tubuh Panglima Lokantara jatuh berdebum di atas tanah dalam keadaan mati.

Pemuda yg menjadi lawannya itu menatap puas setelah berhasil membunuh Panglima Lokantara ini.

Dendam ibunda ratu telah ku bayar lunas, desis pemuda itu.

Bersamaan dengan hal tersebut maka para prajurit dari Pakuwan Pamintihan segera berteriak teriak,.

" Lokantara tewas,.."

" Lokantara tewas,.."

" Lokantara tewas,.."

Teriakan itu membahana dan segera menciutkan nyali para prajurit Medang Kemulan.

Salah seorang Senopati pengapit dari Kerajaan Medang Kemulan segera memrintahkan seorang prajurit nya guna memastikan hal tersebut.

Dengan sangat prajurit tersebut ke tempat dimana panglima Lokantara tadi bertarung.

Ia mendapati tubuh panglimanya telah terbujur kaku bersimbah darah dengan sebuah anak panah yg menancap tepat di jantung nya.

Prajurit itu tidak berani terlalu mendekat karena tempat tersebut tengah di kuasai oleh para prajurit dari Pakuwan Pamintihan.

Ia segera kembali melaporkan hal tersebut kepada Senopati nya.

" Gusti Senopati,.. ternyata memang benar panglima Lokantara telah tewas akibat tertancap anak panah pada dadanya,.." jelas prajurit tersebut.

" Benarkah yg kau ucapkan itu , Prajurit,..?" tanya sang Senopati.

" Benar Gusti Senopati,.. Aku melihat sendiri dengan mata kepalaku,.." jawab prajurit itu lagi.

Akhirnya Senopati pengapit dari Kerajaan Medang Kemulan mengambil tindakan,

" Cepat sampaikan kepada para prajurit penghubung untuk segera menarik pasukan dari medan pertempuran,..cepat,." teriak nya kepada prajurit nya.

Dengan cepat pesan dari Senopati pengapit ini sampai kepada seluruh pemimpin pasukan prajurit yg terkecil dalam tata keprajuritan Kerajaan Medang Kemulan..

Bahwa pesan dari Senopati pengapit yg bertugas menggantikan kepemimpinan pasukan Medang Kemulan yg telah di tinggalkan oleh Panglima Lokantara akibat telah tewas, sampai ke seluruh prajurit Medang Kemulan.

Mereka di minta menarik diri dari medan pertempuran.

Mendengar hal tersebut,. hampir keseluruhan prajurit Medang Kemulan menjadi senang.

Karena memang keadaan mereka sudah sangat sulit akibat di himpit oleh dua kekuatan besar yaitu dari Pakuwan Pamintihan dan Pakuwan Pemanggar.

Meskipun korban yg jatuh dari pihak Medang Kemulan sudah cukup banyak namun mereka tidak ingin tumpas seluruhnya.

Maka setelah ada keputusan dari pemimpin mereka , berangsur -angsur mereka menarik diri dari tempat itu.

Dalam usaha untuk keluar dari medan pertempuran ini, masih banyak juga korban yg jatuh dari pihak Kerajaan Medang Kemulan,pasukan dari Pakuwan Pamintihan dan Pakuwan Pemanggar tetap memberikan tekanan di sebabkan mereka sedang berada di atas angin terlebih setelah tewasnya Senopati agungnya , Panglima Lokantara yg di agul agulkan pihak Kerajaan Medang Kemulan.

Banyak korban yg berjatuhan dari pihak Medang Kemulan ini, walau akhirnya mereka dapat keluar dari medan peperangan yg laksana menjadi neraka untuk mereka.

Sungguh suatu kerugian yg sangat besar yg harus mereka bayarkan , bahkan dengan mengorbankan salah seorang panglima terbaiknya.

Lebih dari separo , pasukan Medang Kemulan tewas dalam pertempuran kali ini, mereka tidak menyangka mendapatkan bokongan dari belakang oleh pasukan Pakuwan Pamintihan.

Setelah berhasil keluar dari medan peperangan ini, dengan cepat para prajurit ini bergerak kembali ke Kotaraja Medang Kemulan.

Dan berita telah tewasnya Panglima Lokantara sudah sampai ke telinga Prabhu Watu Menak Koncar.

Penguasa Kerajaan Medang Kemulan ini amat bersedih setelah kehilangan Panglima terbaiknya itu.

Salah seorang yg memberikan andil yg cukup besar saat berhasil menggulingkan Prabhu Kreshna Yuda beberapa waktu yg lampau sehingga Watu Menak Koncar berhasil menduduki tahta di kerajaan Medang Kemulan ini.

Prabhu Watu Menak Koncar lebih sedih lagi karena jasad Panglima Lokantara tidak dapat di bawa serta kembali ke Medang Kemulan.

Di karenakan pasukan nya pun hampir tumpas.

Murka di hati Prabhu Watu Menak Koncar tidak dapat di tahan lagi, ia melepaskan kekesalan nya itu pada dinding Istana.

Akibat keputusan nya yg tidak bijak, saat ini Kerajaan Medang Kemulan di ambang kehancuran.

Pasukan yg telah di bentuknya tidak terlalu memuaskan hasilnya.

Bahkan cenderung merugikan hanya menghabiskan kekayaan istana guna membiayai nya.

Sementara itu, di pihak Pakuwan Pamintihan dan Pakuwan Pemanggar terjadi kehebohan akan hadirnya seorang Ksatria Muda yg berhasil membunuh Panglima Lokantara dalam sebuah perang tanding.

Baik Panglima Rakai Parumping dari Pakuwan Pamintihan maupun Panglima Tarub dari Pakuwan Pemanggar ingin bertemu dengan pemuda tersebut yg telah menjadi buah bibir di kalangan prajurit.

Namun sangat di sayangkan mereka berdua tidak dapat bertemu dengan pemuda tersebut.

Seperti di telan angin , pemuda itu menghilang tanpa seorang prajurit pun yg tahu kemana perginya.

" Apa yg harus ku katakan kepada Gusti Akuwu,..Tarub,.." ucap Panglima Rakai Parumping.

Pemimpin pasukan dari Pakuwan Pamintihan ini bertanya kepada rekan nya Panglima Tarub dari Pakuwan Pemanggar.

Sedang yg di tanya pun sama, tidak memiliki jawaban atas apa yg telah terjadi.

Mereka berdua memang tidak mengetahui siapa sesungguhnya dewa penolong itu.

Panglima Tarub pun diam, ia sibuk dengan pikirannya sendiri.

Karena kemenangan kali ini adalah andil dari seorang pemuda yg identitas belum di ketahui secara pasti , siapa ia sesungguhnya.

Namun yg jelas mereka wajib bersyukur dengan hasil yg telah mereka terima kali ini.

Dua kekuatan dari dua Pakuwan mampu menahan serangan dari Kotaraja Medang Kemulan yg memiliki pasukan yg sangat besar.

Sehingga Panglima Rakai Parumping diminta untuk singgah di Pakuwan Pemanggar.

Hal ini di setujui oleh pemimpin pasukan dari Pakuwan Pamintihan itu.

Dengan membawa pasukan nya, baik yg masih sehat maupun yg sedang terluka Panglima Rakai Parumping singgah di Pakuwan Pemanggar.

Setibanya di Pemanggar mereka di sambut dengan sangat ramah oleh Akuwu Pemanggar.

Sang Akuwu amat senang dengan hasil yg telah di capai oleh para prajurit nya juga termasuk di dalamnya para prajurit dari Pakuwan Pamintihan.

Berkat kerjasama yg terjalin diantara kedua nya, Pasukan Medang Kemulan tidsk mampu menundukkan Pakuwan Pemanggar.

" Panglima Tarub,. siapa sesungguhnya pemuda yg telah berhasil mengalahkan Lokantara itu,.?" tanya Akuwu Pemanggar.

" Hamba tidak tahu,..Gusti,. karena hamba belum sempat bertemu dengan nya, " sahut panglima Tarub.

Walaupun di hati sang Akuwu ingin mengetahui siapa sesungguhnya pemuda yg menjadi dewa penolong mereka itu , terpaksalah keinginan nya tersebut ia pendam karena tidsk ada yg mampu untuk memberikan keterangan yg jelas mengenai nya.

Sedangkan Panglima Rakai Parumping yg mengalami luka akibat bertarung dengan panglima Lokantara harus di rawat di Pakuwan Pemanggar.

Bahkan ketika seluruh prajurit nya telah kembali ke Pamintihan ,. Panglima Rakai Parumping masih berada di istana Pakuwan Pemanggar ini.

Ia bersama dengan panglima Tarub bercerita mengenai perang yg telah mereka alami saat menghadapi pasukan Medang Kemulan.

Kedua duanya mampu di kalahkan oleh Panglima Lokantara, dan mereka sering kali tersenyum ketika nama Panglima Lokantara itu di sebutkan.

" Memang nyawa seseorang itu kita tidak tahu dimana akan berakhirnya,.." ucap Panglima Tarub.

" Benar,..aku setuju dengan ucapanmu itu, Tarub,. karena ketika pedang dari Lokantara itu berhasil menggores tanganku, dan ia tetap memburuku , aku merasa sudah tiba ajalku pada saat itu ,.. tetapi ternyata tidak , malah ia lah yg harus tewas terlebih dahulu,.." sahut panglima Rakai Parumping.

Episodes
1 Tahta yang Terampas. #1.
2 Tahta Yang Terampas. #2
3 Tahta Yang Terampas #3.
4 Tahta Yang Terampas. #4
5 Tahta Yang Terampas #5.
6 Tahta Yang Terampas #6.
7 Tahta Yang Terampas #7.
8 Tahta Yang Terampas #8.
9 Tahta Yang Terampas #9.
10 Tahta Yang Terampas #10.
11 Ksatria Muda #1.
12 Ksatria Muda #2.
13 Ksatria Muda. #3.
14 Ksatria Muda #4.
15 Ksatria Muda. #5.
16 Ksatria Muda. #6
17 Ksatria Muda #7.
18 Ksatria Muda #8.
19 Ksatria Muda #9.
20 Ksatria Muda #10
21 Persiapan. #1
22 Persiapan. #2.
23 Persiapan #3.
24 Persiapan #4
25 Persiapan #5.
26 Persiapan #6.
27 Persiapan #7
28 Persiapan #8.
29 Persiapan #9.
30 Persiapan #10.
31 Tahta yang Goyah #1.
32 Tahta yang Goyah #2.
33 Tahta yang Goyah #3.
34 Tahta Yang Goyah. #4.
35 Tahta Yang Goyah #5.
36 Tahta Yang Goyah #6.
37 Tahta Yang Goyah #7.
38 Tahta Yang Goyah #8
39 Tahta Yang Goyah #9
40 Tahta Yang Goyah #10.
41 Pertaruhan #1.
42 Pertaruhan #2.
43 Pertaruhan #3.
44 Pertaruhan #4.
45 Pertaruhan #5.
46 Pertaruhan #6.
47 Pertaruhan #7.
48 Pertaruhan #8
49 Pertaruhan #9.
50 Pertaruhan #10.
51 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar. #1.
52 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #2
53 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #3
54 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #4
55 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #5.
56 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #6.
57 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #7.
58 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #8.
59 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #9.
60 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #10.
61 Sang Prabhu #1.
62 Sang Prabhu #2.
63 Sang Prabhu #3.
64 Sang Prabhu #4.
65 Sang Prabhu #5.
66 Sang Prabhu #6
67 Sang Prabhu #7
68 Sang Prabhu #8
69 Sang Prabhu #9.
70 Sang Prabhu #10.
71 Di tahan #1
72 Di Tahan #2
73 Di Tahan #3.
74 Di Tahan #4.
75 Di Tahan #5.
76 Di Tahan #6
77 Di Tahan #7
78 Di Tahan #8.
79 Di Tahan #9
80 Di Tahan #10
81 Prahara di Chandra Bhaga.#1
82 Prahara di Chandra Bhaga #2.
83 Prahara di Chandra Bhaga #3.
84 Prahara di Chandra Bhaga #4.
85 Prahara di Chandra Bhaga #5.
86 Prahara di Chandra Bhaga #6.
87 Prahara di Chandra Bhaga #7.
88 Prahara di Chandra Bhaga #8.
89 Prahara di Chandra Bhaga #9.
90 Prahara di Chandra Bhaga #10.
91 Prahara di Chandra Bhaga #11.
92 Tumbangnya kesombongan #1.
93 Tumbangnya kesombongan #2.
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Tahta yang Terampas. #1.
2
Tahta Yang Terampas. #2
3
Tahta Yang Terampas #3.
4
Tahta Yang Terampas. #4
5
Tahta Yang Terampas #5.
6
Tahta Yang Terampas #6.
7
Tahta Yang Terampas #7.
8
Tahta Yang Terampas #8.
9
Tahta Yang Terampas #9.
10
Tahta Yang Terampas #10.
11
Ksatria Muda #1.
12
Ksatria Muda #2.
13
Ksatria Muda. #3.
14
Ksatria Muda #4.
15
Ksatria Muda. #5.
16
Ksatria Muda. #6
17
Ksatria Muda #7.
18
Ksatria Muda #8.
19
Ksatria Muda #9.
20
Ksatria Muda #10
21
Persiapan. #1
22
Persiapan. #2.
23
Persiapan #3.
24
Persiapan #4
25
Persiapan #5.
26
Persiapan #6.
27
Persiapan #7
28
Persiapan #8.
29
Persiapan #9.
30
Persiapan #10.
31
Tahta yang Goyah #1.
32
Tahta yang Goyah #2.
33
Tahta yang Goyah #3.
34
Tahta Yang Goyah. #4.
35
Tahta Yang Goyah #5.
36
Tahta Yang Goyah #6.
37
Tahta Yang Goyah #7.
38
Tahta Yang Goyah #8
39
Tahta Yang Goyah #9
40
Tahta Yang Goyah #10.
41
Pertaruhan #1.
42
Pertaruhan #2.
43
Pertaruhan #3.
44
Pertaruhan #4.
45
Pertaruhan #5.
46
Pertaruhan #6.
47
Pertaruhan #7.
48
Pertaruhan #8
49
Pertaruhan #9.
50
Pertaruhan #10.
51
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar. #1.
52
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #2
53
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #3
54
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #4
55
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #5.
56
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #6.
57
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #7.
58
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #8.
59
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #9.
60
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #10.
61
Sang Prabhu #1.
62
Sang Prabhu #2.
63
Sang Prabhu #3.
64
Sang Prabhu #4.
65
Sang Prabhu #5.
66
Sang Prabhu #6
67
Sang Prabhu #7
68
Sang Prabhu #8
69
Sang Prabhu #9.
70
Sang Prabhu #10.
71
Di tahan #1
72
Di Tahan #2
73
Di Tahan #3.
74
Di Tahan #4.
75
Di Tahan #5.
76
Di Tahan #6
77
Di Tahan #7
78
Di Tahan #8.
79
Di Tahan #9
80
Di Tahan #10
81
Prahara di Chandra Bhaga.#1
82
Prahara di Chandra Bhaga #2.
83
Prahara di Chandra Bhaga #3.
84
Prahara di Chandra Bhaga #4.
85
Prahara di Chandra Bhaga #5.
86
Prahara di Chandra Bhaga #6.
87
Prahara di Chandra Bhaga #7.
88
Prahara di Chandra Bhaga #8.
89
Prahara di Chandra Bhaga #9.
90
Prahara di Chandra Bhaga #10.
91
Prahara di Chandra Bhaga #11.
92
Tumbangnya kesombongan #1.
93
Tumbangnya kesombongan #2.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!