Tahta Yang Terampas #6.

Panglima Pakuwan Pamintihan itu , segera membawa pasukan kembali ke Pamintihan.

" Gusti Panglima , apa tidak sebaiknya kita melihat tempat itu sekali lagi,..?" tanya salah seorang prajurit.

" Jika kita kesana dan terlihat oleh para prajurit Watu Menak Koncar, maka akan terjadi gesekan antara kita dengan mereka, " jawab Rakai Parumping.

Dari jawaban itu terlihat bahwa Panglima , Pemimpin pasukan Pakuwan Pamintihan tersebut enggan untuk berhadapaan dengan pasukan Watu Menak Koncar.

Maka kembali lah pasukan itu ke istana Pakuwan Pamintihan dengan tangan hampa.

Tidak menemukan orang yg mereka cari.

Sesampainya di istana Pakuwan Pamintihan, langsung di sambut oleh Akuwu Manik Rangga, adik ipar dari Prabhu Kreshna Yuda.

" Bagaimana Parumping, apakah kalian menemukan , kangmbok Ratu Manik Wangi dan anaknya Pangeran Dewangga Sena,..?" tanya Sang Akuwu Manik Rangga.

Sambil menjura hormat, Panglima Rakai Parumping berkata,.

" Ampunkan hamba ,..Gusti Akuwu,..kami tidak menemukan Gusti Ratu dan Pangeran Dewangga Sena, hanya kami menemukan beberapa mayat prajurit pengawal Raja dari Kerajaan Medang Kemulan,..dan tidak menemukan Gusti Ratu Ayu Manik Wangi dan Pangeran Dewangga Sena,.." jawab Panglima Rakai Parumping.

" Hahhh,.. apakah kalian tidak menemukan Kangmbok Ratu Manik Wangi dan anaknya,.. kemana perginya mereka itu,..apakah mereka berhasil di tsngkap oleh Watu Menak Koncar,..?" tanya Akuwu Manik Rangga lagi.

" Hamba tidak tahu,..Gusti Akuwu," jawab Panglima Rakai Parumping singkat.

Hati Akuwu Manik Rangga terasa sangat sedih ,.. kemana ia mencari kedua saudaranya itu.

Kembali sang Akuwu memerinthakan kepada para prajurit telik sandi nya untuk mencsri keberadaan kedua orang itu.

Sementara itu ,.. Panglima Raden Watu Giring, yg telah terjatuh ke dalam sungai dan terbawa arus cukup jauh. Ia terpisah dengan Pangeran Dewangga Sena,.

Putra mahkota dari Kerajaan Medang Kemulan itu lebih jauh lagi hanyut nya.

Panglima Raden Watu Giring terdampar pada sebuah batang kayu yg terdapat di tepian kali itu.

Dan dalam keadaan pingsan.

Dari kejauhan ada seseorang yg akan datang ke sungai itu, , tampaknya ia akan mencari ikan.

Begitu tiba di tempat itu, alangkah terkejutnya ia melihat ada seseorang yg tengah tersangkut di sebuah batang kayu.

Hahhh, siapakah orang ini, dari pakaian nya sepertinya orang ini adalah seorang prajurit berkata dalam hati, orang tersebut.

Ia mengangkat tubuh Panglima Raden Watu Giring keluar dari dalam air. Sesaat kemudian di baringkan di sebuah tempat yg agak lapang. Orang tersebut memeriksa nya..

Ternyata masih hidup,.. katanya lagi dalam hati.

Dengan meninggalkan peralatan nya , orang tersebut memapah tubuh Panglima Kerajaan Medang Kemulan itu dan membawanya pergi dari tempat tersebut.

Jarak tempat tinggalnya yg cukup jauh di tambah lagi tubuh dari Panglima Raden Watu Giring yg basah dan berat , agak lama juga orang tersebut baru sampai.

Dan istrinya yg sedang mengumpuli kayu bakar , terkejut mendapati suaminya telah kembali dan membawa seseorang bersamanya.

" Siapa orang itu,..Kang ,.." tanya istrinya heran.

Karena tidak biasanya ada seorang prajurit yg berada di daerah mereka. Dan kali ini , suaminya sedang membawa seorang yg berpakaian prajurit dengan pundakt tertancap sebatang anak panah.

" Aku tidak tahu,..cepat , kamu sediakan air panas, supaya aku dapat mengobatinya,.." sahut sang Suami.

Lelaki itu kemudian membawa tubuh Panglima Raden Watu Giring ke dalam dan meletakkan nya di sebuah amben bambu.

Dengan sigap dan cekatan lelaki itu membuka seluru pakaian Panglima Raden Watu Giring dan mengganti nya dengan pakaian yg kering milik nya.

Sedangkan sang istri terlihat telah menjerang air di dapur.

Lelaki itu kemudian dengan perlahan mencabut anak panah yg tertancap di pundak Panglima Raden Watu Giring.

Bersamaan dengan terlepas nya anak panah itu,.. Panglima Raden Watu Giring pun sadar,..

" Aaakhh,..ddi di,..dimana aku ini,..?" tanya nya .

Setelah ia merasakan sakit yg teramat di sekitar pundaknya, darah segar tampak mengalir dengan deras nya keluar dari bekas luka tersebut.

" Tenangt, diirmu berada di rumahku,.." sahut lelaki itu.

Ia kemudian memijati di sekitar luka tersebut ,..baru kemudian membersihkan nya dengan air panas yg telah di berikan oleh sang istri.

" Siapa kisanak ini,..?" tanya Panglima Raden Watu Giring .

Sambil melihat ke arah orang yg tengah merawat lukanya itu.

" Orang orang disini biasa memanggilku dengan sebutan , eyang Kiwak,.." jawab lelaki itu.

Setelah ia menaburkan bubuk obat di bekas luka dan kemudian membalutnya dengan kain. Sehingga luka Panglima Raden Watu Giring tidak mengeluarkan darah lagi.

" Nyi , apakah kita masih memliki makanan ,..?" tanya nya pada sang Istri.

Buru -buru perempuan itu ke dapur dan mencari apa yg di minta oleh sang suami.

Dan membawakan nasi serta lauknya , kemudian ia serahkan kepada sang suami.

" Terima kasih ,.Nyi,.." ujar Eyang Kiwak.

Setelah melihat menerima nasi dan lauknya itu.

" Makanlah,..agar tubuh mu menjadi kuat dan bertenaga,.."

Terdengar ucapan dari lelaki itu kepada panglima Raden Watu Giring yg masih terbaring lemah.

Sebenar nya ia memang akan segera bangkit dari pembaringan nya itu dan berusaha untuk duduk.

" Dirimu lebih baik tiduran dulu, biarlah aku yg akan menyuapimu,.." kata Eyang Kiwak lagi.

Dan ia pun menyuapi nasi itu ke mulut Panglima Raden Watu Giring.

Setelah selesai , barulah Eyang Kiwak pamit , ia akan pergi ke sungai, karena tadi seluruh peralatan menangkap ikan nya ia tinggal begitu saja.

" Jikae dirimu memrlukan sesuatu pinta saja kepada istriku,.." ujarnya sebelum pergi.

Dan Panglima Raden Watu Giring pun mengganggukkan kepalanya.

Walaupun sebenar nya ingatan nya belum pulih benar,.. pembantu terdekat dari Prabhu Kreshna Yuda ini mulai merunut kejadian yg telah menimpa nya dan ketika ia teringat sesuatu,..

" Pangeran Dewangga Sena,...?" serunya agak keras.

Dan suaranya itu membuat istri dari Eyang Kiwak sampai berlari masuk ke dalam.

Ia pun bertanya,..

" Ada apa den,..apakah aden ingin mengatakan sesuatu,..?" tanya nya.

" Benar,..Nyi,..apakah eyang Kiwak tidak menemukan seorang bocah kecil yg berusia sekitar sepuluh tahunan ada bersama ku,..?" tanya Panglima Raden Watu Giring.

Sambil menggelengkan kepalanya permpuan itu menjawabnya,.

" Aku tidak melihat eyang mu ada membawa seorang anak kecil, hanya diri aden sajalah , yg di bawa nya tadi, " jawab perempuan itu.

" Terima kasih Nyi,.." ucap Panglima Raden Watu Giring.

Ia membayangkan apa yg telah terjadi dengan putra mahkota itu, apakah dirinya tidak selamat dan tewas tenggelam di dasar sungai.

Ahh,..mudah -mudahan tidak, semuanya itu tidak terjadi, Pangeran Dewangga Sena harus selamat,.ia harus mengambil alih kekuasaan kerajaan Medang Kemulan itu dari tangan Watu Menak Koncar., berkata dalam hati panglima Raden Watu Giring.

Ketika senja telah menyapa tempat itu , cahaya mentari berwarna jingga kemerahan di ufuk barat,.. Eyang Kiwak pun telah kembali dari sungai dengan membawa hasil tangkapan yg lumayan banyak.

" Nyi , tangkapan ikanku kali ini cukup banyak,..ternyata hari ini adalah hari yg mujur ," ucap Eyang Kiwak kepada istrinya.

" Seperti nya memang demikian kang,.mungkin juga karena pertolongan yg telah kau berikan terhadap orang itu,..jadi hyang jagad Dewa Bhatara melimpahkan permberian nya,.." sahut istrinya.

Lelaki itu menganggukkan kepalanya, ia pun masuk ke dalam rumah dan menemui orang yg telah di tolongnya itu.

Panglima Raden Watu Giring bertanya kepadanya apakah dirinya tidak melihat seorang bocah kecil ada bersama nya.

" Den , aku tidak melihat kecuali dirimu saja yg ada , dan sedang tersangkut di sebuah batang kayu,..kalau anak kecil tidak ada ,.." jawab eyang Kiwak.

Kemudian lelaki itu bertanya kepada panglima Raden Watu Giring, siapakah ia sebenarnya dan mengapa bisa berada di tempat itu.

Sekilas Panglima Raden Watu Giring melihat ke arah Lelaki itu dan kemudian ia segera menceritakan apa sebabnya ia sampai berada di tempat tersebut.

" Jadi saat ini , Prabhu Kreshna Yuda telah meninggal dunia,..?" tanya Eyang Kiwak terkejut.

" Benar,..dan istana Medang kemulan telah di kuasai oleh Watu menak koncar,.." jawab Panglima Raden Watu Giring.

" Kasihan,..." seru Lelaki itu.

Aura di wajah Lelaki tua yg bernama Eyang Kiwak ini terlihat sedih mendengar ucapan dari Panglima Raden Watu Giring itu.

Sepertinya ada sesuatu yg di rahasiakan Lelaki itu , dengan hubungan nya kepada penguasa kerajaan Medang kemulan ini.

" Mengapa Eyang tampak merasa sedih,..?" tanya Panglima Raden Watu Giring.

Eyang Kiwak kemudian memceritakan mengenai hubungan kedekatan nya sang Prabhu Wisnu Dharma yg adalah orang tua dari Prabhu Kreshna Yuda, penguasa dari Kerajaan Medang Kemulan itu.

Dahulu saat sang Prabhu Wisnu Dharma memegang kekuasaan nya di tanah Medang Kemulan,..ia pernah di selamatkan oleh sang Prabhu saat akan di terkam seekor Macan.

Dimana pada waktu itu ia masih muda tersebut dan sering pergi ke hutan sekedar untuk mencari kayu bakar.

Pada suatu waktu,..ketika tanpa sepengetahuan nya, ada seekor macan yg hendak minum tiba tiba mengaum dan hendak menerkam nya saat ia masih sedang mengikat kayu nya.

Beruntung pada waktu itu ada seseorang yg telah melepaskan panahnya dan berhasil membunuh binatang itu.

Dan di kemudian hari di ketahui nya adalah seorang yg berkuasa di tahta Kerajaan Medang Kemulan ini.

Demikian lah , eyang Kiwak menuturkan kisahnya kepada Panglima Raden Watu Giring, awal perkenalan nya dengan Prabhu Wisnu Dharma dan putranya Pangeran Kreshna Yuda.

" Jadi bocah kecil yg Raden tanyakan tadi adalah putra dari Prabhu Kreshna Yuda dan cucu dari Prabhu Wisnu Dharma,..?" tanya nya.

Panglima Raden Watu Giring membenarkan ucapan Lelaki itu. Bahwa bocah kecil itu adalah cucu sang Prabhu Wisnu Dharma.

" Baiklah kalau begitu, besok kita cari anak itu,..kita akan menyusuri tepian kali sampai di hilirnya,.." ungkap eyang Kiwak.

" Eyang , apakah tidak akan membahayakan, jika para Prajurit dari Kalindih akan bertemu dengan kita,..?" tanya Panglima Raden Watu Giring.

Ia memang masih khawatir dengan di ketahuinya dari para Prajurit Watu menak koncar itu.

" Dirimu akan aman disini, karena tempat ini merupakan wilayah kekuasaan dari Kerajaan Kalinggaphura , tidak mungkin mereka berani sampaj kemari untuk mencsrimu,.." jawab eyang Kiwak.

Panglima Raden Watu Giring pun merasa tenang setelah mendengar penjelasan dari orang tua tersebut.

Ia bertekad akan tetap mencari Pangeran Dewangga Sena sampai dapat pada keesokan harinya.

Malam yg dingin di Kediaman eyang Kiwak membuat rasa kantuk Panglima Raden Watu Giring teramat sangat terlebih tubuhnya teramat lelah,.maka ia pun segera pulas tertidur.

Pada keesokan harinya , sesuai dengan janji Eyang Kiwak,. mereka berdua pun berniat untuk berangkat mencari Pangeran Dewangga Sena.

" Apakah tubuhmu sudah baikan Raden,..?" tanya Eyang Kiwak.

" Sudah mendingan eyang,.meski masih agak terasa nyeri jika lengan ku ini di gerakkan ,.." jawab Panglima Raden Watu Giring.

" Kalau begitu marilah ,..kita cari Pangeran Dewangga Sena itu,.." seru Lelaki yg bernama Eyang Kiwak ini.

" Mari ,. eyang,.." sahut Panglima Raden Watu Giring.

Keduanya segera meninggalkan tempat itu dan berjalan ke arah sungai.

Dari tepian mereka berjalan menyusuri mengikutinya melalui jalan yg cukup sulit , mereka bergerak menuju hilir dari sungai tersebut.

Cukup jauh sudah kedua nya melakukan pencarian , ketika Matahari mulai condong ke arah barat,.namun mereka belum pun menemukan jejak dari orang yg mereka cari itu.

" Kemana kiranya Pangeran Dewangga Sena itu , Eyang,..?" tanya Panglima Raden Watu Giring kepada eyang Kiwak.

" Entahlah, rasa -rasanya tidak mungkin sampai ke laut, kecuali ,,"

Ucapan eyang Kiwak terhenti , ia tidak melanjutkan nya lagi, dari perasaan nya ada di yg telah terjadi terhadap bocah itu.

" Kecuali apa eyang,..?" tanya Panglima Raden Watu Giring penasaran.

" Kecuali,..ia telah dimangsa oleh binatang buas,.. seperti buaya , misalnya,.." jelas eyang Kiwak.

" Hahhh,.."

Panglima Raden Watu Giring yg mendapatkan perintah langsung dari sang Prabhu Kreshna Yuda untuk menyelamatkan keluarganya itu merasa bersalah sekali jika memang hal tersebut sampai terjadi , karena tidak satu pun yg berhasil ia selamatkan .

Tidak Ratu Ayu Manik Wangi demikian pula dengan Pangeran Dewangga Sena.

Rasa penyesalan yg mendalam terpancar di wajah Panglima kerajaan Medang Kemulan ini.

Rasa bersalah nya , karena ia tidak mampu menjalankan tugas yg telah di perintahkan oleh Junjungan nya itu.

Akhirnya Eyang Kiwak mengajak nya untuk kembali karwna hari telah sore, dan sebentar lagi malam akan turun.

Dengan lesu,.. Panglima Raden Watu Giring mengikuti langkah dari lelaki rua itu mereka kembali ke rumahnya.

Dimanakah sebenarnya keberadaan dari Pangeran Dewangga Sena itu, ketika keduanya tercebur masuk ke dalam sungai.

Panglima Raden Watu Giring , perlahan kehilangan kesadaran nya karena anak panah yg tertancap di pundaknya sehingga pelukan nya terhadap Pangeran Dewangga Sena itu terlepas.

Putra Mahkota dari Kerajaan Medang Kemulan itu meluncur terlebih dahulu terbawa arus yg sangat deras , dan dslam jarak yg cukup jauh dengan panglima Raden Watu Giring.

Ketika Panglima Raden Watu Giring tersangkut pada sebuah batang kayu, tubuh Pangeran Dewangga Sena terus terbawa arus ,..hingga hampir malam, barulah tubuh itu terdampar pada sebuah batu kali yg besar dan berada di tepi sungai.

Pangeran Dewangga Sena dalam keadaan pingsan , terlalu banyak meminum air.

Saat malam turun di tempat itu tiba -tiba muncul sesosok tubuh dari seekor binatang.

Yang tampaknya akan minum,..namun begitu binatang tersebut mencium bau sesuatu yg berada di dekatnya , ia pun segera melihat ke arah tubuh Pangeran Dewangga Sena yg masih dalam keadaan pingsan.

" Hhraaghhh,.."

Begitu binatang itu menggeram dengan kerasnya , ia pun meloncat dan menyambar tubuh dari Pangeran Dewangga Sena bagai kecepatan kilat.

Secepat itu pula membawa nya masuk lari ke dalam hutan.

Episodes
1 Tahta yang Terampas. #1.
2 Tahta Yang Terampas. #2
3 Tahta Yang Terampas #3.
4 Tahta Yang Terampas. #4
5 Tahta Yang Terampas #5.
6 Tahta Yang Terampas #6.
7 Tahta Yang Terampas #7.
8 Tahta Yang Terampas #8.
9 Tahta Yang Terampas #9.
10 Tahta Yang Terampas #10.
11 Ksatria Muda #1.
12 Ksatria Muda #2.
13 Ksatria Muda. #3.
14 Ksatria Muda #4.
15 Ksatria Muda. #5.
16 Ksatria Muda. #6
17 Ksatria Muda #7.
18 Ksatria Muda #8.
19 Ksatria Muda #9.
20 Ksatria Muda #10
21 Persiapan. #1
22 Persiapan. #2.
23 Persiapan #3.
24 Persiapan #4
25 Persiapan #5.
26 Persiapan #6.
27 Persiapan #7
28 Persiapan #8.
29 Persiapan #9.
30 Persiapan #10.
31 Tahta yang Goyah #1.
32 Tahta yang Goyah #2.
33 Tahta yang Goyah #3.
34 Tahta Yang Goyah. #4.
35 Tahta Yang Goyah #5.
36 Tahta Yang Goyah #6.
37 Tahta Yang Goyah #7.
38 Tahta Yang Goyah #8
39 Tahta Yang Goyah #9
40 Tahta Yang Goyah #10.
41 Pertaruhan #1.
42 Pertaruhan #2.
43 Pertaruhan #3.
44 Pertaruhan #4.
45 Pertaruhan #5.
46 Pertaruhan #6.
47 Pertaruhan #7.
48 Pertaruhan #8
49 Pertaruhan #9.
50 Pertaruhan #10.
51 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar. #1.
52 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #2
53 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #3
54 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #4
55 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #5.
56 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #6.
57 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #7.
58 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #8.
59 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #9.
60 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #10.
61 Sang Prabhu #1.
62 Sang Prabhu #2.
63 Sang Prabhu #3.
64 Sang Prabhu #4.
65 Sang Prabhu #5.
66 Sang Prabhu #6
67 Sang Prabhu #7
68 Sang Prabhu #8
69 Sang Prabhu #9.
70 Sang Prabhu #10.
71 Di tahan #1
72 Di Tahan #2
73 Di Tahan #3.
74 Di Tahan #4.
75 Di Tahan #5.
76 Di Tahan #6
77 Di Tahan #7
78 Di Tahan #8.
79 Di Tahan #9
80 Di Tahan #10
81 Prahara di Chandra Bhaga.#1
82 Prahara di Chandra Bhaga #2.
83 Prahara di Chandra Bhaga #3.
84 Prahara di Chandra Bhaga #4.
85 Prahara di Chandra Bhaga #5.
86 Prahara di Chandra Bhaga #6.
87 Prahara di Chandra Bhaga #7.
88 Prahara di Chandra Bhaga #8.
89 Prahara di Chandra Bhaga #9.
90 Prahara di Chandra Bhaga #10.
91 Prahara di Chandra Bhaga #11.
92 Tumbangnya kesombongan #1.
93 Tumbangnya kesombongan #2.
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Tahta yang Terampas. #1.
2
Tahta Yang Terampas. #2
3
Tahta Yang Terampas #3.
4
Tahta Yang Terampas. #4
5
Tahta Yang Terampas #5.
6
Tahta Yang Terampas #6.
7
Tahta Yang Terampas #7.
8
Tahta Yang Terampas #8.
9
Tahta Yang Terampas #9.
10
Tahta Yang Terampas #10.
11
Ksatria Muda #1.
12
Ksatria Muda #2.
13
Ksatria Muda. #3.
14
Ksatria Muda #4.
15
Ksatria Muda. #5.
16
Ksatria Muda. #6
17
Ksatria Muda #7.
18
Ksatria Muda #8.
19
Ksatria Muda #9.
20
Ksatria Muda #10
21
Persiapan. #1
22
Persiapan. #2.
23
Persiapan #3.
24
Persiapan #4
25
Persiapan #5.
26
Persiapan #6.
27
Persiapan #7
28
Persiapan #8.
29
Persiapan #9.
30
Persiapan #10.
31
Tahta yang Goyah #1.
32
Tahta yang Goyah #2.
33
Tahta yang Goyah #3.
34
Tahta Yang Goyah. #4.
35
Tahta Yang Goyah #5.
36
Tahta Yang Goyah #6.
37
Tahta Yang Goyah #7.
38
Tahta Yang Goyah #8
39
Tahta Yang Goyah #9
40
Tahta Yang Goyah #10.
41
Pertaruhan #1.
42
Pertaruhan #2.
43
Pertaruhan #3.
44
Pertaruhan #4.
45
Pertaruhan #5.
46
Pertaruhan #6.
47
Pertaruhan #7.
48
Pertaruhan #8
49
Pertaruhan #9.
50
Pertaruhan #10.
51
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar. #1.
52
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #2
53
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #3
54
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #4
55
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #5.
56
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #6.
57
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #7.
58
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #8.
59
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #9.
60
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #10.
61
Sang Prabhu #1.
62
Sang Prabhu #2.
63
Sang Prabhu #3.
64
Sang Prabhu #4.
65
Sang Prabhu #5.
66
Sang Prabhu #6
67
Sang Prabhu #7
68
Sang Prabhu #8
69
Sang Prabhu #9.
70
Sang Prabhu #10.
71
Di tahan #1
72
Di Tahan #2
73
Di Tahan #3.
74
Di Tahan #4.
75
Di Tahan #5.
76
Di Tahan #6
77
Di Tahan #7
78
Di Tahan #8.
79
Di Tahan #9
80
Di Tahan #10
81
Prahara di Chandra Bhaga.#1
82
Prahara di Chandra Bhaga #2.
83
Prahara di Chandra Bhaga #3.
84
Prahara di Chandra Bhaga #4.
85
Prahara di Chandra Bhaga #5.
86
Prahara di Chandra Bhaga #6.
87
Prahara di Chandra Bhaga #7.
88
Prahara di Chandra Bhaga #8.
89
Prahara di Chandra Bhaga #9.
90
Prahara di Chandra Bhaga #10.
91
Prahara di Chandra Bhaga #11.
92
Tumbangnya kesombongan #1.
93
Tumbangnya kesombongan #2.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!