Tahta Yang Terampas #5.

Kembali Lokantara menyebar Prajurit nya untuk segera memeriksa keadaan hutan tersebut.

Tetapi karena keadaan yg cukup gelap mereka kesulitan untuk menemukan pasukan Kerajaan Medang Kemulan yg di pimpin oleh Raden Watu giring..

Sebenarnya kejadian yg serupa pun dihadapi oleh Panglima Raden Watu Giring. Mereka kesulitan untuk menyebrangi sebuah kali yg cukup lebar dan di tepinya itu cukup terjal, terlebih malam yg sangat gelap,..membuat mereka harus terhenti disana, tepat di pinggir jurang yg di bawahnya mengalir sungai yg deras dan cukup dalam .

" Apakah kita akan berhenti disini Panglima Watu Giring,..?" tanya Ratu Ayu Manik Wangi.

Karena jalan yg akan di lalui seperti nya buntu,..kecuali mereka dapat melintasi sungai tersebut.

Namun rasanya sangat mustahil untuk melakukannya. Hanya orang orang yg memliki ilmu yg sangat tinggi sajalah yg dapat menyebrangi kali itu.

Raden Watu Giring merasa bahwa tempat itu sangat berbahaya,..jika datang serangan dari arah belakang mereka hanya dapat menyelamatkan diri dengan terjun ke dalam kali itu.

" Sebaiknya kita bergerak menyusuri tepian kali ini,.." ucap nya.

Dan itu pun di iyakan oleh para pengawalnya.

Mereks mulai bergerak meninggalkan tempat tersebut dan mengikuti alur sungai yg mengarah ke utara.

Tetapi belum pun jauh mere berjalan , nampak di belakang mereka ada cahaya obor dan suara orang -orang yg cukup berisik.

" Cepat ,..ternyata mereka berhasil menemukan jejak kita ,. segeralah sebrangi sungai ini,.." seru Panglima Raden Watu giring.

Akan tetapi keadaan nya masih sangat terjal,.. membuat para prajurit Medang Kemulan kesulitan untuk melakukannya .

Terlebih untuk Ratu Ayu Manik Wangi yg seorang perempuan dan putranya Pangeran Dewangga Sena masih kecil.

Terpaksalah ,..Panglima Raden Watu Giring memutuskan untuk mengahdapi pasukan dari Watu Menak Koncar ini.

Dengan memberikan isyarat ia membuat jebakan untuk pasukan yg akan datang itu.

Dalam sekejap saja , sekira lima puluh prajurit yg di pimpin oleh Lokantara tiba di situ.

" Segera periksa tempat ini,..jangan sampai ada yg lolos,.." seru Lokantara.

Para prajurit nya segera menyebar dan memriksa keadaan tepian kali itu.

Malam menjelang pagi itu,.. seluruhnya telah dekat dengan pasukan yg di pimpin oleh panglima Raden Watu Giring.

Keadaan semakin mencekam karena kekuatan yg tidak seimbang.

Panglima Raden Watu Giring segera memberikan isyarat untuk menyerang pertama kali guna mengurangi jumlah musuh.

" Shiieet,.."

" Shiieet,.."

" Shiieet,.."

" Jlebb,."

" jlebb ,.."

" Jlebb,.."

Tiga anak panah berhasil menembus leher tiga prajurit Lokantara.

Tanpa menimbulkan suara ketiga nya langsung tewas.

Panglima Raden Watu Giring kembali memerintshkan prajurit nya untuk melepaskan senjata tombak nya,..

Lima prajurit Medang Kemulan melayangkan tombak nya dan berhasil membunuh musuhnya.

Melihat pasukan nya mendaptakan serangan gelap,..Panglima Lokantara menahan laju pasukan nya,.. mereka menunggu sejenak nya.

" Ada apa Panglima Lokantara,..mengapa menahan kami,..?" tanya salah seorang prajurit.

" Ssstthh,..tenanglah,..kita akan menunggu sampai pagi,..yg penting kepungan kita harus tetap,,supaya mereka tidak dapat lolos,..!" jawab Panglima Lokantara.

Sedangkan prajurit Medang Kemulan tetap dalam posisi nya,.. mereka tidak berani menyerang terlebih dahulu dan lebih baik menunggu, tugas mereka kali ini adalah untuk menyelamatkan keluarga istana , bukan yg lain.

Sebenarnya siasat dari panglima Lokantara ini di ketahui oleh Raden Watu Giring,.. bahwa ketika gelap malam, tentu mereka akan kesulitan untuk mengetahui keberadaan musuh, hingga mereka menunggu pagi.

Lokantara sendiri pun mengerti bahwa lawannya kali ini adalah para prajurit yg sangat terlatih dan memiliki kemampuan diatas rata rata prajurit biasa, mereka akan berani mati demi keselamatan Junjungan nya,. sehingga ia memutar otaknya agar tidak kalah dengan lawannya itu.

Perlahan daerah tepian kali itu mulai di terangi cahaya merah dari sang surya.

Panglima Raden Watu Giring menjadi gelisah,.. sebab keadaan mereka akan menjadi sulit jika Mentari benar -benar telsh memancarkan cahayanya.

Segera ia memberikan isyarat kepada seluruh prajuritnya untuk menyerang,..lebih baik mereka melakukan serangan daripada bertahan dalam keadaan terang .

Yang akan memudahkan musuh untuk menghabisi mereka.

Sekira dua puluh prajurit Medang Kemulan , keluar dari persembunyian nya dan langsung menyerang pasukan yg di pimpin oleh Panglima Lokantara.

Memang pada benturan pertama ini Pasukan Medang Kemulan berhasil mendesak pasukan yg di pimpin oleh Lokantara itu.

Senjata Kedua pasukan itu beradu dan segera membuat jatuh korban.

Korban yg jatuh dari pihak pasukan Lokantara.

Panglima Lokantara membuat pasukan nya lebih memadat lagi agar tidak dapat di tekan lawan.

Bersamaan matahari telah menerangi tempat itu, pasukan dsri Medang Kemulan mulai kesulitan untuk menekan pasukan Lokantara.

Perlahan namun pasti pasukan Lokantara berhasil mendesak pasukan Medang Kemulan hingga harus bertahan di tepian kali.

Panglima Lokantara yg melihat Ratu Ayu Manik Wangi dan putra nya Pangeran Dewangga Sena berada di tengah pasukan itu segera memrintahkan prajurit panah nya untuk menghabisi mereka.

" Cepat..bunuh kedua orang itu,.." teriak nya.

Sambil menunjukkan ke arah keduanya.

Prajurit yg memegangi busur dan anak panah nya langsung mengarahkan nya kepada sasaran.

" Lindungi Gusti Ratu dan Gusti pangeran,.." seru Raden Watu Giring.

Perang masih berlanjut , dengan serunya,..pasukan Medang Kemulan berusaha mempertahankan kedudukan nya agar tidak sampai terjebak di tepian jurang yg di bawah nya ada sungai yg mengalir dengan derasnya.

Namun kelebihan prajurit dari pasukan Lokantara ini semakin dapat menekan mereka, meskipun mereka adalah para prajurit pilihan,.. tetapi lawan yg di hadapi pun merupakan para prajurit terpilih dari pasukan itu di tambah lagi Lokantara sebagai panglimanya cukup cakap untuk menggerakkan mereka.

Ia tidak terlalu terburu -buru untuk menekan musuhnya itu.

Sehingga ketika para prajurit Medang Kemulan satu persatu berguguran, dan membuat posisi Ratu Ayu Manik Wangi dan Pangeran Dewangga Sena semakin terbuka , dan kesempatan itu tidak di sia -sia kan oleh prajurit pemanah ,..hingga,..

" Shieeeet,.."

" Jlebbbh,.."

" Aaakkhh,.."

" Bundaaaaa,..."

" Ratuuuu,.."

Sebuah anak panah yg di lepaskan oleh prajurit pemanah itu berhasil menancap di punggung Ratu Ayu Manik Wangi dan tembus ke dada nya ,..dan membuat ia jatuh tersungkur setelah berteriak.

Pangeran Dewangga Sena yg melihat sang ibu jatuh tersungkur akibat di tembus anak panah itu segera menjerit dan memanggil manggil namanya.

Demikian pula dengan Panglima Raden Watu Giring ia berusaha mendekati tubuh kedua orang itu sambil menebaskan pedangnya guna mengurangi jumlah musuh yg menghalangi jalan nya .

" Heaahhh,.."

" Thesssk,.."

" Aaakkhh ,.."

Salah seorang prajurit Watu Menak Koncar itu tewas dengan kepalanya putus ,.. kembali panglima Raden Watu Giring berusaha untuk memdekati Pangeran Dewangga Sena.

Hingga ia melihat, bahwa prajurit pemanah yg telah berhasil membunuh Gusti Ratu Ayu Manik Wangi itu dan menarik kembali anak panahnya ,..siap untuk menghabisi nyawa Pangeran Dewangga Sena, bocah kecil yg merupakan pewaris tahta Kerajaan Medang Kemulan itu.

Tanpa memikirkan keselamatan nyawa nya , Panglima Raden Watu Giring melesat dan membentengi tubuh Pangeran Dewangga Sena sambil berteriak,..

" Awaaaaaasss,.."..

" Jlebbbh ,....."

" Aaakkhhhhh,.."

Panglima Raden Watu Giring di tembusi anak panah yg akan menyerang Pangeran Dewangga Sena pada pundak kanan nya namun ia berhasil menyelamatkan nyawa Pangeran Dewangga Sena , dan keduanya jatuh tercebur ke sungai akibat dorongan dari tubuh Panglima Raden Watu Giring yg kuat.

Sambil memeluk tubuh Pangeran Dewangga Sena dan pundak nya tertancap anak panah,.. mereka segera menghilang di telan air sungai yg mengalir dengan derasnya.

Panglima Lokantara terkejut melihat kejadian itu, ia tidak sempat untuk mencegahnya.

Ada niatanya untuk mengejar Panglima Raden Watu Giring yg telah tercebur ke dalam sungai iru, tetapi pasukan dari Kerajaan Medang Kemulan masih memberikan serangan yg kuat.

Akhirnya ia mengurungkan niat nya ituia dan benar -benar Lokantara akan menghabisi seluruh pasukan Kerajaan Medang Kemulan ini tanpa sisa.

Mungkin prajurit yg tersisa tidak lebih dari separoh nya, namun dengan cerdiknya mereka meloloskan dirinya dengan menceburkan diri ke dalam air yg berarus deras.

Tinggallah., Pasukan Watu Menak Koncar yg di pimpin oleh Lokantara memandangi air sungai yg sangat deras tersebut, dan di dekat mereka tampak mayat bergelimpangan termasuk mayat dari Ratu Ayu Manik Wangi yg telah tewas di tembus anak panah.

" Cepat,..kumpulkan mayat prajurit kita, harus pulang ke istana,.." teriak Panglima Lokantara.

" Lalu bagaimana dengan mayat Ratu Manik Wangi ini,..?" tanya salah seorang prajurit nya.

" Bawa juga mayat Ratu Manik Wangi itu , agar menjadi bukti bahwa kita telah menghabisi semua keluaga keraton Medang Kemulan ini,.." sahut Panglima Lokantara.

Dengan cepwt para prajurit nya melakukan perintah iru dan meninggalkan mayat prajurit Medang Kemulan.

Mereka kemudian meninggalkan tempat itu pulang ke istana Kerajàan Medang Kemulan.

Sementara ituRaka di istana Pakuwan Pamintihan,..sang Akuwu Manik Rangga tampak sedang berduka,.

Ia telah mendengar kabar bahwa Kerajaan Medang Kemulan yg di pimpin oleh iparnya itu telah kalah dan jatuh ke tangan Watu Menak Koncar.

Harapan nya akan keselamatan kakak nya dan keponakan nya masih ada sebab salah seorang penghubung mengatakan kepadanya bahwa kedua orang itu berhasil melarikan diri dari istana.

" Panglima Rakai Parumping,..kirimkan para prajurit untuk menjemput kakak dan keponakan ku,.. Cepaaaat,...jangan sampai teelambat," terdengar perintah dari Akuwu Manik Rangga.

" Hamba Gusti Akuwu,.. hamba akan melaksanakan nya,.." jawab Panglima Rakai Parumping.

Panglima dari Pakuwan Pamintihan itu segera menyiapkan pasukan guna menjemput kedatangan dari Gusti Ratu Ayu Manik Wangi dan Pangeran Dewangga Sena.

Dengan membawa banyak prajurit,.. pasukan Pakuwan Pamintihan itu keluar dari kota Pamintihan itu.

Mereka menuju perbatasan antara Pakuwan Pamintihan dengan Keraton Medang Kemulan.

Setelah melakukan perjalanan selama sehari semalam sampailah mereka di perbatasan itu.

Panglima Rakai Parumping kemudian menyebar prajuritnya untuk mengetahui keberadaan orang yg mereka jemput itu.

Sampaj seharian mereka mengobrak abrik daerah itu namun tidak menemukan kedua orang yg di cari.

" Bagaimana panglima , Apakah kita akan tetap menunggu di sini,..?" tanya salah seorang prajurit.

Panglima Rakai Parumping terdiam, ia menatap lurus ke depan , dimana itu adalah arah menuju keraton Medang Kemulan.

Jika ia berani melewati perbatasan itu, sama artinya ia akan memcari ribut dengan pasukan Watu Menak Koncar.

Tentu akan menjadi kesulitan tersendiri jika memang itu harus terjadi, dan mungkin mereka akan kembali ke rumah Pakuwan Pamintihan tinggal nama saja.

" Wanang dan kau Wajang,..segera ke sana periksa keadaan disana dan cepat laporkan kemari jika kalian menemukan tanda -tanda pada orang yg kita cari itu,.." ucap Panglima Rakai Parumping.

Kedua prajurit yg di tunujuk adalah dua orang prajurit sandi yg sangat terlaltih untuk menyamar, dan satu hal yg paling di andalkan dari mereka berdua adalah kemampuan menelusuri jejak.

Dan dengan cepat kedua prajurit itu melakukan perintah Panglima Rakai Parumping. keduanya memasuki wilayah Kerajaan Medang Kemulan yg kali ini telah jatuh ke tangan Watu Menak Koncar.

Yg sebenarnya adalah seorang penguasa di Pakuwan Kalindih, dan masih daerah bawahan Kerajaan Medang Kemulan yg saat itu masih di kuasai oleh Sang Prabhu Kreshna Yuda.

Watu Menak Koncar adalah Akuwu di Pakuwan Kalindih.

Namun dendam nya terhadap keluarga dari sang Prabhu Kreshna Yuda membuatnya menyusun rencana untuk menggulingkannya dengan menikahkan adik nya Tunnggarani kepada sang Prabhu Kreshna Yuda.

Setelah pernikahan itu terjadi Akuwu Menak Koncar berhasil mendaptkan tersendiri di hati Prabhu Kreshna Yuda dan membuat nya dapat menyusun rencana nya dengan mudah.

Mungkin satu kesalahan yg berakibat fatal untuk Sang Prabhu Kreshna Yuda adalah , ia tidak mengindahkan ucapan adik iparnya yg ada di Pakuwan Pamintihan akan rencana jahat dari Akuwu Watu Menak Koncar itu.

Dan begitu terjadi apa yg telah mereka khawatirkan ,..Pakuwan Pamintihan tidak mau mengirimkan bantuan ke Kerajaan Medang Kemulan.

Dan hasilnya Prabhu Kreshna Yuda tumbang dan Kerajaan Medang Kemulan jatuh ke tangan Akuwu Watu Menak Koncar.

Hehh,..jika saja Gusti Akuwu Manik Rangga mau melunakkan hati nya tentu Keraton Medang Kemulan masih dapat di pertahankan ,..keluh Panglima Rakai Parumping.

Ia sudah amat kecewa dengan keputusan yg diambil oleh Junjungan nya itu yg tidak mau mmebetikan bantuan nya , sehingga membuat Istana Medang Kemulan jatuh ke tangan Watu Menak Koncar.

Jika sudah begini akan sangat sulit untuk mendaptakan lagi Kerajaan Medang Kemulan itu,..mungkin sasaran selanjutnya adalah Pakuwan Pamintihan ,..kata nya lagi dalam hati.

Jika waktu yg lalu, tidak akan menjadi persoalan kalau mereka akan masuk ke wilayah Kerajaan Medang Kemulan walaupun.mereka membawa pasukan yg besar.

Namun kali ini tentu akan sangat membahayakan Pakuwan Pamintihan jika mereka berani memasuki wilayah yg telah menjadi kekuasaan dari Akuwu Watu Menak Koncar ini.

Seharian menunggu kedatangan dua orang prajurit sandi yg bernama Wajang dan Wanang.

Barulah saat malam menjelang , mereka berdua tiba di tempat itu.

" Bagaimana,.apakah kalian menemukannya,..,?" tanya Panglima Rakai Parumping.

Kedua prajurit sandi itu menggelengkan kepalanya .

" Kami tidak menemukan mereka Gusti panglima,..,". jawab Wanang,.

" Kemana mereka , apakah keduanya telah tertangkap oleh prajurit Watu Menak Koncar,..?" tanya Rakai Parumping resah.

Kemudian salah seorang prajurit sandi yg bernama Wajang segera berkata,..

" Tetapi aku menemukan bekas -bekas pertempuran di dekat tepian sungai dalam hutan lebat, yg berada di luar keraton Medang Kemulan,.." jelasnya.

" Siapa mereka ,..?" tanya Panglima Rakai Parumping lagi.

" Seprtinya mereka adalah pasukan dari Gusti Prabhu Kreshna Yuda yg menjadi pengawal Gusti Ratu Ayu Manik Wangi dan Gusti pangeran Dewangga Sena,.." jawab prajurit yg bernama Watang ini.

" Hahh,..apakah dirimu tidak melihat ada nya mayat Gusti Ratu Ayu Manik Wangi dan Gusti pangeran Dewangga Sena,..?" tanya Panglima Rakai Parumping.

" Hamba tidak melihatnya , Gusti panglima, meski hamba tahu bahwa mereka itu adalah para prajurit pengawal Raja," jawab wajang.

Prajurit 'sandi dari Pakuwan Pamintihan itu.

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

like👍 utk novel laga, silat lokal.

2023-10-06

1

lihat semua
Episodes
1 Tahta yang Terampas. #1.
2 Tahta Yang Terampas. #2
3 Tahta Yang Terampas #3.
4 Tahta Yang Terampas. #4
5 Tahta Yang Terampas #5.
6 Tahta Yang Terampas #6.
7 Tahta Yang Terampas #7.
8 Tahta Yang Terampas #8.
9 Tahta Yang Terampas #9.
10 Tahta Yang Terampas #10.
11 Ksatria Muda #1.
12 Ksatria Muda #2.
13 Ksatria Muda. #3.
14 Ksatria Muda #4.
15 Ksatria Muda. #5.
16 Ksatria Muda. #6
17 Ksatria Muda #7.
18 Ksatria Muda #8.
19 Ksatria Muda #9.
20 Ksatria Muda #10
21 Persiapan. #1
22 Persiapan. #2.
23 Persiapan #3.
24 Persiapan #4
25 Persiapan #5.
26 Persiapan #6.
27 Persiapan #7
28 Persiapan #8.
29 Persiapan #9.
30 Persiapan #10.
31 Tahta yang Goyah #1.
32 Tahta yang Goyah #2.
33 Tahta yang Goyah #3.
34 Tahta Yang Goyah. #4.
35 Tahta Yang Goyah #5.
36 Tahta Yang Goyah #6.
37 Tahta Yang Goyah #7.
38 Tahta Yang Goyah #8
39 Tahta Yang Goyah #9
40 Tahta Yang Goyah #10.
41 Pertaruhan #1.
42 Pertaruhan #2.
43 Pertaruhan #3.
44 Pertaruhan #4.
45 Pertaruhan #5.
46 Pertaruhan #6.
47 Pertaruhan #7.
48 Pertaruhan #8
49 Pertaruhan #9.
50 Pertaruhan #10.
51 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar. #1.
52 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #2
53 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #3
54 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #4
55 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #5.
56 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #6.
57 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #7.
58 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #8.
59 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #9.
60 Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #10.
61 Sang Prabhu #1.
62 Sang Prabhu #2.
63 Sang Prabhu #3.
64 Sang Prabhu #4.
65 Sang Prabhu #5.
66 Sang Prabhu #6
67 Sang Prabhu #7
68 Sang Prabhu #8
69 Sang Prabhu #9.
70 Sang Prabhu #10.
71 Di tahan #1
72 Di Tahan #2
73 Di Tahan #3.
74 Di Tahan #4.
75 Di Tahan #5.
76 Di Tahan #6
77 Di Tahan #7
78 Di Tahan #8.
79 Di Tahan #9
80 Di Tahan #10
81 Prahara di Chandra Bhaga.#1
82 Prahara di Chandra Bhaga #2.
83 Prahara di Chandra Bhaga #3.
84 Prahara di Chandra Bhaga #4.
85 Prahara di Chandra Bhaga #5.
86 Prahara di Chandra Bhaga #6.
87 Prahara di Chandra Bhaga #7.
88 Prahara di Chandra Bhaga #8.
89 Prahara di Chandra Bhaga #9.
90 Prahara di Chandra Bhaga #10.
91 Prahara di Chandra Bhaga #11.
92 Tumbangnya kesombongan #1.
93 Tumbangnya kesombongan #2.
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Tahta yang Terampas. #1.
2
Tahta Yang Terampas. #2
3
Tahta Yang Terampas #3.
4
Tahta Yang Terampas. #4
5
Tahta Yang Terampas #5.
6
Tahta Yang Terampas #6.
7
Tahta Yang Terampas #7.
8
Tahta Yang Terampas #8.
9
Tahta Yang Terampas #9.
10
Tahta Yang Terampas #10.
11
Ksatria Muda #1.
12
Ksatria Muda #2.
13
Ksatria Muda. #3.
14
Ksatria Muda #4.
15
Ksatria Muda. #5.
16
Ksatria Muda. #6
17
Ksatria Muda #7.
18
Ksatria Muda #8.
19
Ksatria Muda #9.
20
Ksatria Muda #10
21
Persiapan. #1
22
Persiapan. #2.
23
Persiapan #3.
24
Persiapan #4
25
Persiapan #5.
26
Persiapan #6.
27
Persiapan #7
28
Persiapan #8.
29
Persiapan #9.
30
Persiapan #10.
31
Tahta yang Goyah #1.
32
Tahta yang Goyah #2.
33
Tahta yang Goyah #3.
34
Tahta Yang Goyah. #4.
35
Tahta Yang Goyah #5.
36
Tahta Yang Goyah #6.
37
Tahta Yang Goyah #7.
38
Tahta Yang Goyah #8
39
Tahta Yang Goyah #9
40
Tahta Yang Goyah #10.
41
Pertaruhan #1.
42
Pertaruhan #2.
43
Pertaruhan #3.
44
Pertaruhan #4.
45
Pertaruhan #5.
46
Pertaruhan #6.
47
Pertaruhan #7.
48
Pertaruhan #8
49
Pertaruhan #9.
50
Pertaruhan #10.
51
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar. #1.
52
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #2
53
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #3
54
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #4
55
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #5.
56
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #6.
57
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #7.
58
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #8.
59
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #9.
60
Gugurnya Prabhu Watu Menak Koncar #10.
61
Sang Prabhu #1.
62
Sang Prabhu #2.
63
Sang Prabhu #3.
64
Sang Prabhu #4.
65
Sang Prabhu #5.
66
Sang Prabhu #6
67
Sang Prabhu #7
68
Sang Prabhu #8
69
Sang Prabhu #9.
70
Sang Prabhu #10.
71
Di tahan #1
72
Di Tahan #2
73
Di Tahan #3.
74
Di Tahan #4.
75
Di Tahan #5.
76
Di Tahan #6
77
Di Tahan #7
78
Di Tahan #8.
79
Di Tahan #9
80
Di Tahan #10
81
Prahara di Chandra Bhaga.#1
82
Prahara di Chandra Bhaga #2.
83
Prahara di Chandra Bhaga #3.
84
Prahara di Chandra Bhaga #4.
85
Prahara di Chandra Bhaga #5.
86
Prahara di Chandra Bhaga #6.
87
Prahara di Chandra Bhaga #7.
88
Prahara di Chandra Bhaga #8.
89
Prahara di Chandra Bhaga #9.
90
Prahara di Chandra Bhaga #10.
91
Prahara di Chandra Bhaga #11.
92
Tumbangnya kesombongan #1.
93
Tumbangnya kesombongan #2.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!