Cahaya yang sudah ada di lorong rumah sakit. Dia berjalan cepat, agar sampai di ruangan neneknya. Matanya melihat pemuda yang semalaman bersamanya itu. Bajunya sudah ganti. Dia berjalan mendekati pemuda yang sedang duduk di kursi tunggu. Siang itu Langit, memakai kemeja warna hitam dengan lengan yang di gulung sampai sikut, dan kancing atasnya dibiarkan terbuka.
emuda itu mendongak siapa gerangan yang datang.
"Masuk dulu ya, Bang!"
Di bukalah pintu kamar ruang inap neneknya. Cahaya bisa mendengar suara sangat bising dari dalam. Dahinya mengkerut, siapa gerangan yang menjenguk neneknya.
"Assalamu'alaikum!"
"Wa'alaikummussalam!" jawab serempak dari dalam.
Ternyata kakek Raharja dan Alula datang untuk menjenguk. Di sana juga ada keluarga Agam Ariaja. Nenek juga, sepertinya bahagia, dikunjungi oleh banyak orang. Dan Brian juga sudah ada di sana.
"Udah pulang kamu, Ay?"
"Sudah, Mbak!"
"Cahaya, apa kamu mengenal bocah, yang bernama Pitik?" tanya nek Endah, yang sepertinya sudah berangsur-angsur membaik.
Cahaya berpikir sejenak, mana ada orang yang namanya Pitik.
"Can-Tik, Mbah! Bukan Pi-Tik!" seru gadis itu, yang tak terima jika namanya, yang bagus itu disamakan dengan hewan berkaki dua.
Semua yang ada di dalam ruangan itu menahan tawa,
Perlahan Cahaya mendekati nek Endah, dia membisikkan sesuatu kepada nek Endah.
"Eh ...maaf ya cah ayu, Mbah memang kupingnya enggak bisa dipakai mendengar dengan jelas. Mbah kira namanya Pitik, ternyata Cantik toh!" Cantik mengangguk antusias, akhirnya dia tidak akan dipanggil dengan nama hewan berkaki dua itu lagi, pikir Cantik waktu itu.
Di luar sana empat sahabat itu seakan bertanya. Kenapa ada pak dosen di depan ruang rawat nek Endah. Siang itu mereka berempat, Ingin berangkat bersama Cahaya ke rumah sakit itu. Tapi Cahaya sudah terlanjur naik angkot, jadi mereka mengikuti dari belakang. Williams yang tahu hal itu, dia hanya diam seolah-olah tak tahu apa-apa.
"Kenapa, Pak dosen ada di sini?" tanya Rai, kepada sahabatnya.
"Entahlah, bukanlah itu ruangan neneknya, Cahaya, ya?" Si Fafa juga bertanya-tanya.
"Mending kita samperin sajalah," ajak Alexa.
Mereka berempat jalan kearah dosen itu.
"Siang, Pak dosen!" Sapa mereka berempat. Langit yang sedang duduk dan bermain ponsel dia terkejut. Kenapa mahasiswanya itu ada depannya.
"Siang!"
"Pak dosen, kalau boleh tempe, Bapak ngapain di depan ruangan neneknya sahabat kami?"
Williams memukul kepala Alexa, siapa tahu dengan dipukul otaknya kembali.
"Maaf Pak, saya kelepasan," ucap Alexa meminta maaf. Ternyata ada gunanya juga Williams memukul kepala Alexa itu.
Langit hanya mengangguk.
Pintu ruangan itu terbuka, keluarlah Cahaya dari pintu itu. Cahaya menggendong anaknya Alula dan Cantik yang berjalan di depannya
Hampir saja Cahaya bilang 'Bang' tapi ucapnya terhenti, disaat dia melihat keempat sahabatnya itu, yang sepertinya tadi berbicara kepada dosen itu, pikir Cahaya.
"Kalian ngapain disini?"
"Kita mau menjenguk, nek Endah lah, Ay!" jawab Fafa.
"Iya, Ay! Eh ...enggak sengaja ketemu Pak Langit disini," ucap Alexa.
"Anak siapa ini, Ay? Lucu banget pipinya gembul lagi, pengen aku gigit," ujar Rai, sambil menowel-nowel pipi bocah itu.
"Anaknya orang lah,"
"Iya, masa anak lu, lu saja enggak laku, Ay!" ujar Alexa cekikikan.
"Nanti kalau sudah nikah baru punya dedek ..." ujar Cantik, yang di jeda terlebih dahulu sebelum melanjutkan ucapnya.
"Iya kan, Om Dosen?" tanya Cantik, kepada om Dosen. Namun yang ditanya tak menjawab. Entah dari mana Cantik tahu jika nikah dapat dedek.
"Siapa dia, Ay?" tanya Rai.
"Anaknya, pak rektor di kampus kita."
Semua sahabatnya mengangguk paham.
"Ya sudah, kalian masuklah, mumpung nenek juga belum tidur."
Didalam ruangan itu sangat ramai. Agam Ariaja dan istrinya izin pulang terlebih dahulu. Agar yang lainnya bisa menjenguk nek Endah. Si Cantik tak mau pulang. Dia masih mau di sana. Gadis itu sudah di paksa tapi malah menangis. Mereka pun memutuskan meninggalkan gadis itu, biar nanti kak Black yang menjemputnya, sekalian bertemu dengan keluarganya Cahaya.
Ruangan itu jadi sepi meninggalkan Cahaya, Langit dan Cantik saja. Semua sudah pada pamit pulang lima belas menit yang lalu.
"Akak, di kantin ini ada yang jual pecel enggak ya?" tanya Cantik, mereka sudah duduk di kursi, di luaran kamar nek Endah.
"Memang kenapa, Cantik lapar?"
"Akak juga enggak tahu sih, tapi tadi malam Akak makan ikan cumi." jawab Cahaya.
"Ayo, kita makan yuk, Akak, tadi waktu aku kesini aku cuma makan dua piring saja." Cantik menarik tangan Cahaya.
"Can, sama, Om saja biar Kak Cahaya disini menemani neneknya."
Mereka sangat manis, apa lagi saat Cantik menggandeng tangan Langit. Pikir Cahaya memandangi kedua orang itu.
Langit memesan nasi bungkus berisi cumi, karena di kantin tak ada menu pecel Jawa.
"Cantik kalau mau beli jajan atau susu ambillah nanti, Om yang bayar."
Gadis berwajah bulat itu langsung mengambil apa yang ia suka.
Mereka kembali lagi setelah lima belas menit menunggu.
"Cantik, sini Akak suapi," ujar Cahaya, yang sudah mau memasukkan tangannya ke mulut Cantik.
"Terus, nanti Akak makanya bagaimana jika Akak menyuapi Cantik!" tanya Cantik, gadis itu benar-benar dewasa. Lihatlah dia memikirkan orang lain ternyata.
"Nanti setelah Cantik! Tadi Akak sudah makan di kampus," ucapnya bohong, mana ada dia makan, yang ada dia harus cepat-cepat cari angkot. Untung angkot juga datangnya sangat cepat .
"Ayo, aaaa." Cantik akhirnya menerima makanan dari tangannya akak Bubble-nya itu.
Langit sudah makan sadari tadi.
Saat mereka bertiga sedang asyik makan. Ketiga remaja itu baru sampai di sana.
"Assalamu'alaikum!" ujarnya ketiga remaja itu.
"Wa'alaikumussalam!"
"Waduh berasa lihat KB!" ujar Black.
"KB, apaan Tam?" tanya Archer, yang tak tahu maksud dari si Black itu.
"Keluarga Bahagia, lihatlah Teh Cahaya sudah seperti Ibunya, Bang Langit seperti Bapaknya. Nah Cut Adik, sudah seperti anak konda," ujar Black, yang membuat Cantik melotot. Kenapa hari itu orang-orang memanggilnya seperti nama-nama hewan.
Mereka bertiga ke dalam untuk melihat nek Endah yang masih tertidur, karena obat yang ia minum. Mereka lebih memilih keluar agar tidak mengganggu istirahatnya nek Endah.
Black dan adiknya pamit pulang duluan dan si kembar masih tetap di sana. Berhubung besok sekolah libur, jadi si kembar akan menemani kang mas-nya itu.
Si kembar takut kang mas-nya khilaf.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
🧭 Wong Deso
hadir selalu
2021-10-24
0
Asri
cantik,,, cantik, nasibmu dipanggil pitik sm nek endah, trs dikatain cut abang sebagai anak konda 🤣🤣🤣🤣🤭
2021-10-07
0
Yunia Afida
🤣🤣🤣🤣🤣💪💪💪💪💪💪🤔🤔🤔
2021-09-05
0