Masih ingat kah, dengan gadis cantik usia lima tahun. Yang tak sengaja menabrak Cahaya waktu itu. Sepertinya gadis itu masih memikirkan Cahaya. Buktinya saja, ia selalu bertanya kepada ayahnya. 'Kapan papi mengajakku ke kampus lagi?'
Cantik Cut Walsall Mentari. Dia adalah gadis berwajah bulat, usia lima tahun. Kelahiran 10 Oktober 2000.
Sepertinya hari itu Cantik sangat bahagia, pasalnya sang ayah mengajaknya ke kampus lagi.
Gadis yang memiliki wajah bulat itu, berharap akan bertemu Cahaya lagi.
" Pi, nanti kira-kira, Cantik, bertemu dia lagi enggak ya?" tanya Cantik, yang menghadap ke pintu mobil.
"Ya Papi, enggak tahu, emang, Cantik. Mau ketemu dia lagi?" Ayahnya bertanya, sambil fokus menyetir.
"Cantik pengen ketemu, Pi!"
"Pi, kalau Papi bertemu dengan dia, Cantik yakin, Papi pasti bilang kalau dia seperti almarhumah, Pi!" ujar Cantik, meyakinkan ayahnya.
"Cantik, kangen sama almarhumah, ya?"
Cantik sangat kesal. Kenapa ayahnya tidak mempercayai ucapannya. Gadis berwajah bulat, berpikir bagaimana agar ayahnya bisa bertemu dengan orang yang ia, bilang mirip dengan almarhumah itu.
"Bener deh Pi, Cantik enggak bohong, tapi—" Terpotong ucapan ayahnya.
"Tapi, apa?" Sepertinya ayah juga ingin tahu kelanjutannya.
"Cie-cie, Papi pengen tahu ya?" Cantik membuat ayah melongo. Anak usia lima tahun sudah tahu kata 'cie-cie'. Sepertinya Cantik akan tumbuh menjadi anak millennials.
"Tapi bedanya kalau almarhumah bercadar, tapi ...kalau dia gayanya sedikit cowok gitu, Pi!"
Waktu itu Cantik yang tak sengaja menabrak Cahaya. Ia mengamati gaya berpakaian Cahaya.
"Maksudnya gimana?" Sepertinya ayah, juga sangat ingin tahu, tentang wanita yang tidak sengaja ditabrak anaknya itu.
"Gayanya itu seperti cut abang, gitu loh," ujarnya Cantik, yang ingat kakak laki-laki nya.
"Maksudnya pakai kemeja sama t-shirt gitu?"
"Nah iya, seperti itu, Pi!" jawab Cantik antusias, karena ayah sudah tahu maksudnya.
Sepertinya gadis berusia lima tahun itu. Tidak sabar lagi untuk sampai ke kampus. Ia selalu bertanya kepada ayahnya. 'Kapan kita akan sampai ke kampus'
"Pi, masih lama enggak sih?" tanya gadis itu, yang tidak bisa diam, gadis itu selalu bicara. Bukan hanya mulutnya saja yang enggak bisa diam. Tapi tubuhnya juga enggak bisa diam. Gadis itu duduk tapi selalu geser sana geser situ, sudah seperti layang-layang kalau mau putus benangnya.
"Sebentar lagi juga sampai kok, sayang!"
"Papi, dari tadi bilangnya, bentar lagi, bentar lagi mulu," protesnya, karena ayahnya, selalu bilang.
'Bentar lagi sayang' hal itu membuat Cantik kesal.
"Tuh kan, sampai, " ucap ayah, yang mau memasuki gerbang kampus. Manik mata Cantik, tak sengaja menemukan orang yang. Ia bicarakan dengan sang ayah, selama perjalanan ke kampus. Mata gadis berwajah bulat itu, melihat wanita berambut panjang, sedang menggowes sepeda.
Cantik yang sangat bahagia. Ia segera menurunkan kaca mobil itu. Kemudian ia mengeluarkan kepalanya, agar bisa menyapa wanita itu.
"AKAK!" teriak Cantik, saat mobil sang ayah melewati wanita yang sedang menggowes sepeda.
Cahaya yang merasa dipanggil. Ia melihat gadis itu sedang melambaikan tangan kearahnya.
"Adik itu lagi ..." ucap Cahaya, yang masih ingat dengan Cantik.
Cahaya yang telah sampai di kampusnya, ia langsung memarkirkan sepedanya. Cahaya berjalan menuju kelasnya, ia masih teringat wajah gadis yang menyapanya pagi itu.
Adik cantik itu, sebenarnya siapa? Ah sudahlah. Batin Cahaya bertanya-tanya.
Cahaya lebih memilih untuk langsung masuk kelasnya, karena pagi itu dosen baru yang akan mengajarnya menggantikan pak Gibran.
"Hai... guys enggak ada yang nyariin gua, gitu!" ucap Cahaya, yang baru memasuki pintu kelasnya.
"Temen lu tuh, yang namanya Camat!" celetuk Williams.
"Emang Aya, punya temen yang namanya Camat?" tanya Alexa, yang otaknya enggak bisa kalau enggak loading. Pasti loading.
"Ada tuh," jawab Williams.
"Jangan ngadi-ngadi deh lu, Wil!" si Fafa juga menyahut, padahal belum disambungkan ke stop kontak. Ya, Fafa kan enggak ada bedanya sama radio rusak.
"Cahaya matahari kan, Wil?" Si Rai itu sok tahu, tapi selalu benar.
"Nah ..." ucap Williams menjentikkan jarinya.
"Camat itu bukan cahaya matahari doang loh Wil, bisa juga calon mayat," ucap Cahaya, yang sudah ada di golongan orang tidak waras.
"Eh, lu tadi malam enggak lihat Facebook ramai tahu?" tanya Fafa, kepada Cahaya yang duduk di depannya. Karena pada tahun itu belum ada WhatsApp.
Fecebook layanan jaringan sosial yang berkantor pusat di Manlo Park, Colifornia, Amerika Serikat yang diluncurkan pada 4 Febuari 2004.
"Enggak, emang bahas apaan?" tanya Cahaya, sambil membalikan badannya, agar bisa melihat sahabatnya itu.
"Bahas dosen baru, yang katanya tampan!"
Nah yang jawab bukan Fafa, melainkan si telmi, si telmi kalau bahas cowok bening, jaringan internetnya langsung 4G.
"Tampan nan juga sahabat gua, ini," ucap Cahaya, menepuk pundak Williams, yang ada di sampingnya. Williams sama Cahaya emang satu bangku.
"Wah! Lu menghina, apa gimana Bul Ca Bul!" ucap Williams. Williams emang tampan dikelasnya itu, tapi ya di dunia tidak ada kata. 'Sempurna' tampan-tampan gak ada akhlak. Kalau ada akhlak enggak mungkin manggil sahabatnya 'Cabul'.
"Iya, menghina dengan halus," jawab Cahaya.
"Tapi lu tahu enggak Ay, dia itu lulusan NUS (National University Singapore), berapa tahun lalu. Dan rumornya sih dia itu pernah kerja di perusahaan di Singapore. Jadi Mengejar keuangan selama dua tahun. Katanya juga dia menetap tinggal di sana berapa tahun yang lalu, bayangkan saja otaknya seperti apa?" ucap Alexa, kagum dengan dosen barunya itu.
"Yang namanya otak manusia itu sama kali Le, yang beda itu cara berpikirnya," ucap Rai.
Saat kelima sahabat itu sedang asik dengan obrolannya mengenai dosen baru. Si Lala yang baru masuk kelas sudah teriak-teriak memberikan pengumuman ...bahwa dosen baru itu bernama.
"Eh, dosen baru kita namanya Muhammad Langit, guys!" ucap Lala, memberi tahu nama dosen baru yang akan menggantikan pak Gibran.
"Namanya Langit tapi kok di bumi?" celetuk Cahaya.
"Eh, Cahaya, lu ngaca dong, nama lu juga Bintang Cahaya Bulan, kenapa enggak di langit dan bercahaya coba? " ucap Fafa.
"Bagus dong, emang lu Fafa Cepala Kafa!"
"Dosen baru sudah mau nyampai kelas, guys!" ucap lelaki, dari luar kelas. Semua mahasiswa sudah diam tak ada satupun yang bicara.
Pemuda yang memakai setelan jas rapi itu, memasuki kelas. Semua mahasiswa sangat terpanah dengan ketampanannya. Berbeda dengan mahasiswa lain. Cahaya tak memperdulikan hal itu, ia sedang asik menulis, karena hari itu tugas dari pak Gibran akan dikumpulkan ke dosen baru yang akan mengajarnya.
"Assalamu'alaikum Wr.Wb," ucap dosen baru itu, dengan suara dingin.
"Wa'alaikumsalam Wr. Wb," jawab mahasiswa yang beragama Islam.
Suara itu ...
Perlahan Cahaya mulai mendongakkan kepalanya, untuk melihat dosen baru itu Dan ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Yunia Afida
apa itu pas yang ditabrak cahayanya
2021-09-05
0
🌸 andariya❤️💚
next
2021-08-17
2
🌸 andariya❤️💚
langit🤭🤭🤭🤭...ini di cahaya kahet🥰
2021-08-17
2