Di perjalanan ke rumah Raharja. Cahaya menyapa si kembar yang duduk di belakang.
"Namanya Arche dan Archer ya, Dik?"
"Kok tahu? Dukun ya?" jawab Arche acuh.
"Dukun beranak, Kak!" celetuk Archer, dan mereka berdua mentertawakan hal itu. Namun Cahaya tak mempermasalahkan hal itu, dia malah tersenyum dengan kekonyolan keduanya.
"Arche itu bukannya bulan yang mengorbit di planet jupiter, ya?" tanya Cahaya, yang dijawab anggukan oleh Arche.
"Kalau aku apa?" tanya Archer, yang ingin tahu arti namanya.
"Kalau enggak salah sih simbol dari kekuatan ..." ucapnya di jeda, Archer mendengar dengan khusuk. "Itu adalah nama kelompok bintang sagitarius. Yang dilambangkan dengan sosok setengah kuda dan setengah manusia."
"Hahaha!" Arche tertawa ngakak, karena ucapan Cahaya.
"Cher, kamu setengah kuda dan setengah manusia. Kenapa ibu memberi nama seperti itu. Bagaimana kalau aku memanggilmu Kuda, kan lucu, atau jangan-jangan ibu pengen anaknya larinya secepat kuda. Jadi anaknya dikasih nama yang artinya kuda," .
"Kakak, mau enggak aku orbit kan?" tanya adik.
"Jadi artis?" tanya Cahaya.
"Enggak, aku orbit kan ke matahari biar gosong!" Sekarang gantian Archer yang mentertawakan kakaknya. Cahaya hanya bisa menggeleng karena ulah mereka.
Langit hanya diam, tak ikut dengan obrolan ketiganya.
Archer berbicara. "Semua anak ibu namanya, kenapa seperti antariksa semua. Mbak Alula juga."
Sampailah mereka di rumah Raharja mereka pun masuk kedalam.
"Assalamu'alaikum !" ucap Cahaya, berbeda dengan Cahaya.
Si kembar langsung masuk saja.
"Wa'alaikumussalam." jawab Abidah Aminah, sambil menggendong cucunya.
"Eh ...calon mantu sudah datang, masuk, Nduk!" Abidah Aminah menyuruh Cahaya masuk rumah.
Langit meninggalkan Cahaya, ia pergi ke kamarnya, namun saat melewati kamar si kembar dia berhenti sebentar setelah mengatakan sesuatu, ia jalan menuju kamarnya.
"Emang, mbak Alula dimana, Tan?" tanya Cahaya, sambil menggendong anaknya Alula yang sepertinya sudah mengantuk.
"Al, belum pulang, dia sedang mengajar. Sepertinya ada rapat dewan guru. Biasanya jam dua belas juga sudah pulang." Abidah Aminah menjawab, sambil membersihkan meja.
"Tante, sendirian berarti kalau jam segini?"
"Iya, sama kakek juga mbok saja."
Langit yang ada di kamar atas, dia sedang mandi. Setelah itu dia turun dengan rambut yang masih basah.
"Kang Mas itu, kalau habis keramas dikeringkan dulu sampai benar-benar kering itu masih basah. Sudah mau nikah juga. Jangan jorok." Abidah Aminah mengingatkan putranya.
"Yang sabar ya, Nak, kalau nikah sama anak Ibu," ucap Abidah Aminah, sambil menepuk pundak Cahaya. Cahaya hanya tersenyum.
"Kamu enggak mau ke rumah Agam Ariaja?" tanya Abidah Aminah, kepada Langit yang sedang duduk di sofa.
"Mungkin nanti malam, semua ada di rumah."
"Sama Cahaya kan?"
Langit mengangguk.
"Lalu, Kang Mas kenapa jam segini sudah rapi?"
"Aku akan ke pusat perbelanjaan, Bu!"
"Ayo, Kang Mas kita udah siap," ucap Archer.
"Kalian berdua mau ikut?" tanya Abidah Aminah. Si kembar menggeleng.
"Kita diajak, Bu!" ujar Arche.
Abidah Aminah meminta cucunya yang tertidur di gendongan Cahaya. Setelah berpamitan kepada Abidah Aminah, mereka sudah ada di dalam mobil.
Hampir lima belas menit, akhirnya mereka sampai di pusat pembelanjaan. Mereka berempat turun dari mobil dan masuk ke pusat pembelanjaan itu.
"Kau, belilah apa yang kau butuhkan dan kalian juga," ujar Langit, yang sudah ada di depan toko kosmetik. Si kembar sudah lari ke tempat yang lain, sedangkan Langit masih ada di depan toko kosmetik bersama Cahaya yang hanya melihat-lihat saja.
"Kenapa hanya dilihat saja?"
"Karena enggak ada yang mau dibeli, Bang!"
"Bang, kenapa Abang bilang mau mencukupi kebutuhanku. Maksudnya Bang, kita ini belum nikah loh. Nggak seharusnya begitu. Aku enggak bisa menerima hal itu Bang!" Cahaya berbicara panjang lebar kepada Langit.
"Baiklah, jika kau menolak. Aku akan cariin kamu pekerjaan yang sesuai jadwal libur mu, dan pastinya. Tidak pulang sampai larut malam."
"Benarkah itu Bang!" Mata Cahaya berbinar dan Langit hanya mengangguk.
Saat Cahaya dan Langit berjalan beriringan ada pria yang memanggilnya.
"Cabul, Pak Langit!" ujar Williams, yang sudah ada di depan mereka. Cahaya membulatkan matanya saat melihat sahabatnya itu.
"Ngapain kalian di sini?"
"Apaan sih Wil, mau tahu urusan orang saja deh lu, sudah sana pergi," ujar Cahaya yang sensi. Karena ketahuan jalan dengan dosennya. Siapa yang enggak sensi coba, jika seorang mahasiswa jalan dengan dosennya.
"Baiklah, tapi jelaskan apa maksud semua ini." Williams berbisik dan di setujui Cahaya dengan anggukan.
"Baiklah, Pak Langit saya permisi," ucap Williams, yang di jawab anggukan kepala.
"Bilang apa dia?" tanya Langit, yang berjalan di samping Cahaya.
"Butuh penjelasan katanya!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Andiyas
ceritanya adem ayem. Entah kenapa sejuk bacanya🤭 sukak ceritanya
2021-11-01
0
Yunia Afida
lagit ketahuan sama sahabat nyani
2021-09-05
0
Jans🍒
mmpir y kak. smga bsa slg dkung😊
2021-08-19
1