Cahaya yang bingung harus ngapain, ia memilih berjalan kearah dua pria paruh baya yang sedang duduk santai.
"Assalamu'alaikum!" sapa Cahaya, yang sudah ada di dekat dua pria paruh baya. Nampaknya memiliki perbedaan umur sangat jauh.
"Wa'alaikumussalam!" jawab salah satu pria paruh baya itu.
"Maaf Mbah, Cahaya baru datang," ucap Cahaya, sambil mencium tangan kedua pria itu bergantian.
"Apa? Aku enggak baru beli kentang." Sepertinya pendengaran kakek Raharja sudah lemah, seperti nek Endah saja pikir Cahaya.
Cahaya yang malang harus menghadapi orang yang sudah tuli, enggak di rumah enggak di luar rumah.
Orang yang ada disampingnya Kakek Raharja. Membisikkan sesuatu.
Kek Raharja berkata." Ya ora opo-opo toh, Nduk! (ya enggak masalah toh, Nduk) "
Kek Raharja tak mempermasalahkan Cahaya yang baru datang.
"Niki putune Mbah Endah?" tanya pria paruh baya yang satunya, ia bertanya kepada Cahaya, apa Cahaya cucunya nek Endah.
"Iya, Om!" jawab Cahaya, sambil tersenyum.
Orang yang bertanya kepada Cahaya adalah anak dari kakek Raharja.
"Alula"!" panggil kek Raharja, kepada cucu ketiganya.
Sosok wanita yang dipanggil Alula keluar dari rumah, sambil menggendong anak bayi yang baru lahir.
"Iya Mbah, enten nop? (iya Mbah,ada apa?)" tanya Alula, sedikit keras agar Kek Raharja mendengarnya.
"Ajak, Cahaya, masuk Nduk!" ucap Kek Raharja kepada Alula.
"Cahaya putune, mbah Endah toh, Mbah? (Cahaya cucunya, mbah Endah kan Mbah?)" tanya Alula, yang ingat karena waktu kecil mereka pernah bertemu.
Tapi sepertinya Cahaya tak mengingatnya.
"Iya, Cahaya yang kamu gendong dulu, tapi kamu jatuhkan," jawab kek Raharja yang masih ingat waktu Alula menggendong Cahaya. Meskipun pendengarannya sudah sedikit memudar, tapi masih mengingat kejadian waktu itu.
Waktu itu Cahaya umur satu tahun dan Alula sudah umur dua tahun. Pantas saja jika Cahaya tak mengenalnya.
"Ya Allah, si Mbah tesih kelingan,(ya Allah, ternyata Mbah, masih ingat)," ucap Alula, malu, karena kek Raharja masih ingat saat Alula menjatuhkan Cahaya dari gendongnya.
"Ayo Cahaya, iku aku ke dalam," ajak Alula kepada Cahaya.
Cahaya pun mengikuti Alula dari belakang, dan di sana juga sudah ada beberapa kerabat.
"Buk, ini ada Cahaya cucunya mbah Endah!" ucap Alula, memberi tahu ibunya. Kalau cucu dari nek Endah sudah datang.
"Cahaya, kamu udah datang?" tanya ibunya Alula, yang bernama Abidah Aminah.
Abidah Aminah yang sedang fokus mencincang daging sapi buat makan tetangga yang datang mengaji, pandangannya teralihkan saat Alula memanggilnya.
"Iya Tan, maaf kalau terlambat," ucap Cahaya, yang merasa tak enak dengan Abidah Aminah.
"Yaelah Aya, enggak usah minta maaf, kami saja udah seneng Aya mau datang kesini, iyakan Bu?" celetuk Alula, sekaligus bertanya kepada ibunya.
"Iyalah, endak usah sungkan Nduk, anggap saja kita sebagai keluarga," jawab Abidah Aminah, sambil tersenyum kearah Cahaya.
"Sini Ay, bantu aku goreng tahu isi," ucap Alula meminta Cahaya untuk membantunya. Cahaya hanya mengikuti Alula dari belakang.
"Aya, sekarang masih kuliah? tanya Alula, yang sedang mengisi tahu dengan beraneka isian seperti sayur, suwiran ayam dan bihun. Sedangkan Cahaya, sedang menggoreng tahunnya.
" Masih, Mbak!"
"Kalau Mbak gimana?" tanya Cahaya kepada Alula.
"Aku sudah punya anak gitu kok."
"Oh... yang tadi itu anaknya, Mbak?" tanya Cahaya.
"Iya, iku anakku," jawab Alula.
Tak terasa jam dinding di rumah Raharja menunjukkan pukul enam sore. Semua pekerjaan telah selesai.
Tinggal menunggu isya, karena pengajiannya akan dilaksanakan setelah isya.
"Mba Al, aku mau numpang maghrib disini, dimana ya? tanya Cahaya, kepada Alula.
Cahaya teringat saat gurunya menjelaskan hukum seorang wanita yang tidak mengerjakan sholat.
"Anak- anak 'Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata. “Sesungguhnya wanita yang tidak melaksanakan sholat itu lebih buruk daripada wanita pezina, pencuri dan pemabuk.” (Jamiul Masail 4/152). ...
Cahaya yang sudah selesai dengan sholatnya. Ia langsung melipat mukena miliki Alula. Karena Alula masih dalam keadaan nifas.
"Udah selesai."
"Udah Mbak, udah lega kalau udah sholat seperti enggak ada beban lagi," ucap Cahaya. Karena Cahaya tidak akan bisa tenang kalau masih belum melaksanakan sholat.
" Anak saleh kamu Ay!" tutur Alula, yang sedang memakai hijabnya. Alula belum sepenuhnya berhijab ia akan memakai hijab jika ada acara tertentu saja.
"Bukan Mbak, aku bukan anaknya pak shaleh, aku anak pak Brian!" jawab Cahaya cekikikan.
"Bisa ngelawak juga kamu," jawab Alula, yang tak mau kalah cekikikan nya dari Cahaya.
Cahaya yang sudah selesai dengan acara melipat mukena. Ia langsung memakai hijabnya dengan rambut yang masih kelihatan. Karena Cahaya tak memakai jarum.
"Mbak punya jarum enggak? Sepertinya aku mau pakai hijabnya enggak setengah-setengah, ya meskipun nanti di lepas sih."
"Ikat dulu rambutmu dan itu juga ada inner kamu pakai saja, tenang masih baru," saran Alula, agar Cahaya mengikat rambutnya dan memakai inner.
Cahaya pun mengikat rambutnya kemudian ia memakai inner. Cahaya tak bisa menolak saran dari orang lain. Apa lagi saran itu baik baginya. Setelah selesai dengan memakai inner. Cahaya mulai memakaikan jarum ke hijabnya.
"Mbak, ini enaknya dibuat gaya apa ya?" tanya Cahaya, sambil menatap pantulan dirinya di kaca meja rias milik Alula. Dan meminta saran kepada Alula. Karena Cahaya, jarang memakai hijab jadi kurang tahu tren model hijab pasmina waktu itu.
"Ikat kebelakang aja simpel," saran Alula sambil memakai lipstik.
Saat menuruni tangga, tak sengaja Cahaya melihat pemuda yang ada di balkon lantai dua sore itu. Cahaya yang ada dibelakang pemuda itu, ia tak mengalihkan pandangannya.
Cahaya yang tahu pemuda di depannya itu akan menengok kearahnya, ia dengan cepat menundukkan kepalanya.
Pemuda yang ada di depan Cahaya itu, menengok kan kepalanya ke belakang. Pemuda itu merasa jika ada seseorang dibelakangnya. Namun ia tidak bisa melihat jelas wajah milik Cahaya.
Waduh kan bahaya kalau dia tahu aku sedang memandangnya tadi. Untung saja aku tahu dia akan menengok ke belakang. Kan bisa gawat, kalau orang aneh ini tahu aku memandang nya, mau di taruh mana muka ku coba. Batin Cahaya, yang masih menundukkan kepalanya padahal pemuda yang ada di depannya sudah tidak ada.
Perlahan Cahaya mengangkat kepalanya, ia mencari pemuda yang tadi ada di depannya.
Hah...Kemana orang tadi, kenapa enggak ada? Apa dia mahluk halus. Batin Cahaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Qirana
Dukungan awal
💐💐💐
2021-11-30
0
Lady Meilina (Ig:lady_meilina)
hai kk Aku mampi y. ditunggu feedbacknya
2021-11-16
0
Yunia Afida
semangat terus💪💪💪💪💪
2021-09-05
0