Pendahuluan Duo

Diperjalanan menuju rumah sakit. Sepertinya kedua orang itu, tak terlibat pembicaraan apapun.

Sesampainya di rumah sakit, mereka langsung bertanya kepada resepsionis

"Bagaimana keadaan Nenek, Yah. Bukannya tadi sore Nenek, baik-baik saja?" tanya Cahaya, sambil memegang tangan neneknya yang tertidur.

"Biasalah, Ay. Namanya juga sudah tua, maklum jika Nenek sering jatuh sakit. Kamu jangan khawatir Nenekmu pasti sembuh."

"Ayah, pulanglah Cahaya akan menemani Nenek. Ayah juga harus istirahat." Cahaya masih saja setia mencium tangan neneknya.

"Tapi, Ay ..." ucapnya terpotong suara milik Langit.

"Saya akan menemani putri, Om disini. Om pulanglah."

"Baiklah kalau begitu, Ay tadi Ayah bawakan mukena, Ayah taruh lemari samping ranjang Nenek, kalau begitu Ayah pamit. Terima kasih, Nak, kamu sudah bersedia menemani putriku." Brian menepuk bahu Langit.

Setelah Brian pamit pulang, Cahaya masih saja duduk dan memegang tangan neneknya.

"Biarkan, Nenek, istirahat. Lebih baik kita keluar saja."

Cahaya duduk di samping Langit.

"Besok ada kelas?"

Cahaya hanya mengangguk.

"Besok kau masuklah, aku akan menemani nenek disini."

Cahaya menatap Langit sejenak.

"Emang Abang enggak ada jadwal ngajar?" tanya Cahaya, yang dijawab dengan gelengan kepala.

Sejenak ruangan itu sunyi tak ada percakapan antar keduanya.

"Bang, apa aku boleh bertanya?" tanya Cahaya, yang dijawab dengan anggukan kepala.

"Sebenarnya apa hubungan Abang dengan keluarga itu."

Langit berpikir sejenak, siapa gerangan yang di panggil keluarga itu oleh Cahaya.

"Maksudnya keluarga om Ari, kenapa Abang memanggilnya papi?" tanya Cahaya.

Sepertinya Langit enggan untuk menjawab. Sudah lima menit, Cahaya bertanya. Mamun mulutnya tak kunjung terbuka. Cahaya berdiri dari duduknya, ia mau kedalam ruangan nenek. Namun jalanya terhenti, di saat Langit mulai berbicara.

"Semua itu akan terjawab seiring berjalannya waktu, kau akan menemukan jawabannya di waktu yang sudah ditentukan." Cahaya sangat kesal, jawaban macam apa itu. Kenapa menggantung? Jawaban yang membuat Cahaya semakin penasaran dibuatnya.

"Kau sholat lah dulu, aku akan mencari makanan di kantin rumah sakit ini." Langit berdiri dari duduknya, dan meninggalkan Cahaya yang masih tertegun dengan jawabannya.

Langit telah kembali dari kantin. Pemuda itu membawa kantung plastik bewarna hitam di tangan kanannya. Dan di sana dia bisa melihat Cahaya yang sedang duduk di kursi. Sepertinya wanita itu sudah selesai melaksanakan sholatnya. Langit menghampiri Cahaya dan duduk di samping Cahaya.

"Makanlah." Langit menyodorkan makanan yang terbungkus dari kertas minyak dan di ikat dengan karet.

"Makasih,"

Cahaya tersenyum, melihat cara Langit memakan-makanan itu dengan tangan. Entah mengapa hal itu sangat lucu bagi Cahaya. Langit yang merasa dipandang. Pemuda itu melotot kearah Cahaya. Cahaya yang di pelototi langsung memasukkan makan itu kedalam mulutnya. Namun ...ia tak tahu jika yang ada di tangannya itu bukan nasi dan tempe melainkan irisan cabe hijau dan tumis cumi.

Perlahan makanan itu masuk kedalam mulutnya. Sedetik kemudian dia terbatuk-batuk karena pedasnya cabe dan tumis cumi itu. Langit yang ada di sampingnya, segera membuka botol air putih yang masih tersegel. Kemudian ia memberikan kepada Cahaya. Cahaya yang sudah tak tahan karena tersedak, ia langsung menyambar minuman itu. Dan langsung meminumnya dari mulut botol tersebut. Cahaya tak tahu jika Langit hanya membeli satu botol saja.

"Alhamdulillah, Abang beli duakan?" tanya Cahaya, yang takut jika Langit hanya membeli satu botol saja. Langit menggeleng. Mampus! Mungkin itu yang ada di benak Cahaya. Cahaya segera berdiri. Namun langkahnya terpotong saat Langit angkat bicara. "Jika kau ingin ke kantin hanya untuk membeli air putih, itu akan sia-sia. Karena di kantin hanya tinggal satu saja, itu pun saat aku membelinya. Dan mungkin kantin itu juga sudah tutup."

Cahaya mulai duduk kembali. Dia memaki kebodohannya. "Akh... maaf Bang, aku tak tahu jika minumannya hanya tinggal satu. Lalu bagaimana Abang minum, jika air di kantin sudah habis." Langit masih diam tak menjawab pertanyaan Cahaya. Cahaya yakin Langit akan menjawab pertanyaannya itu. Tapi entah kapan itu akan terjadi. Lima menit, dua menit atau lebih cepat.

Langit masih setia memakan- makanan itu hingga tanpa sisa. "Kau bertanya, bagaimana aku minum jika di kantin sudah tak ada lagi minuman bukan?" Cahaya mengangguk. "Tapikan minuman di tanganmu masih banyak, berikan! Atau kau mau aku kehausan sampai pagi." Langit meminta minuman itu dari Cahaya. Namun Cahaya enggan memberikannya. Langit merebut minuman itu dari tangan Cahaya. Kemudian ia meminumnya dengan cara yang sama seperti Cahaya lakukan. Di bagian yang sama dimana Cahaya meletakkan bibirnya di tutup botol itu, di bagian itu pula mulut Langit berada.

"Abang kenapa mau meminum bekas ku?"

"Terpaksa,"

"Mau kemana Bang?" tanya Cahaya. Langit tak menjawab. Pemuda itu, terus berjalan meninggalkan Cahaya. Namun Cahaya masih setia memandangi pemuda itu. Langit kembali lagi kearah Cahaya. Ternyata Langit hanya membuang sampah dan mencuci tangannya.

"Tidurlah ini sudah malam, besok kau harus kuliah bukan?"

"Enggak bisa Bang!"

"Bang apa aku boleh bertanya?" Cahaya terlalu banyak bicara malam itu. Lagi dan lagi Langit hanya menjawabnya dengan anggukan.

"Kenapa Abang menerima perjodohan ini?"

Sekali lagi Langit tak segera menjawab. Dia malah memposisikan tubuhnya untuk segera tidur di kursi yang berhadap-hadapan dengan kursi yang digunakan duduk Cahaya. Langit sudah selonjoran di kursi itu dan menutup matanya dengan lengan tangannya. Cahaya mendengus sebal. Sepertinya malam itu Cahaya tak mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang ia tanyakan kepada Langit. Langit yang belum tertidur dia bisa melihat wajah Cahaya yang memerah karena sebal dengannya.

Cahaya perlahan mulai melakukan hal yang sama seperti Langit lakukan. Ya! Cahaya malam itu juga mulai selonjoran di kursi panjang yang ada di depan ruangan inap nek Endah.

Mata Cahaya sudah mulai tertutup, sepertinya wanita itu sudah mulai tertidur. Perlahan Langit mulai terbangun dia mulai memeriksa apa wanita itu benar-benar sudah tertidur. Di rasa Cahaya sudah tertidur Langit masuk ke ruangan nek Endah. Ia melihat nek Endah masih tertidur lelap. Matanya mulai menyapu seisi ruangan itu. Saat ia masuk pertama kali, sepertinya ia melihat selimut. Benar saja, selimut itu masih ada di tempatnya. Pemuda itu mulai berjalan kearah sofa dan mengambil selimut itu. Setelah dirasa apa yang ia butuhkan ia dapatkan. Langit kembali keluar dari ruangan nek Endah dan menutup pintu itu secara perlahan,

agar tak ada yang terbangun. Langit berjalan mendekati Cahaya dan mulai menyelimuti tubuh milik Cahaya. Di pandanglah wajah milik Cahaya yang tertidur lelap.

Terpopuler

Comments

Yunia Afida

Yunia Afida

semangat terus💪💪💪💪💪

2021-09-05

0

aisyah syasyah

aisyah syasyah

di tunggu dan lanjut terosssss sampek tamat

2021-08-28

0

Nina Una

Nina Una

semangat thor....aq suka karyamu😍

2021-08-25

1

lihat semua
Episodes
1 Pendahuluan
2 Pembukaan
3 Gadis Berwajah Bulat
4 Aku Dibelakang Kamu
5 Tentang Kamu
6 Cantik
7 Wajahnya Hampir Sama
8 Duo C Cahaya Cantik
9 Si Kembar Menguping
10 Pembicaraan Yang Serius
11 Kampus Jadi Mampuss
12 Tiba-tiba Lamaran
13 Berdua Bersamamu
14 Ketahuan Kan
15 Dicium Penghapus
16 Cara Tuhan Mempertemukan
17 Putriku
18 Pendahuluan Duo
19 Eyang Bukan Sayang
20 Takut Khilaf
21 Dua Kisah Cinta
22 Ikhlaskan
23 Jatuh Dipeluk Arkana
24 Orang Tua Dadakan
25 Sulit Jadi Orangtua
26 Tradisi Yang Berbeda
27 Terjawab Sudah
28 Cerita Cantik Hilang
29 2B Berbagi Bersama
30 Rambut Sebahu
31 Sehari Bersama Arkana
32 Saksi Bisu
33 Disuapi Mas Langit
34 Sungkeman
35 Kisah Cinta Bermulai
36 Pendahuluan Tiga
37 Definisi Romantis
38 Jangan Mudah Menilai
39 Jawaban Lima Menit
40 Perhatian Tersirat
41 Rahasia Hati
42 Senyuman Terakhir
43 Tujuan Hidup
44 Buku Harian
45 Menghargai Proses
46 Malam Banyak Menemukan
47 Main Cubit Saja
48 Anugrah Untuk Siapa
49 Allah Selalu Ada
50 Kedatangan Jofisa
51 10 Oktober 2006
52 Ciuman Lima Kali
53 Kemenangan
54 Pendahuluan Empat
55 Pertanyaannya Membosankan
56 Mengapresiasi Dengan Ciuman
57 Istrinya Tahu Gimal Kang
58 Si Weker Sialan
59 Jahanam Serem-serem
60 Tidak Dapat Pelukan Ya
61 Allah Itu Dekat... Sangking Dekatnya Tahu Isi Hati Kita...
62 Hargai Diri Sendiri...
63 Bersyukur Karena Allah... Memberi Pasangan Pengertian
64 Pertemuan Met Jamet Dengan Ajil
65 Kata... Andrian Wongso... Tentang Kesuksesan
66 Ketika K-.... Menjadi Kawan
67 Nongkrong
68 Bersyukur Dapat Istri Pengertian
69 Kalau Suami Marah Mendiamkan Istrinya...
70 Nikmatnya Mengerjai Istri
71 Black Disuruh Cari Ibu Baru
72 Pendahuluan Lima
73 Nikmatnya Bersabar
74 Cintaku Tak... Sebesar Cinta Allah Dan Rasulullah...
75 Ketika Memainkan Drama Tanpa Ada Panggung
76 Dirkeu... Jadi Bapak Dadakan
77 Cerita Dari Langit.... Untuk Si Bulat
78 Bisnis Is Bisnis
79 Kau Menangis Az-zahra
80 Belajar Mengerti Takdir Yang Allah Kasih
81 Jangan Sia-siakan Peluang Berbisnis
82 Sederhananya Perilaku Arkana Untuk Sang Istri
83 Kalau Marah Selalu Diam
84 Belum Selesai Juga... Eh Masalahnya
85 Dahsyatnya Istighfar Berujung Tebengan...
86 Kesedihan Istri... Saat Suami Mengantarkan...
87 Empat Pertanyaan... Tiga Jawaban
88 Seperti Itulah Hubungan
89 Minuman Di Bekas Suami
90 Pendahuluan Enam
91 Belajar Memahami Apa Yang Ada Dalam Diri Anak Kita...
92 Tundukkan Wajahmu... Wahai Para Suami...
93 Siapa Yang Lebih Posesif Melebihi Arkana Kepada Sang Istri...
94 Menghitung Harta Pak Direktur
95 GC Bukan Grup Chat Tapi Gibril... Cantik
96 Singkatan Dari KW Adalah...
97 Wahyu Pertama Kali
98 Dua Ayat Sebelum Tidur
99 Amalkan Apa Yang Lebih Baik Daripada Dunia Dan Seisinya.
100 Panjang Kayak Jalan Tol
101 Gagal Total Karena Ada Penjagannya
102 Ada Apinya Si Bulat
103 Dasar Anak Muda Yang Umurnya Di Bawahku
104 Santainya Asya Bikin Cahaya...
105 Bumi Dan Cintanya
106 Dikira Musuh Ternyata Dia...
107 Akak! Om! Hihihi
108 Tibalah Dipenghujung Cerita
109 Kau Terlukai Oleh Perasaanmu
110 Katanya Lebih Suka Dipanggil Masnya
111 Sakittis Bukan Dramatis — Apalagi Romantis
112 Wong Jowo Nak Muni Ramen Kui Ramene
113 Kang Sopir Kagak Menjemput ... Plotes Woi
114 Sampai Jumpa!
115 Tutt.... Tutt... Tut
116 Sepertinya Mau Tamatet
117 Kau Memang Bukan Cinta Pertamaku ... Tapi Kau Cinta Terbaikku
118 Suaminya Enggak Mas Toyib, Tapi Kenapa Enggak Pulang
119 Dari Tawar Kemudian Nawar Jadi Riba
120 Tarik Cahaya Bukan Tarik Tambang
121 Ternyata Bayi Ajil ... Pencuri Roti
122 Pa! Katian Bunda ... Nunggu Papa puyang
123 Nomer Yang Tidak Simpan ... Tapi Diketahui
124 Pencuri Rokok ... Tidak Aku Hanya Ingin Melatih Otaknya Berkerja
125 Katian Endak Boyeh Masyuk
126 Menjadikan Cinta Kita Sejarah
127 Namanya Paket Komplit
128 Setiap Kata Membuat Jantung Berdetak
129 Papa Aku Pergi...
130 Ketika Tuhan, Memilihkan Sebuah Pilihan
131 Orang Baru Sadar Malah Ngajak Guyondul
132 Woi ...Kapan Tamadun
133 Suara Didalam Selimut
134 Enggak Dapat Japri Enggak Kasih Jalan
135 Tak Ada Kata Sayang.
136 Novel Baru
137 Dia Istri Dalam Mimpi
138 Promosi Novel! Married With Capt
139 Pena Baru
Episodes

Updated 139 Episodes

1
Pendahuluan
2
Pembukaan
3
Gadis Berwajah Bulat
4
Aku Dibelakang Kamu
5
Tentang Kamu
6
Cantik
7
Wajahnya Hampir Sama
8
Duo C Cahaya Cantik
9
Si Kembar Menguping
10
Pembicaraan Yang Serius
11
Kampus Jadi Mampuss
12
Tiba-tiba Lamaran
13
Berdua Bersamamu
14
Ketahuan Kan
15
Dicium Penghapus
16
Cara Tuhan Mempertemukan
17
Putriku
18
Pendahuluan Duo
19
Eyang Bukan Sayang
20
Takut Khilaf
21
Dua Kisah Cinta
22
Ikhlaskan
23
Jatuh Dipeluk Arkana
24
Orang Tua Dadakan
25
Sulit Jadi Orangtua
26
Tradisi Yang Berbeda
27
Terjawab Sudah
28
Cerita Cantik Hilang
29
2B Berbagi Bersama
30
Rambut Sebahu
31
Sehari Bersama Arkana
32
Saksi Bisu
33
Disuapi Mas Langit
34
Sungkeman
35
Kisah Cinta Bermulai
36
Pendahuluan Tiga
37
Definisi Romantis
38
Jangan Mudah Menilai
39
Jawaban Lima Menit
40
Perhatian Tersirat
41
Rahasia Hati
42
Senyuman Terakhir
43
Tujuan Hidup
44
Buku Harian
45
Menghargai Proses
46
Malam Banyak Menemukan
47
Main Cubit Saja
48
Anugrah Untuk Siapa
49
Allah Selalu Ada
50
Kedatangan Jofisa
51
10 Oktober 2006
52
Ciuman Lima Kali
53
Kemenangan
54
Pendahuluan Empat
55
Pertanyaannya Membosankan
56
Mengapresiasi Dengan Ciuman
57
Istrinya Tahu Gimal Kang
58
Si Weker Sialan
59
Jahanam Serem-serem
60
Tidak Dapat Pelukan Ya
61
Allah Itu Dekat... Sangking Dekatnya Tahu Isi Hati Kita...
62
Hargai Diri Sendiri...
63
Bersyukur Karena Allah... Memberi Pasangan Pengertian
64
Pertemuan Met Jamet Dengan Ajil
65
Kata... Andrian Wongso... Tentang Kesuksesan
66
Ketika K-.... Menjadi Kawan
67
Nongkrong
68
Bersyukur Dapat Istri Pengertian
69
Kalau Suami Marah Mendiamkan Istrinya...
70
Nikmatnya Mengerjai Istri
71
Black Disuruh Cari Ibu Baru
72
Pendahuluan Lima
73
Nikmatnya Bersabar
74
Cintaku Tak... Sebesar Cinta Allah Dan Rasulullah...
75
Ketika Memainkan Drama Tanpa Ada Panggung
76
Dirkeu... Jadi Bapak Dadakan
77
Cerita Dari Langit.... Untuk Si Bulat
78
Bisnis Is Bisnis
79
Kau Menangis Az-zahra
80
Belajar Mengerti Takdir Yang Allah Kasih
81
Jangan Sia-siakan Peluang Berbisnis
82
Sederhananya Perilaku Arkana Untuk Sang Istri
83
Kalau Marah Selalu Diam
84
Belum Selesai Juga... Eh Masalahnya
85
Dahsyatnya Istighfar Berujung Tebengan...
86
Kesedihan Istri... Saat Suami Mengantarkan...
87
Empat Pertanyaan... Tiga Jawaban
88
Seperti Itulah Hubungan
89
Minuman Di Bekas Suami
90
Pendahuluan Enam
91
Belajar Memahami Apa Yang Ada Dalam Diri Anak Kita...
92
Tundukkan Wajahmu... Wahai Para Suami...
93
Siapa Yang Lebih Posesif Melebihi Arkana Kepada Sang Istri...
94
Menghitung Harta Pak Direktur
95
GC Bukan Grup Chat Tapi Gibril... Cantik
96
Singkatan Dari KW Adalah...
97
Wahyu Pertama Kali
98
Dua Ayat Sebelum Tidur
99
Amalkan Apa Yang Lebih Baik Daripada Dunia Dan Seisinya.
100
Panjang Kayak Jalan Tol
101
Gagal Total Karena Ada Penjagannya
102
Ada Apinya Si Bulat
103
Dasar Anak Muda Yang Umurnya Di Bawahku
104
Santainya Asya Bikin Cahaya...
105
Bumi Dan Cintanya
106
Dikira Musuh Ternyata Dia...
107
Akak! Om! Hihihi
108
Tibalah Dipenghujung Cerita
109
Kau Terlukai Oleh Perasaanmu
110
Katanya Lebih Suka Dipanggil Masnya
111
Sakittis Bukan Dramatis — Apalagi Romantis
112
Wong Jowo Nak Muni Ramen Kui Ramene
113
Kang Sopir Kagak Menjemput ... Plotes Woi
114
Sampai Jumpa!
115
Tutt.... Tutt... Tut
116
Sepertinya Mau Tamatet
117
Kau Memang Bukan Cinta Pertamaku ... Tapi Kau Cinta Terbaikku
118
Suaminya Enggak Mas Toyib, Tapi Kenapa Enggak Pulang
119
Dari Tawar Kemudian Nawar Jadi Riba
120
Tarik Cahaya Bukan Tarik Tambang
121
Ternyata Bayi Ajil ... Pencuri Roti
122
Pa! Katian Bunda ... Nunggu Papa puyang
123
Nomer Yang Tidak Simpan ... Tapi Diketahui
124
Pencuri Rokok ... Tidak Aku Hanya Ingin Melatih Otaknya Berkerja
125
Katian Endak Boyeh Masyuk
126
Menjadikan Cinta Kita Sejarah
127
Namanya Paket Komplit
128
Setiap Kata Membuat Jantung Berdetak
129
Papa Aku Pergi...
130
Ketika Tuhan, Memilihkan Sebuah Pilihan
131
Orang Baru Sadar Malah Ngajak Guyondul
132
Woi ...Kapan Tamadun
133
Suara Didalam Selimut
134
Enggak Dapat Japri Enggak Kasih Jalan
135
Tak Ada Kata Sayang.
136
Novel Baru
137
Dia Istri Dalam Mimpi
138
Promosi Novel! Married With Capt
139
Pena Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!