Tamu dadakan

"Kamu apa-apaan sih, Mas, masuk ke sini kayak gitu?" ucap Ariana berusaha untuk tetap tenang.

"Kamu itu yang apa-apaan. Kenapa kamu pindah kemari? Cepat, kembali ke kamar!" titahnya kesal.

Ariana menutup buku yang sedang ia baca, kemudian mengalihkan pandangannya kepada Danang yang raut mukanya terlihat jelas sedang kesal.

"Kalau aku nggak mau, Mas mau apa?"

"Ama, sudah deh, nggak usah kekanak-kanakan gini. Cepat kembali ke kamar. Aku tunggu."

"Maaf, Mas, aku nggak mau."

Danang yang sudah hampir keluar kamar segera memutar kembali tubuhnya.

"Kenapa?" tatapan Danang memicing.

"Karena aku tidak mau tidur dengan laki-laki yang hatinya milik perempuan lain," tegas Ariana.

"Na, please, nggak usah bahas itu!"

"Mana bisa. Karena permasalahan utama kita itu adalah perasaan kamu yang masih utuh untuk perempuan lain."

Danang mengacak rambutnya kasar. Kemudian ia berjalan mendekat lalu duduk di tepi ranjang. Kemudian Danang meraih tangan Ariana dan menggenggamnya. Sebenarnya Ariana ingin menepis tangan itu, tapi ia biarkan saja dulu. Ia ingin tahu, apa yang akan dilakukan suaminya itu.

"Na, kamu tahu, nggak mudah melupakan seseorang yang sudah menemani kita sejak bertahun-tahun. Kalau bisa, sudah sejak awal aku melepaskan Lisa, tapi itu tidak mungkin. Aku mohon mengerti aku sedikit saja!" melas Danang.

Ariana menyentak kasar tangannya sehingga genggaman tangan Danang terlepas.

"Mas meminta aku mengerti? Yang benar saja. Apa Mas pernah memikirkan betapa sakitnya hati aku saat tahu suamiku ternyata mencintai perempuan lain? Tidak kan. Mas bahkan tetap menjalin hubungan dengan perempuan itu di belakang aku, apa Mas pikir aku nggak sakit? Sakit Mas. Sakit." Ariana menepuk-nepuk dadanya kencang dengan mata yang sudah memerah. Namun sebisa mungkin ia tahan embun yang hendak menetes di sudut matanya.

"Bahkan saat aku sakit pun, Mas masih sempat bertemu dan berduaan dengan perempuan itu?" Ariana tersenyum miris mengingat saat ia sedang berjalan-jalan di taman rumah sakit bersama Alena, lalu ia melihat Danang dan Monalisa sedang duduk di kursi yang sedikit menyudut, tertutup pohon. Mereka duduk berdua sambil menyantap makanan dan bercengkrama. Mengingat itu membuat hati Ariana kembali berdenyut nyeri.

Danang membelalakkan matanya. Namun secepat mungkin ia mengendalikan ekspresinya.

"Kamu pasti salah lihat," kilahnya tak mau mengaku.

Ariana tertawa sumbang.

"Ya ... aku pun berharap begitu, tapi sayangnya ... aku tau dengan jelas kalau laki-laki yang sedang bercanda dengan seorang suster itu adalah suamiku sendiri. Sudahlah, Mas, berhenti berkelit," ujarnya malas. "Sudah malam, sebaiknya kau lekas mandi. Aku ingin istirahat. Aku lelah."

"Jadi kau masih akan tetap berada di sini?"

"Ya."

"Baiklah. Tapi aku harap kau besok sudah kembali ke kamar kita. Tidak baik suami istri tidur berbeda kamar seperti ini."

Ariana tidak mengangguk ataupun menggeleng. Wajahnya sekarang senantiasa datar membuat Danang benar-benar merasa tak nyaman.

Danang menghela nafas. Ia akan bersabar dengan perubahan sikap Ariana. Namun Danang masih sedikit ketar-ketir dengan sikap ayah mertuanya nanti. Entah apa yang akan ia lakukan kelak. Ia hanya berharap, ayah mertuanya tidak ikut campur dalam urusan rumah tangganya. Ia yakin, lambat laun Ariana akan mengerti dengan posisinya saat ini. Ia akan bersikap sebaik mungkin pada Ariana agar ia perlahan luluh dan menerima keputusannya yang tidak bisa melepaskan Monalisa begitu saja.

...***...

Pagi ini Danang beraktivitas seperti biasa. Begitu pula Ariana, tapi ia belum bekerja karena masih cuti.

"Mas pergi dulu ya. Mas ada tes diagnostik hari ini," tukasnya setelah selesai menyantap sarapan.

Ariana mengangguk tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

"Na, sampai kapan kau akan terus diam begini?"

"Sampai Mas membuat keputusan."

"Keputusan? Kamu kan tahu, Mas tidak mungkin memilih diantara kalian."

"Kalau begitu, lepaskan saja aku, mudah kan?" tukas Ariana enteng. Sontak saja Danang membeliakkan matanya.

"Sudahlah, Mas berangkat dulu. Hati-hati di rumah! Kalau butuh apa-apa, hubungi saja, Mas. Oke." Danang tidak menanggapi perkataan Ariana tadi. Semakin ditanggapi, maka semuanya akan semakin sulit.

Danang hendak mengecup dahi Ariana, tapi perempuan itu segera menjauhkan wajahnya. Entah mengapa, ia perlahan enggan berinteraksi fisik Danang padahal ia masih berstatus suaminya sendiri. Masih di lingkungan rumah sakit saja, suaminya bisa berinteraksi dengan begitu mesra dengan Monalisa, apalagi di belakangnya pikirnya.

Danang menghela nafas kasar. Ia bisa merasakan dengan jelas perubahan demi perubahan istrinya itu. Dan semua mulai terjadi semenjak ia mengetahui hubungannya dengan Monalisa.

...***...

Menjelang siang, Ariana membuka-buka sosial medianya. Lalu Ariana membuka jendela notifikasi dan disana ia melihat kalau ibu mertuanya ulang tahun hari ini. Ariana benar-benar tidak mengetahuinya.

Di saat bersamaan, ternyata Tatiana datang berkunjung. Ariana pun menyambutnya dengan penuh semangat.

"Bun, mama ulang tahun hari ini. Em, bunda mau nggak temenin aku ke rumah mama? Ana mau beliin kue dan kado."

Tatiana mengangguk, "boleh."

Ariana tersenyum, "kalau begitu, Ana siap-siap dulu ya, Bun."

Ariana pun segera berlalu menuju kamarnya untuk bersiap.

"Ayo, Bun!" ajak Ariana setelah siap. Ia memakai gamis berwarna soft pink dan pashmina berwarna hitam. Dengan dandanan minimalis membuat Ariana terlihat lebih segar meskipun sebenarnya ia belum pulih sepenuhnya.

Ariana dan Tatiana pun segera masuk ke dalam mobil. Mereka akan diantar sopir ke rumah mertua Ariana.

"Bun, kita mampir ke toko kue biasa ya!"

Tatiana mengangguk. "Oh ya, kamu mau ngado apa, Sayang?"

Ariana tampak berpikir, "Ana nggak tau, Bun. Bingung. Menurut bunda, aku kasi kado apa ya?"

Mobil yang melaju dengan kecepatan tidak begitu tinggi membuat Tatiana bisa memperhatikan toko-toko dan butik yang mereka lewati.

"Bagaimana kalau gamis?" Ariana menoleh ke arah toko yang sedang ditatap sang ibu.

"Ana setuju," seru Ariana seraya tersenyum lebar.

Sementara itu, di kediaman Andi---ayah Danang, tampak Danang baru saja datang. Ayahnya lah yang menyuruhnya pulang ke rumah sebentar saat jam makan siang. Entah ada apa, tapi Danang mulai tak tenang.

"Ada apa papa suruh aku pulang?" tanya Danang.

"Kau masih tanya kenapa?"

Mata Andi melotot tajam. Kemudian Andi mengeluarkan foto-foto yang Samudera berikan padanya dan menghempaskannya di meja. Jangan tanyakan betapa malunya Andi pada besannya itu. Ia benar-benar malu atas perbuatan anaknya tersebut.

Soraya membeliakkan matanya saat melihat foto-foto tersebut.

"Ini ... "

"Ya, inilah hasil perbuatan anak kurang ajar ini di belakang istrinya!" raung Andi murka.

"Danang, bukankah mama sudah berkali-kali mengatakan agar kamu meninggalkan perempuan itu? Tapi kenapa kau masih saja menjalin hubungan dengannya? Bagaimana kalau Ana mengetahui apa yang kau lakukan ini?"

"Ana sudah tahu semuanya," ujar Danang singkat, tapi mampu membungkam bibir sang ibu dengan mata membulat sempurna.

"Lantas, bagaimana reaksinya? Tidak mungkin kan dia biasa saja?"

Danang menghela nafas panjang.

"Semua akan baik-baik saja kalau kalian tidak ikut campur?"

"Apa katamu? Dasar anak kurang ajar! Begini caramu membalas orang tua yang mati-matian membesarkan mu?" sentak Andi marah.

"Bisa berhenti menekan ku? Aku sudah menuruti semua permintaan kalian, tidakkah kalian sebagai orang tua memikirkan kebahagiaanku?"

"Jadi kau benar-benar tidak mau meninggalkan perempuan itu?" tanya Soraya dengan suara rendah.

"Maaf, Ma, aku mencintai Lisa dan sampai kapanpun aku takkan pernah meninggalkan dia?"

"Lalu Adriana?"

"Aku juga takkan meninggalkannya?"

"Apa kau pikir orang tuanya akan dengan ikhlas melihat anaknya diduakan?"

Danang bungkam.

"Hidup ini pilihan, Danang. Dan setiap pilihan itu ada konsekuensinya. Sekali lagi mama tekankan, tinggalkan Lisa, Nak. Dia bukan yang terbaik untukmu."

"Aku tahu apa yang terbaik untukku, Ma. Please, jangan paksa aku untuk meninggalkan Lisa lagi! Sudah cukup aku menyakitinya dengan menikahi perempuan lain, tapi tidak lagi. Jangan paksa aku menjadi laki-laki pecundang yang tidak bisa memegang ucapannya."

"Danang, tidakkah kau sadar dengan perbuatanmu ini bukan hanya akan menghancurkan hati istrimu, tapi juga hubungan antar dua keluarga?" bentak Andi.

"Pa, aku ... "

"Assalamu'alaikum," ucap seseorang dari ambang pintu membuat ketiga orang itu menoleh. Seketika, wajah ketiganya pias. Apalagi saat melihat raut wajah datar dari kedua tamu tersebut.

"Wa-wa'alaikum salam," sahut ketiganya gugup karena tidak menyangka akan kedatangan dua tamu dadakan tersebut.

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

Tuty Tuty

Tuty Tuty

ngotot danang ngeyel , nyesel itu gabungan nya

2024-04-22

4

Mama Jihan

Mama Jihan

astagfirullah km begitu egois Danang...🤦

2024-05-17

0

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

ibunya Ariana kah yg datang..

2024-04-25

0

lihat semua
Episodes
1 Rahasia di laptop suamiku
2 Sebuah Tekad
3 Jangan-jangan dia ...
4 Praduga
5 Sebuah kenyataan
6 Bertemu
7 Pertengkaran
8 Sebuah nasihat
9 Brakkk and Deal
10 di rumah sakit
11 Firasat seorang ibu
12 Don't judge a book by it's cover
13 Athariq Satya Nugraha
14 Bolehkah ...
15 Melihat
16 Foto
17 Kemarahan Samudera
18 Tamu dadakan
19 Sebuah keputusan
20 Surat peringatan
21 Bertubi-tubi
22 Keputusan tepat
23 Selalu bertabrakan
24 Pulang
25 Pertengkaran
26 Diculik ...
27 Harga mati
28 Ancaman Giandra
29 Sidang perdana
30 Bertemu
31 Kedatangan Danang
32 Desas-desus dan cemoohan
33 Bertubi-tubi II
34 Ikut nongkrong
35 Jum'at berkah I
36 Jum'at Berkah II
37 Azura vs Danang
38 Kutukan
39 Bertemu
40 Terbongkar
41 Paparazi dadakan
42 Sebuah kebenaran
43 43
44 Sebuah penawaran
45 Skak mat
46 Tolong bantuan laporin plagiat karya
47 Diculik?
48 Bugh
49 Byur ...
50 baper?
51 Makan siang pengganti
52 SIM
53 53
54 Athariq
55 Eneng
56 Eneng lagi
57 Coklat Swiss
58 Ku .... dengan Bismillah
59 Jodi
60 Kerja sama
61 Berkunjung
62 Takut
63 Provokasi
64 Selamat bersenang-senang!
65 Judulin sendiri! Hehehe ...
66 Solo karir
67 Flashback
68 Anugerah
69 3 sampai 5
70 Orisinil
71 Ariana adalah istriku
72 Dipecat
73 Penyesalan
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 Mutiara Kasih Bunda Ana
80 80
81 81
82 82
83 83 (S2 DD)
84 84
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90
91 91
92 92
93 93
94 Bukankah itu ....
95 95
96 96
97 97
98 98
99 99
100 100
101 101
102 102
103 103
104 104
105 105
106 106
107 107
108 108
109 109
110 110
111 111
112 112
113 113
114 114
115 115
116 Berdamai dengan masa lalu
117 117
118 118
119 119
120 The End
121 Bonchap RW 1
122 Bonchap RW 2
123 Bonchap RW 3
124 Bonchap RW 4
125 Bonchap RW 5
126 Bonchap RW 6
127 Bonchap RW 7
128 Bonchap RW 8
129 Bonchap RW 9
130 Bonchap RW 10
131 Bonchap RW 11
132 Bonchap RW 12
133 Bonchap RW 13
134 Bonchap RW 14
135 Bonchap RW 15
136 Bonchap RW 16
137 Bonchap RW 17
138 Bonchap RW 18
139 Bonchap RW 19
140 Bonchap AA
141 Ending sebenarnya
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Rahasia di laptop suamiku
2
Sebuah Tekad
3
Jangan-jangan dia ...
4
Praduga
5
Sebuah kenyataan
6
Bertemu
7
Pertengkaran
8
Sebuah nasihat
9
Brakkk and Deal
10
di rumah sakit
11
Firasat seorang ibu
12
Don't judge a book by it's cover
13
Athariq Satya Nugraha
14
Bolehkah ...
15
Melihat
16
Foto
17
Kemarahan Samudera
18
Tamu dadakan
19
Sebuah keputusan
20
Surat peringatan
21
Bertubi-tubi
22
Keputusan tepat
23
Selalu bertabrakan
24
Pulang
25
Pertengkaran
26
Diculik ...
27
Harga mati
28
Ancaman Giandra
29
Sidang perdana
30
Bertemu
31
Kedatangan Danang
32
Desas-desus dan cemoohan
33
Bertubi-tubi II
34
Ikut nongkrong
35
Jum'at berkah I
36
Jum'at Berkah II
37
Azura vs Danang
38
Kutukan
39
Bertemu
40
Terbongkar
41
Paparazi dadakan
42
Sebuah kebenaran
43
43
44
Sebuah penawaran
45
Skak mat
46
Tolong bantuan laporin plagiat karya
47
Diculik?
48
Bugh
49
Byur ...
50
baper?
51
Makan siang pengganti
52
SIM
53
53
54
Athariq
55
Eneng
56
Eneng lagi
57
Coklat Swiss
58
Ku .... dengan Bismillah
59
Jodi
60
Kerja sama
61
Berkunjung
62
Takut
63
Provokasi
64
Selamat bersenang-senang!
65
Judulin sendiri! Hehehe ...
66
Solo karir
67
Flashback
68
Anugerah
69
3 sampai 5
70
Orisinil
71
Ariana adalah istriku
72
Dipecat
73
Penyesalan
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
Mutiara Kasih Bunda Ana
80
80
81
81
82
82
83
83 (S2 DD)
84
84
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
Bukankah itu ....
95
95
96
96
97
97
98
98
99
99
100
100
101
101
102
102
103
103
104
104
105
105
106
106
107
107
108
108
109
109
110
110
111
111
112
112
113
113
114
114
115
115
116
Berdamai dengan masa lalu
117
117
118
118
119
119
120
The End
121
Bonchap RW 1
122
Bonchap RW 2
123
Bonchap RW 3
124
Bonchap RW 4
125
Bonchap RW 5
126
Bonchap RW 6
127
Bonchap RW 7
128
Bonchap RW 8
129
Bonchap RW 9
130
Bonchap RW 10
131
Bonchap RW 11
132
Bonchap RW 12
133
Bonchap RW 13
134
Bonchap RW 14
135
Bonchap RW 15
136
Bonchap RW 16
137
Bonchap RW 17
138
Bonchap RW 18
139
Bonchap RW 19
140
Bonchap AA
141
Ending sebenarnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!