Surat peringatan

Setelah mobil yang ditumpangi Ariana dan Tatiana berjalan agak jauh, perlahan tangis Ariana tumpah. Tatiana pun tak mampu menyembunyikan kesedihannya. Dulu ia pernah berada di posisi ini, tapi apa yang Ariana alami kali ini jauh lebih menyakitkan. Tidak pernah ia sangka, kisah rumah tangga anak sambungnya ini lebih menyakitkan dan menyedihkan sebab sang suami jelas-jelas masih mencintai dan memiliki hubungan dengan perempuan masa lalunya. Bersaing dengan seseorang yang sudah tiada saja rasanya amat sangat menyakitkan apalagi perempuan yang menjadi saingannya itu jelas-jelas berada di hadapannya. Perempuan manapun pasti takkan sanggup untuk menghadapinya. Menyerah bukan karena lemah, tapi untuk apa bertahan kalau hanya untuk tersakiti. Biarlah dianggap kalah, yang penting kewarasan tetap terjaga.

"Bunda ... " lirih Ariana sambil terisak-isak pilu. Tatiana lantas menarik Ariana ke dalam pelukannya.

"Iya, Sayang." Tatiana menjawab dengan linangan air mata.

"Apa yang Ana lakukan ini salah?"

"Tidak, Sayang. Apa yang kau lakukan sudah benar. Bunda pun kalau berada di posisimu pasti akan melakukan hal yang sama," tukas Tatiana sambil menatap lekat mata Ariana yang basah dan merah.

"Setiap orang memiliki hak untuk memilih dan setiap orang memiliki hak untuk menentukan pilihan. Jikalau melepaskan bisa membuat hatimu jauh lebih tenang, kenapa tidak. Mengalah bukan berarti kalah, Sayang. Ada kalanya kita harus mengalah demi mendapatkan sesuatu yang lebih besar dan hebat. Dan ... Bunda yakin, perpisahan ini merupakan salah satu jalan untukmu mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya." Tatiana mengusap air mata yang membasahi pipi Ariana. Hati ibu yang mana yang tidak ikut hancur saat melihat anak yang begitu disayanginya dilukai orang lain. Meskipun ia hanya seorang ibu sambung, tapi Tatiana menyayangi Ariana seperti putri kandungnya sendiri.

"Anak bunda hebat. Anak bunda kuat. Bunda yakin, akan ada pelangi sehabis badai. Jangan berputus asa ya, Sayang. Kami selalu bersamamu."

Ariana tersenyum dengan air mata bercucuran. Ia pun kembali memeluk sang ibu. Ia senang memiliki ibu sambung yang begitu menyayanginya. Dalam hati, Ariana membenarkan kalau mengalah bukan berarti kalah. Ia harap, ini yang terbaik, baik untuknya maupun calon mantan suaminya.

"Jadi Ana mau pulang ke mana dulu?" tanya Tatiana memecah lamunan Ariana.

"Pulang ke rumah Bunda dulu, boleh?"

Tatiana tersenyum lebar, "tentu saja boleh. Pintu rumah ayah dan bunda akan selalu terbuka untukmu. Tak peduli kau sudah memiliki suami, anak, bahkan cucu sekalipun, pintu rumah kita akan selalu terbuka. Sebab mau bagaimanapun dirimu kelak, kau tetap putri kami. Putri tersayang ayah dan bunda."

...***...

Danang kini sudah kembali ke rumah sakit. Ia kembali melakukan aktivitasnya seperti biasa. Namun ada yang beda kali ini. Danang tidak bisa berkonsentrasi sama sekali. Bahkan saat ada pasien yang menjelaskan keluhannya pun, Danang kedapatan beberapa kali melamun membuat pasien kesal karena menganggap Danang merupakan dokter yang tidak profesional. Bahkan ada yang menyebut Danang merupakan dokter malpraktek.

"Hari ini saya mendapatkan keluhan beberapa pasien karena kinerja mu yang benar-benar tidak profesional. Melamun di saat sedang bekerja, apakah ini yang disebut sebagai dokter lulusan terbaik?" tukas Samudera datar dan dingin. Sore ini, Samudera mendapatkan protes dari beberapa pasien yang ditangani oleh Danang. Jelas saja, Samudera marah dan segera memanggilnya sebagai tindak lanjut.

"Maafkan saya, Dok. Saya memang sedang memilki masalah hari ini." Danang menunduk lesu. Baru kali ini ia mendapatkan panggilan karena kinerjanya yang tidak memuaskan. Jelas saja Danang merasa malu.

"Seharusnya kau tahu, seorang dokter itu harus bekerja secara profesional. Tak peduli ia sedang memiliki masalah, ia tetap harus memusatkan perhatiannya pada apa yang sedang dikerjakan. Ingat, pekerjaan kita ini menyangkut masalah nyawa manusia. Sedikit saja terjadi kesalahan karena ketidakprofesionalan kita, bisa berdampak buruk pada pasien. Salah diagnosa, salah pemberian resep, hal itu bisa berdampak fatal pada pasien," tegas Samudera.

"Maafkan saya, Dok."

"Maaf? Oke, aku akan memaafkan mu. Tapi peraturan tetaplah peraturan. Ini ... " Samudera menyodorkan sebuah amplop berisi surat peringatan pertama. Danang sampai tercekat melihatnya.

"Dok, apa ini tidak berlebihan? Saya hanya kedapatan melamun, bukan salah diagnosa apalagi salah memberikan resep dan obat." Danang tidak terima diberikan surat peringatan meskipun ini baru yang pertama. Apalagi Danang memilki sifat perfeksionis jelas ini seakan menjatuhkan harga dirinya.

"Jadi menurutmu harus menunggu korban berjatuhan baru kau boleh mendapatkan surat peringatan, begitu?" desis. Samudera.

"Bukan begitu, Dok. Tapi ini benar-benar berlebihan. Apa ini ada hubungannya dengan masalah kemarin?" ucap Danang membuat mata Samudera terbelalak.

"Saya selalu bekerja dengan profesional. Keluar sekarang atau kau mau aku mengeluarkan surat peringatan selanjutnya?" seru Samudera dengan suara yang lebih meninggi.

Danang pun segera beranjak dengan menahan gemuruh di dadanya. Ingin rasanya ia meluapkan kekesalannya, tapi Danang memilih menahannya dalam hati. Tentu ia harus menjaga citranya sebagai seorang dokter di hadapan semua orang.

Sekeluarnya dari ruangan Samudera, Danang pun segera menyusuri koridor untuk kembali ke ruangannya. Saat sedang melewati toilet, tiba-tiba ada sebuah tangan menariknya masuk ke salah satu bilik toilet.

"Si---Lisa? Apa yang kau lakukan?" desis Danang seraya berbisik.

"Kau itu yang apa-apaan, Mas. Kenapa kau tiba-tiba menyuruhku untuk tidak masuk ke ruangan mu? Kau juga sejak kemarin tidak bisa dihubungi. Sebenarnya ada apa?" lirih Monalisa seraya berbisik, khawatir ada yang mendengar pembicaraan mereka. Meskipun ia sudah memasang tanda toilet rusak di depan sana, tetap saja ia khawatir ada yang berusaha membuka pintu toilet itu dengan paksa.

Danang menghela nafas panjang lalu menatap lekat mata Monalisa.

"Dokter Samudera sudah mengetahui hubungan kita. Dia mengetahuinya dari rekaman cctv."

"Apa? Bagaimana bisa? Ah, aku tahu, pasti ini perbuatan putri manjanya itu. Pasti dia yang melaporkan hubungan kita, bukan?"

"Entahlah. Aku tidak tahu. Yang jelas sekarang kita harus pura-pura sudah tidak memiliki hubungan lagi."

"Mana bisa begitu. Bagaimanapun aku ini ... "

"Sa ... "

"Kalau mereka sudah tahu, kenapa lagi mesti ditutupi sih, Mas? Aku pun memiliki hak atasmu."

"Sa, please, untuk kali ini bersabarlah dulu. Aku tidak ingin semua jadi semakin runyam."

"Nggak. Pokoknya aku nggak mau. Sudah cukup ya, Mas, aku mengalah dan aku tidak ingin terus-terusan mengalah."

"Sa, please bersabarlah sedikit lagi. Kau tahu, aku baru saja mendapatkan surat peringatan pertama. Dan aku sedang benar-benar kesal saat ini."

"Apa? Bagaimana bisa kau mendapatkan surat peringatan pertama, Mas?"

"Aku kedapatan melamun saat berhadapan dengan pasien."

"Apa? Astaga. Memangnya kau melamunin apa sih, Mas?"

Danang menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya kasar.

"Ana mengajak berpisah," lirih Danang.

Monalisa terbelalak. "Yang benar, Mas? Kenapa Mas malah kepikiran sih? Bukankah seharusnya Mas senang. Selama ini Mas menjalani pernikahan terpaksa dengan dia. Jadi bukankah ini merupakan kabar baik buat kita jadi kita bisa segera meresmikan hubungan kita?" cecar Monalisa dengan mata berbinar.

"Tidak bisa begitu, Lisa. Mas ... "

"Mas kenapa? Jangan bilang Mas sudah mulai jatuh cinta pada perempuan itu ya?"

"Bukan begitu. Hanya saja ... Aaargh ... Sudahlah. Aku harus segera keluar dari sini. Bisa kacau kalau ada yang sampai memergoki kita berdua." Danang berdecak tak mau menjawab pertanyaan Monalisa.

Monalisa berdecak kesal. Apalagi saat melihat Danang sudah keluar dari sana secara mengendap-endap, meninggalkannya begitu saja.

"Awas kau Mas kalau sampai jatuh cinta padanya! Aku takkan membiarkannya."

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

si Danang kan udah punya istri... kamu cantik knp gak cari laki" yg masih single aja...

2024-04-25

2

Yani

Yani

Kalau aku jadi atasannya sudah fi pecat tu si Danang sama di Lisa

2024-04-30

0

Nurkomala Mala

Nurkomala Mala

lanjutkan semangkin seru cerita nya

2024-04-24

1

lihat semua
Episodes
1 Rahasia di laptop suamiku
2 Sebuah Tekad
3 Jangan-jangan dia ...
4 Praduga
5 Sebuah kenyataan
6 Bertemu
7 Pertengkaran
8 Sebuah nasihat
9 Brakkk and Deal
10 di rumah sakit
11 Firasat seorang ibu
12 Don't judge a book by it's cover
13 Athariq Satya Nugraha
14 Bolehkah ...
15 Melihat
16 Foto
17 Kemarahan Samudera
18 Tamu dadakan
19 Sebuah keputusan
20 Surat peringatan
21 Bertubi-tubi
22 Keputusan tepat
23 Selalu bertabrakan
24 Pulang
25 Pertengkaran
26 Diculik ...
27 Harga mati
28 Ancaman Giandra
29 Sidang perdana
30 Bertemu
31 Kedatangan Danang
32 Desas-desus dan cemoohan
33 Bertubi-tubi II
34 Ikut nongkrong
35 Jum'at berkah I
36 Jum'at Berkah II
37 Azura vs Danang
38 Kutukan
39 Bertemu
40 Terbongkar
41 Paparazi dadakan
42 Sebuah kebenaran
43 43
44 Sebuah penawaran
45 Skak mat
46 Tolong bantuan laporin plagiat karya
47 Diculik?
48 Bugh
49 Byur ...
50 baper?
51 Makan siang pengganti
52 SIM
53 53
54 Athariq
55 Eneng
56 Eneng lagi
57 Coklat Swiss
58 Ku .... dengan Bismillah
59 Jodi
60 Kerja sama
61 Berkunjung
62 Takut
63 Provokasi
64 Selamat bersenang-senang!
65 Judulin sendiri! Hehehe ...
66 Solo karir
67 Flashback
68 Anugerah
69 3 sampai 5
70 Orisinil
71 Ariana adalah istriku
72 Dipecat
73 Penyesalan
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 Mutiara Kasih Bunda Ana
80 80
81 81
82 82
83 83 (S2 DD)
84 84
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90
91 91
92 92
93 93
94 Bukankah itu ....
95 95
96 96
97 97
98 98
99 99
100 100
101 101
102 102
103 103
104 104
105 105
106 106
107 107
108 108
109 109
110 110
111 111
112 112
113 113
114 114
115 115
116 Berdamai dengan masa lalu
117 117
118 118
119 119
120 The End
121 Bonchap RW 1
122 Bonchap RW 2
123 Bonchap RW 3
124 Bonchap RW 4
125 Bonchap RW 5
126 Bonchap RW 6
127 Bonchap RW 7
128 Bonchap RW 8
129 Bonchap RW 9
130 Bonchap RW 10
131 Bonchap RW 11
132 Bonchap RW 12
133 Bonchap RW 13
134 Bonchap RW 14
135 Bonchap RW 15
136 Bonchap RW 16
137 Bonchap RW 17
138 Bonchap RW 18
139 Bonchap RW 19
140 Bonchap AA
141 Ending sebenarnya
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Rahasia di laptop suamiku
2
Sebuah Tekad
3
Jangan-jangan dia ...
4
Praduga
5
Sebuah kenyataan
6
Bertemu
7
Pertengkaran
8
Sebuah nasihat
9
Brakkk and Deal
10
di rumah sakit
11
Firasat seorang ibu
12
Don't judge a book by it's cover
13
Athariq Satya Nugraha
14
Bolehkah ...
15
Melihat
16
Foto
17
Kemarahan Samudera
18
Tamu dadakan
19
Sebuah keputusan
20
Surat peringatan
21
Bertubi-tubi
22
Keputusan tepat
23
Selalu bertabrakan
24
Pulang
25
Pertengkaran
26
Diculik ...
27
Harga mati
28
Ancaman Giandra
29
Sidang perdana
30
Bertemu
31
Kedatangan Danang
32
Desas-desus dan cemoohan
33
Bertubi-tubi II
34
Ikut nongkrong
35
Jum'at berkah I
36
Jum'at Berkah II
37
Azura vs Danang
38
Kutukan
39
Bertemu
40
Terbongkar
41
Paparazi dadakan
42
Sebuah kebenaran
43
43
44
Sebuah penawaran
45
Skak mat
46
Tolong bantuan laporin plagiat karya
47
Diculik?
48
Bugh
49
Byur ...
50
baper?
51
Makan siang pengganti
52
SIM
53
53
54
Athariq
55
Eneng
56
Eneng lagi
57
Coklat Swiss
58
Ku .... dengan Bismillah
59
Jodi
60
Kerja sama
61
Berkunjung
62
Takut
63
Provokasi
64
Selamat bersenang-senang!
65
Judulin sendiri! Hehehe ...
66
Solo karir
67
Flashback
68
Anugerah
69
3 sampai 5
70
Orisinil
71
Ariana adalah istriku
72
Dipecat
73
Penyesalan
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
Mutiara Kasih Bunda Ana
80
80
81
81
82
82
83
83 (S2 DD)
84
84
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
Bukankah itu ....
95
95
96
96
97
97
98
98
99
99
100
100
101
101
102
102
103
103
104
104
105
105
106
106
107
107
108
108
109
109
110
110
111
111
112
112
113
113
114
114
115
115
116
Berdamai dengan masa lalu
117
117
118
118
119
119
120
The End
121
Bonchap RW 1
122
Bonchap RW 2
123
Bonchap RW 3
124
Bonchap RW 4
125
Bonchap RW 5
126
Bonchap RW 6
127
Bonchap RW 7
128
Bonchap RW 8
129
Bonchap RW 9
130
Bonchap RW 10
131
Bonchap RW 11
132
Bonchap RW 12
133
Bonchap RW 13
134
Bonchap RW 14
135
Bonchap RW 15
136
Bonchap RW 16
137
Bonchap RW 17
138
Bonchap RW 18
139
Bonchap RW 19
140
Bonchap AA
141
Ending sebenarnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!