Bolehkah ...

"Na," panggil Danang membuat Ariana yang sedang memainkan ponselnya menyahut tak acuh.

"Hmmm ... "

"Itu ... Giandra kenapa kok kayaknya akrab banget dengan laki-laki itu?" tanya Danang. Saat ini Giandra sedang pergi dengan Athariq. Katanya ada keperluan sebentar saja.

"Laki-laki mana? Ngomong yang jelas."

"Itu ... Laki-laki yang menabrak kamu itu."

"Oh. Ya karena emang mereka saling kenal. Memangnya nggak boleh."

"Bu-bukan begitu. Tapi aneh aja. Adik kamu kan masih duduk di bangku kuliah, sementara dia ... "

"Memangnya karena adikku masih kuliah, dia nggak boleh berteman dengan orang yang lebih dari dia? Aneh!" cibir Ariana.

"Na, kok kamu jadi ketus begini sih dengan aku? Memangnya aku ada salah?" Seperti mengalami amnesia, Danang justru menanyakan apa kesalahannya sehingga membuat sikap Ariana berubah padanya. Tak ada lagi senyum lembut, tak ada lagi tatapan penuh cinta, tak ada lagi keramahan apalagi perhatian. Ariana seakan acuh tak acuh dengan keberadaannya. Bahkan ia memilih minta bantu perawat ke kamar mandi daripada dirinya. Padahal ada dirinya di sini sejak tadi.

Ariana menoleh dan tersenyum sinis, "Mas tanya Mas ada salah apa? Apa Mas amnesia sehingga tidak menyadari apa kesalahan Mas? Padahal yang kecelakaan aku, tapi kok. bisa yang amnesia malah Mas," cibirnya.

Danang tertegun dengan kalimat yang barusan Ariana ucapkan.

"Tapi Mas memang benar-benar tidak tahu apa kesalahan Mas. Oke kalau ini tentang apa yang terjadi lagi tadi. Mas akui Mas nggak peka banget sebagai seorang suami, tapi kan Mas sudah bilang kalau sakit lebih baik nggak kerja dulu daripada ... "

"Daripada merepotkan Mas, begitu? Kalau Mas Danang merasa direpotkan, Mas bisa pulang. Tenang saja, banyak yang dengan senang hati menemaniku di sini. Bahkan bila tak ada seorang pun yang bisa menemani, aku bisa sendiri. Aku bukan perempuan lemah. Kau juga bukan perempuan cengeng yang akan merengek untuk tidak ditinggal sendiri. Pulang saja. Oh, Mas punya janji ketemuan sama kekasih tercinta Mas itu? Silahkan, aku nggak melarang kok, tenang aja," sembur Ariana kesal dengan gigi bergemeletuk.

"Ana, kamu ngomong apa sih? Bukan itu maksud aku. Aku juga nggak ada janji sama siapa-siapa kok. Jangan sembarangan ---"

Belum sempat Danang menyelesaikan kata-katanya, ponselnya tiba-tiba bergetar hebat. Ia pun segera merogoh saku dan mengeluarkan ponselnya. Setelah melihat nama yang menghubunginya, terlihat ekspresi keraguan di wajah Danang. Ariana dapat melihat itu dengan jelas.

Danang melirik Ariana. Ia tertegun. Ia pun mencoba mengabaikan panggilan itu. Namun ternyata ponselnya lagi-lagi bergetar.

"Angkat aja, nggak perlu takut-takut gitu..Aku nggak akan ngamuk kok," sinis Ariana.

"Nggak usah. Ini cuma salah sambung kok," kilah Danang.

Ariana terkekeh sinis, "udahlah Mas, kau pikir aku ini bodoh, hah? Ya, aku memang bodoh karena sempat mengira kau melamarku karena memiliki perasaan padaku. Tapi kini aku sudah sadar dan aku serahkan keputusan padamu. Pilih aku atau dia? Kalau kau pilih aku, lepaskan dia dan kalau kau pilih dia, lepaskan aku, simple sekali bukan."

Ariana berbicara seolah acuh tak acuh, padahal dalam hatinya bergemuruh. Tidak semudah itu menghempas cinta yang telah lama tertanam, tapi ia akan mencoba memberikan Danang pilihan.

"Tetap nggak sesimpel itu, Ana. Dan aku ... aku ... Ck, aaargh ... "

Ponselnya lagi-lagi bergetar. Tapi kali ini sebuah pesan masuk ke ponselnya. Mata Danang terbelalak setelah membaca pesan itu. Ia pun segera memasukkan ponsel itu ke saku celananya dan berjalan tergesa ke arah Ariana.

"Na, maaf, maaf Mas harus pergi dulu sebentar. Ini mendesak."

Cup ...

Danang mengecup kening Ariana dan segera berlalu dari sana.

Dengan kasar, Ariana mengusap bekas kecupan suaminya. Bila dulu ia merasa hatinya berbunga-bunga saat Danang mengecup dahinya, tapi kini perlahan getaran itu menghilang. Bahkan rasa bahagia yang pernah ada dulu perlahan terkikis berganti miris.

Kurang lebih 30 menit kemudian, Giandra kembali ke kamar rawat inap Ariana. Ia celingukan saat tidak melihat keberadaan Danang.

"Suami kak Ana mana?" tanyanya.

Ariana mengedikkan bahunya. Giandra sampai melongo melihat respon sang kakak yang sangat berbeda dari biasanya.

"Kenapa kamu natap kakak begitu?"

"Nggak. Nggak papa. Memangnya Kak Danang nggak bilang gitu mau kemana?"

"Nggak ada. Udahlah, nggak usah terlalu dipikirin. Mau kemana dia, terserah. Mbak nggak peduli," jawab Ariana datar. "Eh, itu apa? Kamu bawain Kakak makanan?" tanya Ariana saat melihat kantong plastik yang Giandra pegang.

"Oh, ini kari kambing. Tadi kami ke tempat tongkrongan sebentar. Waktu pulang, bang Ariq liat pondok makan gitu yang ada tulisan menunya kari kambing. Jadi bang Ariq minta berhenti. Aku pikir bang Ariq beli untuk dia, eh taunya buat kita dong. Bang Ariq emang paling the best deh."

Giandra bercerita dengan bersemangat.

"Wah, enak tuh! Kakak mau dong. Bantu siapin ya. Kakak laper."

"Siap, Bos! Laksanakan!"

Giandra pun segera menyiapkan makan malam untuk mereka.

"Eh, tadi emangnya kalian naik apa? Dia kan pasti naik mobil, terus kamu bawa motor."

"Bang Ariq nebeng motorku. Dari tempat tongkrongan, balik ke sini lagi soalnya sopirnya jemput di sini."

Ariana mengangguk-anggukkan kepalanya. Setelah makanan siap, mereka pun segera menyantap makan malam mereka.

Sementara itu, Danang sedang melajukan mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Setelah tiba di tempat tujuan, ia pun segera turun. Belum sempat membuka pintu, pintu sudah terbuka lebih dulu lalu seorang perempuan yang masih tampak muda segera keluar dan berhambur ke pelukan Danang.

"Mas, mama, Mas, Mama ... "

"Bagaimana keadaan Tante?"

Perempuan itu menggelengkan kepala, "cepat tolong mama, Mas. Tadi aku sudah melakukan pertolongan pertama, tapi mama malah tidak sadarkan diri. Ayo, Mas, kita bawa mama ke rumah sakit!"

Danang mengangguk. Mereka pun bergegas ke kamar seseorang yang merupakan ibu dari Monalisa.

"Mama masih di kamar mandi. Aku nggak bisa mindahin mama."

Danang menghela nafas. Ia terkejut melihat ibu Monalisa terkapar di lantai kamar mandi dengan mata terpejam. Lalu ia pun segera membawa ibu Monalisa ke dalam gendongannya menunju mobilnya.

"Mas, kok lewat jalan ini? Ini kan justru menjauhi rumah sakit."

"Terus mau kamu gimana? Membawa mama kamu ke Husada? Ini bahaya, Sa. Kalau ada yang lihat aku temenin kamu anterin mama kamu ke rumah sakit, bisa-bisa orang-orang berpikiran negatif tentang aku."

Monalisa berdecak, "bilang aja kamu nggak sengaja ketemu terus aku minta tolong atau apa kek. Kan kalau gini kita sendiri yang ribet. Aku dan kamu kerja di Husada, otomatis aku nggak bisa sambilan jaga mama dong. Ribet juga mondar-mandir ke sana ke mari. Belum lagi kamu pasti bakal sering temenin istri manja kamu itu. Makin sulit dong kita ketemu," ketus Monalisa.

"Ana nggak manja. Dia perempuan mandiri."

"Kamu belain dia, Mas?" Mata Monalisa melotot tak suka.

"Aku nggak bela. Aku hanya mengatakan yang sebenarnya."

"Ck, alasan. Dia itu perempuan manja. Demi dapat perhatian kamu, dia sampai pura-pura sakit gitu."

"Ana nggak pura-pura, dia beneran sakit."

Gigi Monalisa mengerat mendengar pembelaan demi pembelaan Danang.

"Asal Mas tahu, dia itu sengaja mencelakakan dirinya sendiri untuk mendapatkan perhatian kamu. Kamu tahu nggak, sebelum pergi kerja tadi, aku sempat bertemu dengannya. Aku telepon kamu, terus dia angkat. Dia ajak aku ketemuan dan marah-marahin aku. Apa kamu tau, dia juga minta aku tinggalin kamu. Dia nuduh aku pelakor karena udah deketin kamu. Mentang-mentang aku bukan istri kamu, jadi dia seenaknya nuduh aku sembarangan. Kamu pikir hati aku nggak sakit, hah? Sakit tau, Mas. Sakit banget. Dan semua gara-gara kamu. Kamu janji nikahin aku, tapi kamu justru nikahin perempuan lain. Kamu nggak tau gimana hancurnya hati aku, Mas. Kalau aja nggak mikirin mama, udah lama aku bunuh diri. Aku ... Hiks ... hiks ... hiks ... "

Monalisa menangis tersedu-sedu. Danang yang tadinya terkejut saat tahu Monalisa telah menemui Ariana kini justru menjadi merasa bersalah. Ia bingung harus mengambil keputusan apa.

Ingin marah pada Ariana karena sudah menemui Monalisa tanpa sepengetahuannya dan memarahinya, tapi ia pun sadar, ini terjadi karena kesalahannya sendiri. Perempuan manapun terutama seorang istri pasti akan marah saat suaminya masih menjalin hubungan dengan perempuan lain. Namun bila disuruh memilih, Danang tidak bisa melakukannya. Keduanya penting dan keduanya berarti.

Bolehkah ia egois ingin memiliki keduanya???

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

ari sachio

ari sachio

hehhhhh situ ok....dah punya segalanya gitu....dah paling baik gitu....ngaca dong....liat dirimu....dr mn semuany km dpt....sok2 an mau poligami....ora sudi lah arian.....mana mau ariana berbagi dg madu yg membawa racun jika dia bs mendptkn berjuta bahagia dg memberikan km seutuhnya buat yg ono.km tau g....
lebih baik air nira drpd madu yg kau suguhkan danang.....

2024-01-31

56

Raufaya Raisa Putri

Raufaya Raisa Putri

woo... mulai kemaruk. pdhl udah jls beda bgt berlian sm batu koral. nnti km nyesel seumur hdp udah mencampakn berlian

2024-05-21

0

Emak Kam

Emak Kam

hei Danang , lelaki di dunia ini masih banyak. tidak perlu berbagai suami🤔

2024-05-23

1

lihat semua
Episodes
1 Rahasia di laptop suamiku
2 Sebuah Tekad
3 Jangan-jangan dia ...
4 Praduga
5 Sebuah kenyataan
6 Bertemu
7 Pertengkaran
8 Sebuah nasihat
9 Brakkk and Deal
10 di rumah sakit
11 Firasat seorang ibu
12 Don't judge a book by it's cover
13 Athariq Satya Nugraha
14 Bolehkah ...
15 Melihat
16 Foto
17 Kemarahan Samudera
18 Tamu dadakan
19 Sebuah keputusan
20 Surat peringatan
21 Bertubi-tubi
22 Keputusan tepat
23 Selalu bertabrakan
24 Pulang
25 Pertengkaran
26 Diculik ...
27 Harga mati
28 Ancaman Giandra
29 Sidang perdana
30 Bertemu
31 Kedatangan Danang
32 Desas-desus dan cemoohan
33 Bertubi-tubi II
34 Ikut nongkrong
35 Jum'at berkah I
36 Jum'at Berkah II
37 Azura vs Danang
38 Kutukan
39 Bertemu
40 Terbongkar
41 Paparazi dadakan
42 Sebuah kebenaran
43 43
44 Sebuah penawaran
45 Skak mat
46 Tolong bantuan laporin plagiat karya
47 Diculik?
48 Bugh
49 Byur ...
50 baper?
51 Makan siang pengganti
52 SIM
53 53
54 Athariq
55 Eneng
56 Eneng lagi
57 Coklat Swiss
58 Ku .... dengan Bismillah
59 Jodi
60 Kerja sama
61 Berkunjung
62 Takut
63 Provokasi
64 Selamat bersenang-senang!
65 Judulin sendiri! Hehehe ...
66 Solo karir
67 Flashback
68 Anugerah
69 3 sampai 5
70 Orisinil
71 Ariana adalah istriku
72 Dipecat
73 Penyesalan
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 Mutiara Kasih Bunda Ana
80 80
81 81
82 82
83 83 (S2 DD)
84 84
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90
91 91
92 92
93 93
94 Bukankah itu ....
95 95
96 96
97 97
98 98
99 99
100 100
101 101
102 102
103 103
104 104
105 105
106 106
107 107
108 108
109 109
110 110
111 111
112 112
113 113
114 114
115 115
116 Berdamai dengan masa lalu
117 117
118 118
119 119
120 The End
121 Bonchap RW 1
122 Bonchap RW 2
123 Bonchap RW 3
124 Bonchap RW 4
125 Bonchap RW 5
126 Bonchap RW 6
127 Bonchap RW 7
128 Bonchap RW 8
129 Bonchap RW 9
130 Bonchap RW 10
131 Bonchap RW 11
132 Bonchap RW 12
133 Bonchap RW 13
134 Bonchap RW 14
135 Bonchap RW 15
136 Bonchap RW 16
137 Bonchap RW 17
138 Bonchap RW 18
139 Bonchap RW 19
140 Bonchap AA
141 Ending sebenarnya
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Rahasia di laptop suamiku
2
Sebuah Tekad
3
Jangan-jangan dia ...
4
Praduga
5
Sebuah kenyataan
6
Bertemu
7
Pertengkaran
8
Sebuah nasihat
9
Brakkk and Deal
10
di rumah sakit
11
Firasat seorang ibu
12
Don't judge a book by it's cover
13
Athariq Satya Nugraha
14
Bolehkah ...
15
Melihat
16
Foto
17
Kemarahan Samudera
18
Tamu dadakan
19
Sebuah keputusan
20
Surat peringatan
21
Bertubi-tubi
22
Keputusan tepat
23
Selalu bertabrakan
24
Pulang
25
Pertengkaran
26
Diculik ...
27
Harga mati
28
Ancaman Giandra
29
Sidang perdana
30
Bertemu
31
Kedatangan Danang
32
Desas-desus dan cemoohan
33
Bertubi-tubi II
34
Ikut nongkrong
35
Jum'at berkah I
36
Jum'at Berkah II
37
Azura vs Danang
38
Kutukan
39
Bertemu
40
Terbongkar
41
Paparazi dadakan
42
Sebuah kebenaran
43
43
44
Sebuah penawaran
45
Skak mat
46
Tolong bantuan laporin plagiat karya
47
Diculik?
48
Bugh
49
Byur ...
50
baper?
51
Makan siang pengganti
52
SIM
53
53
54
Athariq
55
Eneng
56
Eneng lagi
57
Coklat Swiss
58
Ku .... dengan Bismillah
59
Jodi
60
Kerja sama
61
Berkunjung
62
Takut
63
Provokasi
64
Selamat bersenang-senang!
65
Judulin sendiri! Hehehe ...
66
Solo karir
67
Flashback
68
Anugerah
69
3 sampai 5
70
Orisinil
71
Ariana adalah istriku
72
Dipecat
73
Penyesalan
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
Mutiara Kasih Bunda Ana
80
80
81
81
82
82
83
83 (S2 DD)
84
84
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
Bukankah itu ....
95
95
96
96
97
97
98
98
99
99
100
100
101
101
102
102
103
103
104
104
105
105
106
106
107
107
108
108
109
109
110
110
111
111
112
112
113
113
114
114
115
115
116
Berdamai dengan masa lalu
117
117
118
118
119
119
120
The End
121
Bonchap RW 1
122
Bonchap RW 2
123
Bonchap RW 3
124
Bonchap RW 4
125
Bonchap RW 5
126
Bonchap RW 6
127
Bonchap RW 7
128
Bonchap RW 8
129
Bonchap RW 9
130
Bonchap RW 10
131
Bonchap RW 11
132
Bonchap RW 12
133
Bonchap RW 13
134
Bonchap RW 14
135
Bonchap RW 15
136
Bonchap RW 16
137
Bonchap RW 17
138
Bonchap RW 18
139
Bonchap RW 19
140
Bonchap AA
141
Ending sebenarnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!