Firasat seorang ibu

"Maaf, Anda ... " Samudera yang tadinya hendak menangis pun menoleh. Matanya terbelalak saat melihat Arkandra.

"Anda ... Dokter Arkan kan?" tanya Samudera saat melihat keberadaan Arkandra. Tadi karena terlalu fokus dengan Ariana, Samudera sampai tidak menyadari ada orang lain di sana. Setelah sadar, Samudera pun menoleh dan matanya terbelalak saat melihat dokter senior yang pernah dijumpainya bertahun-tahun yang lalu.

Saat itu Arkandra sedang bertugas mengisi seminar di universitas tempat Samudera menimba ilmu. Tepatnya khusus di fakultas kedokteran. Samudera sangat mengagumi sosok Arkandra. Meskipun terkenal dengan dokter dingin, tapi dengan tangan dinginnya pula ia berhasil menyelamatkan banyak nyawa.

Bertahun-tahun kemudian, lagi-lagi Samudera di pertemukan dengan Arkandra. Saat itu sedang diadakan simposium di Jimbaran, Bali. Jadi Samudera ikut memboyong anak-anak dan istrinya ke sana untuk sekalian berlibur. Samudera tidak sengaja dipertemukan dengan Arkandra yang juga sedang berlibur dengan anak-anak dan istrinya. Bahkan mereka juga menginap di hotel yang sama.

Samudera yang sejak lama mengagumi sosok Arkandra pun menghampiri sambil memperkenalkan anak dan istrinya. Arkandra dan istrinya menyambut Samudera dan istrinya dengan ramah. Bahkan anak laki-laki Arkandra yang saat itu sudah remaja tampak suka sekali mengusili Ariana yang saat itu baru berusia 10 tahun. Dan itu adalah pertemuan terakhir mereka sebelum kembali di pertemukan di rumah sakit ini.

"Benar. Anda ... " Arkandra tidak begitu mengingat siapa Samudera. Pertemuan mereka sudah berlalu terjadi belasan tahun yang lalu jadi sangat wajar Arkandra lupa. Terlebih Arkandra hanya sekedar berkenalan biasa saja.

Samudera melebarkan senyumnya. Ia segera mengusap kasar bulir bening yang sempat meluncur dari pelupuk matanya.

"Saya Samudera, Dok. Kita pernah bertemu di Jimbaran, Bali sekitar 17 tahun yang lalu."

Arkandra mengerjapkan matanya. Dahinya sedikit berkerut, berusaha untuk mengingat.

"Mas, kayaknya ini dokter yang bawa keluarganya berkenalan sama kita waktu kita liburan di Jimbaran itu lho. Yang bawa anak kecil perempuan sama balita itu kan?" sergah Azura yang memang lebih dulu mengingatnya.

"Ah, Anda benar, Bu. Senang sekali, Anda masih mengingatnya."

"Ah, iya, iya, saya ingat. Senang bertemu dengan Anda lagi." Arkandra mengulurkan tangannya. Mereka pun bersalaman.

"Tunggu, apa gadis cantik ini anak perempuanmu waktu itu?" terka Azura yang langsung diangguki Samudera.

"Anda benar, Bu. Dia Ariana, putri sulung kami."

"Ya Allah, aku nggak nyangka lho, Mas, kita malah dipertemukan lagi dalam kondisi seperti ini. Sebelumnya, aku sebagai ibu Athariq benar-benar memohon maaf atas kecerobohan putra saya sehingga mengakibatkan putri Anda mengalami kecelakaan seperti ini," tukas Azura penuh sesal.

Samudera menghela nafas panjang. Ia tadi sudah mendengar penjelasan dari perawat yang sempat mencari informasi mengenai alasan kecelakaan yang terjadi pada Ariana. Menurut hasil analisanya, hal ini tidak murni karena kesalahan si penabrak. Tapi memang karena kondisi kesehatan Ariana yang sedang tidak bagus. Samudera kesal sekali. Mengapa Danang tidak tahu kalau kondisi istrinya sedang tidak baik-baik saja. Bahkan ia dibiarkan saja pergi bekerja seorang diri. Beruntung kecelakaan itu tidak berakibat fatal. Kalau fatal, Samudera pastikan takkan pernah memaafkan menantunya itu.

"Saya juga, Dok. Saya sebagai ayah Athariq meminta maaf yang sebesar-besarnya atas kelalaian putra saya."

"Dok, saya Athariq. Saya lah yang lebih pantas meminta maaf. Karena kelalaian saya, putri Anda mengalami kecelakaan ini. Saya benar-benar meminta maaf."

Samudera tersenyum lalu menepuk pundak. Ia salut dengan keluarga Arkandra yang mana mampu mendidik anaknya sehingga mau mengakui kesalahan yang padahal bukan murni kesalahannya.

"Tidak perlu meminta maaf sampai segitunya. Saya sadar, ini bukan murni kesalahanmu. Memang kondisi kesehatan Ana sedang kurang bagus, tapi dia justru memaksakan diri untuk tetap bekerja."

Terdengar helaan nafas berat dari bibir Samudera.

"Padahal dia juga dokter, tapi dia malah lalai dengan kesehatannya sendiri."

Suara Samudera terdengar getir. Entah mengapa, ia merasa putrinya sedang tidak baik-baik saja. Sama seperti cerita istrinya tempo hari. Tatiana pun merasakan kalau Ariana sedang tidak baik-baik saja. Hanya saja saat itu Samudera tidak begitu memikirkannya. Pikirnya mungkin itu karena masalah pekerjaan. Kalaupun ada masalah dengan Danang, mungkin hanya permasalahan biasa. Bukankah yang namanya rumah tangga wajar bila ada masalah. Namun bila masalah terus berlarut, barulah itu tidak wajar.

"Jadi putri Anda pun seorang dokter?"

"Benar. Tapi bukan di rumah sakit ini."

"Wah, anak Anda benar-benar gadis yang mengagumkan. Sudah cantik, berprofesi seorang dokter juga. Saya juga yakin, dia gadis yang baik. Pasti banyak jadi incaran para laki-laki," puji Azura membuat Samudera terkekeh.

"Tapi dia sudah tidak gadis lagi, Bu," jawab Samudera tersenyum simpul.

"Hah, maksudnya?"

"Sayangnya mau banyak laki-laki yang incerin pun sudah nggak berguna, soalnya anak saya sudah menikah. Dan suaminya juga dokter di rumah sakit ini," jelas Samudera membuat Azura seketika terdiam dengan tatapan rumit.

Bukan hanya Azura, tapi juga Athariq. Laki-laki itu melirik Ariana yang masih terpejam dengan tatapan tak kalah rumit.

...***...

Krieet ...

Pintu terbuka, tak lama Danang masuk dengan raut wajah khawatir.

"Ayah ... bagaimana keadaan Ana?" tanyanya cemas. Ia benar-benar tidak tahu kalau Ariana mengalami kecelakaan. Ia tahu setelah Samudera menghubunginya.

Danang melirik Ariana yang sedang tertidur pulas. Ariana sebenarnya tadi sudah bangun, tapi saat ini ia sudah kembali tertidur setelah makan dan meminum obat.

Tampak Tatiana sedang menatap sedih keadaan sang putri sambil menggenggam tangannya.

"Kau ini sebagai seorang suami bagaimana? Bagaimana kau membiarkan Ariana tetap bekerja dalam keadaan sakit? Bahkan kau juga membiarkannya pergi dengan menyetir seorang diri. Untung saja kecelakaan ini tidak berakibat fatal, kalau tidak ... " desis Samudera. Ingin rasanya ia membentak Danang, tapi ia tidak mau justru mengganggu istirahat putrinya.

"Maafkan Danang, Ayah, Ibu." Danang hanya bisa mengatakan itu. Ia tidak mau membela diri sebab ia sadari dirinya memang salah.

Samudera mendengus kesal. Namun ia tidak bisa terlalu ikut campur urusan anaknya. Ia hanya bisa berdoa agar anaknya baik-baik saja. Baik kesehatannya maupun hubungannya dengan suaminya.

"Sudah. Jaga Ana baik-baik. Ayah dan ibu mau pulang dulu. Mungkin nanti malam Giandra akan kemari menemanimu menjaga Ana," tukas Samudera dingin.

"Baik, Yah."

"Titip putri ibu ya, Nang."

Padahal memang sudah menjadi kewajiban Danang menjaga istrinya, tapi entah mengapa yang terucap dari bibir Tatiana justru kalimat itu. Sebagai seorang perempuan, entah mengapa, ia bisa melihat ada sesuatu diantara keduanya. Terlebih, dulu ia pun pernah merasakan momen seperti ini. Tatiana seakan memiliki firasat yang kurang baik.

Tatiana menghela nafas sambil menggigit bibirnya.

'Tidak. Tidak mungkin putriku mengalami hal yang sama seperti yang aku alami dulu. Ya Allah, tolong jaga dan lindungi putriku,' batin Tatiana.

Setelah sepasang suami istri itu berlalu, Danang pun segera duduk di samping Ariana. Ia menghela nafas panjang. Danang merasa bersalah. Ia benar-benar tidak peka dengan keadaan istrinya sendiri.

"Maafkan aku, Na. Aku benar-benar menyesal."

Pukul 3 sore, akhirnya Ariana terbangun dari tidurnya. Danang yang melihat Ariana membuka mata pun tersenyum.

"Ana? Kau sudah bangun. Kau butuh sesuatu?"

Ariana melirik Danang dan menatapnya datar. Kemudian ia menggeleng.

"Tidak. Terima kasih," ucapnya singkat.

Danang yang merasa bersalah pun menghela nafasnya, "Ana, maafkan aku. Seharusnya aku melarang mu bekerja tadi dan memeriksa kesehatanmu. Maafkan atas ketidakpekaan ku ini. Semua salahku. Sekali lagi maafkan aku," ucapnya penuh sesal.

Seharusnya Ariana senang mendengar permintaan maaf Danang, tapi entah mengapa Ariana merasa semuanya seperti tidak berarti apa-apa. Hampa dan hambar. Ini yang Ariana rasakan saat ini.

"Na ... kau masih marah padaku?" ucapnya lagi saat Ariana hanya diam.

"Tidak. Sudahlah. Aku lelah. Aku ingin istirahat. Jangan banyak bicara lagi."

Degh ...

Entah mengapa mendapatkan respon yang begitu dingin dari istrinya membuat Danang merasa tak nyaman.

...***...

Hai Kak, othor mau promoin cerita teman othor sesama penulis nih kak. Siapa tahu butuh bacaan baru anteng-anteng nungguin cerita othor update. 😄

Silahkan mampir! Jangan lupa like and komennya ya!!! 🥰🥰🥰

...Happy reading 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

Ana ada Arik yg suka sama kamu... buat mikirin si Danang yg nyakitin....

2024-04-24

2

Parno Parno

Parno Parno

oh jadi masih kecil dulu udah tengil ya godain ana.....

2024-04-28

0

Deliza Yuseva

Deliza Yuseva

dari pada sakit hati ana lebih baik berpisah .

2024-05-18

0

lihat semua
Episodes
1 Rahasia di laptop suamiku
2 Sebuah Tekad
3 Jangan-jangan dia ...
4 Praduga
5 Sebuah kenyataan
6 Bertemu
7 Pertengkaran
8 Sebuah nasihat
9 Brakkk and Deal
10 di rumah sakit
11 Firasat seorang ibu
12 Don't judge a book by it's cover
13 Athariq Satya Nugraha
14 Bolehkah ...
15 Melihat
16 Foto
17 Kemarahan Samudera
18 Tamu dadakan
19 Sebuah keputusan
20 Surat peringatan
21 Bertubi-tubi
22 Keputusan tepat
23 Selalu bertabrakan
24 Pulang
25 Pertengkaran
26 Diculik ...
27 Harga mati
28 Ancaman Giandra
29 Sidang perdana
30 Bertemu
31 Kedatangan Danang
32 Desas-desus dan cemoohan
33 Bertubi-tubi II
34 Ikut nongkrong
35 Jum'at berkah I
36 Jum'at Berkah II
37 Azura vs Danang
38 Kutukan
39 Bertemu
40 Terbongkar
41 Paparazi dadakan
42 Sebuah kebenaran
43 43
44 Sebuah penawaran
45 Skak mat
46 Tolong bantuan laporin plagiat karya
47 Diculik?
48 Bugh
49 Byur ...
50 baper?
51 Makan siang pengganti
52 SIM
53 53
54 Athariq
55 Eneng
56 Eneng lagi
57 Coklat Swiss
58 Ku .... dengan Bismillah
59 Jodi
60 Kerja sama
61 Berkunjung
62 Takut
63 Provokasi
64 Selamat bersenang-senang!
65 Judulin sendiri! Hehehe ...
66 Solo karir
67 Flashback
68 Anugerah
69 3 sampai 5
70 Orisinil
71 Ariana adalah istriku
72 Dipecat
73 Penyesalan
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 Mutiara Kasih Bunda Ana
80 80
81 81
82 82
83 83 (S2 DD)
84 84
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90
91 91
92 92
93 93
94 Bukankah itu ....
95 95
96 96
97 97
98 98
99 99
100 100
101 101
102 102
103 103
104 104
105 105
106 106
107 107
108 108
109 109
110 110
111 111
112 112
113 113
114 114
115 115
116 Berdamai dengan masa lalu
117 117
118 118
119 119
120 The End
121 Bonchap RW 1
122 Bonchap RW 2
123 Bonchap RW 3
124 Bonchap RW 4
125 Bonchap RW 5
126 Bonchap RW 6
127 Bonchap RW 7
128 Bonchap RW 8
129 Bonchap RW 9
130 Bonchap RW 10
131 Bonchap RW 11
132 Bonchap RW 12
133 Bonchap RW 13
134 Bonchap RW 14
135 Bonchap RW 15
136 Bonchap RW 16
137 Bonchap RW 17
138 Bonchap RW 18
139 Bonchap RW 19
140 Bonchap AA
141 Ending sebenarnya
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Rahasia di laptop suamiku
2
Sebuah Tekad
3
Jangan-jangan dia ...
4
Praduga
5
Sebuah kenyataan
6
Bertemu
7
Pertengkaran
8
Sebuah nasihat
9
Brakkk and Deal
10
di rumah sakit
11
Firasat seorang ibu
12
Don't judge a book by it's cover
13
Athariq Satya Nugraha
14
Bolehkah ...
15
Melihat
16
Foto
17
Kemarahan Samudera
18
Tamu dadakan
19
Sebuah keputusan
20
Surat peringatan
21
Bertubi-tubi
22
Keputusan tepat
23
Selalu bertabrakan
24
Pulang
25
Pertengkaran
26
Diculik ...
27
Harga mati
28
Ancaman Giandra
29
Sidang perdana
30
Bertemu
31
Kedatangan Danang
32
Desas-desus dan cemoohan
33
Bertubi-tubi II
34
Ikut nongkrong
35
Jum'at berkah I
36
Jum'at Berkah II
37
Azura vs Danang
38
Kutukan
39
Bertemu
40
Terbongkar
41
Paparazi dadakan
42
Sebuah kebenaran
43
43
44
Sebuah penawaran
45
Skak mat
46
Tolong bantuan laporin plagiat karya
47
Diculik?
48
Bugh
49
Byur ...
50
baper?
51
Makan siang pengganti
52
SIM
53
53
54
Athariq
55
Eneng
56
Eneng lagi
57
Coklat Swiss
58
Ku .... dengan Bismillah
59
Jodi
60
Kerja sama
61
Berkunjung
62
Takut
63
Provokasi
64
Selamat bersenang-senang!
65
Judulin sendiri! Hehehe ...
66
Solo karir
67
Flashback
68
Anugerah
69
3 sampai 5
70
Orisinil
71
Ariana adalah istriku
72
Dipecat
73
Penyesalan
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
Mutiara Kasih Bunda Ana
80
80
81
81
82
82
83
83 (S2 DD)
84
84
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
Bukankah itu ....
95
95
96
96
97
97
98
98
99
99
100
100
101
101
102
102
103
103
104
104
105
105
106
106
107
107
108
108
109
109
110
110
111
111
112
112
113
113
114
114
115
115
116
Berdamai dengan masa lalu
117
117
118
118
119
119
120
The End
121
Bonchap RW 1
122
Bonchap RW 2
123
Bonchap RW 3
124
Bonchap RW 4
125
Bonchap RW 5
126
Bonchap RW 6
127
Bonchap RW 7
128
Bonchap RW 8
129
Bonchap RW 9
130
Bonchap RW 10
131
Bonchap RW 11
132
Bonchap RW 12
133
Bonchap RW 13
134
Bonchap RW 14
135
Bonchap RW 15
136
Bonchap RW 16
137
Bonchap RW 17
138
Bonchap RW 18
139
Bonchap RW 19
140
Bonchap AA
141
Ending sebenarnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!