Melihat

Dan seperti permintaan Monalisa, akhirnya Bu Manisa, ibu dari Monalisa dibawa ke rumah sakit Husada. Sebelum orang-orang mempertanyakan bagaimana ia bisa membawa ibu Monalisa ke rumah sakit itu, Danang sudah lebih dulu beralibi kalau ia tidak sengaja melihat Monalisa berdiri di pinggir jalan mencari taksi yang lewat. Monalisa ingin memesan taksi secara online, tapi ternyata ponselnya dalam keadaan mati. Danang yang merasa mengenal Monalisa sebagai salah satu perawat di rumah sakit Husada lantas menawarinya tumpangan.

Danang bernafas dengan lega saat akhirnya ibu Monalisa sudah berhasil ditangani. Akibat jatuh terpeleset, Bu Manisa mengalami benturan ringan di kepalanya hingga berakhir pingsan. Beruntung tidak berdampak fatal sebab tak sedikit kasus seseorang terjatuh di kamar mandi sehingga mengakibatkan kematian.

Setelah selesai segala urusannya dengan Monalisa dan ibunya, Danang pun segera kembali ke ruang rawat inap Ariana.

Melihat Danang kembali, Giandra melirik sinis.

"Baru pulang, Kak?" sarkas Giandra.

"Iya. Tadi aku ada keperluan sebentar di luar."

"Sebegitu pentingkah urusan di luar itu sampai Kak Danang meninggalkan kak Ana seorang diri? Bahkan makan malamnya pun tidak dipedulikan. Untung saja ada seseorang yang padahal bukan siapa-siapa justru lebih peka terhadap kak Ana. Coba kalau tidak ada, pasti sampai malam kak Ana belum makan," sinis Giandra.

Danang seketika gugup. Ia tidak menyangka adik Ariana akan mencecarnya sedemikian tajam.

"Iya. Tadi ada salah seorang pasien kakak yang bermasalah jadi kakak harus ... "

"Basi. Berhenti beralasan. Apa kau pikir aku percaya? Ingat ini, awas saja kalau kak Danang sampai menyakiti Kak Ana. Kalau itu sampai terjadi, aku akan membuat kakak menyesal!" ancamnya dengan sorot mata tajam dan mengintimidasi.

Danang menelan ludahnya kasar. Kemudian ia tersenyum setelah bisa mengendalikan diri.

"Kau tenang saja, kakak tidak akan pernah menyakiti kakakmu."

Giandra tersenyum miring, "kita lihat saja nanti!"

Giandra yang malas berbicara dengan Danang pun merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang di ruangan itu. Di ruangan itu ada satu sofa berukuran sedikit panjang dan 3 buah sofa single. Lalu ada sebuah kursi yang diletakkan di dekat ranjang.

Melihat Giandra sudah memejamkan matanya membuat Danang bernafas lega. Namun itu hanya sementara, saat menyadari tidak ada tempat yang nyaman untuknya tidur membuat laki-laki itu menghembuskan nafas kasar.

Ariana sudah tertidur lelap. Giandra pun sudah memejamkan matanya.

"Aku tidur dimana kalau begini? Tidak mungkin kan aku mengusir Giandra?"

Danang mengacak rambutnya. Lalu ia menghempaskan bokongnya di salah satu sofa single. Meringkuk ke kanan dan ke kiri, mencari posisi yang nyaman, tapi Danang tak kunjung bisa tidur dengan nyaman. Tubuhnya justru terasa sakit karena tidak bisa merebahkan tubuh dengan posisi semestinya. Diam-diam Giandra yang sebenarnya belum benar-benar tertidur mengulum senyum.

'Rasakan! Salah sendiri datang terlambat. Urusan apa sampai istri sendiri yang sedang sakit pun diabaikan? Awas saja kalau ia berselingkuh di luar! Aku bersumpah akan memberikanmu pelajaran bila itu sampai benar terjadi,' batin Giandra bertekad.

...***...

Pagi ini Dokter Samudera memiliki jadwal kunjungan ke bangsal anak penyintas kanker yang dirawat di rumah sakit itu. Ia ditemani beberapa dokter anak dan dokter spesialis yang bersangkutan serta beberapa publik figur, volunteer, dan para donatur untuk melihat perkembangan pengobatan anak-anak yang dirawat di sana. Selain itu, kedatangan mereka juga untuk menghibur serta menarik perhatian para donatur agar mau menyumbangkan sebagian rejeki mereka untuk pengobatan anak-anak tersebut.

Saat sedang berjalan menuju bangsal anak penyintas kanker, Samudera melewati ruangan rawat inap kelas 1. Namun saat melewati ruangan tersebut, Samudera menangkap sosok seseorang yang begitu ia kenali di salah satu ruangan yang pintunya tidak tertutup rapat. Dahi Samudera sampai mengernyit saat melihat sosok itu berbincang akrab dengan salah seorang perawat. Bahkan perawat tersebut tanpa sungkan menyentuh telapak tangan seseorang yang tak lain menantunya tersebut.

"Ada apa, Dok?" tanya salah seorang dokter spesialis anak. Dokter spesialis anak itupun sedikit melirik ke arah pintu yang tidak tertutup rapat tersebut.

Samudera tersentak. Kemudian ia menggeleng. "Ah, tidak. Tidak apa-apa."

Dokter spesialis anak yang merupakan junior Samudera di fakultas kedokteran dulu pun mengangguk. Mereka pun kembali melanjutkan langkah mereka menuju bangsal yang dituju untuk melakukan tugasnya.

Menjelang siang, dokter spesialis anak yang sudah berteman cukup baik dengan Samudera pun masuk ke ruangan Samudera.

"Tiada hari tanpa makanan yang dimasakkan istri, hm?" goda dokter spesialis anak bernama Rahman.

Samudera tersenyum, "kau pun sama."

Keduanya terkekeh. Rahman memang membawa makan siangnya ke ruangan Samudera agar mereka bisa makan bersama.

"Btw, kau lihat kan perawat yang tadi berbincang dengan Danang. Apa kau mengenalnya?" tanya Samudera setelah selesai menyantap makan siangnya.

Rahman menyimpan sendoknya ke dalam kotak bekal setelah selesai makan. Lalu menutup kotaknya sambil menghela nafas. Rahman mengangguk, membenarkan.

"Namanya sus Lisa. Nama panjangnya Monalisa," jawab Rahman.

"Interaksi mereka terasa janggal."

Seketika ingatan Samudera terlempar ke masa lalu. Masa-masa bagaimana ia melakukan kesalahan sehingga hampir kehilangan Tatiana. Sebenarnya ia tadi kesal saat melihat Danang sedang berdua dengan perempuan lain yang entah ruangan siapa itu. Tapi ia tidak bisa langsung mengultimatum Danang sebab ia khawatir, ini hanya kesalahpahaman sama seperti saat ia dan Triani dulu yang kepergok berpelukan di ruangannya. Ia harap, ini pun tak jauh berbeda. Bagaimanapun, ia khawatir anak sulungnya disakiti. Bagaimanapun ia sebagai seorang ayah tak ingin anaknya menanggung kesalahannya di masa lalu. Sudah cukup masa lalunya itu membuat Tatiana menderita. Bahkan Ariana pun ikut merasakan dampaknya karena terpaksa terpisah dengan ibu sambungnya.

"Em, maaf, Dok, sebenarnya sudah beberapa kali aku mendengar selentingan kabar kalau sus Lisa kerap menyambangi ruangan dokter Danang. Namun aku belum bisa memastikan hubungan keduanya. Semoga saja hubungan mereka tak lebih dari sekedar rekan kerja."

Makin risaulah Samudera mendengarnya. Ia ketakutan. Benar-benar ketakutan. Dalam Islam memang tidak ada yang namanya karma, tapi tabur tuai ada. Simpelnya hukum sebab akibat. Ia takut, apa yang telah diperbuatnya di masa lalu dengan istrinya justru berbalik dirasakan sang putri.

"Aku akan menanyakannya sendiri apa hubungannya dengan suster itu."

"Yah, sepertinya itu lebih baik. Semoga saja rumah tangga anakmu dan menantu mu baik-baik saja," ucap dokter Rahman yang bisa melihat kekhawatiran di wajah Samudera.

...***...

Ddrrtt ...

"Halo. Assalamu'alaikum, Bu."

"Wa'alaikumussalam. Wah, suara kamu kok terdengar adem sekali ya semenjak memanggil ibu dengan benar, bukan mommy lagi. Sepertinya benar, saat kamu kecelakaan, kepala kamu sempat kepentok," ujar seorang yang tak lain adalah Azura tersebut.

Athariq menghela nafasnya, "Ariq nggak ada kepentok apa-apa, Bu. Masa' cuma gara-gara itu ibu mikir aku kepentok. Dokter aja bilang nggak ada masalah dengan kepalaku," jawab Athariq.

"Kamu itu sebenarnya kepentok, Ariq. Cuma ya, nggak sadar aja."

"Oh ya? Tapi aku kok nggak ngerasa, Bu."

"Ya mau terasa gimana, yang kepentok itu bukan benar-benar kepala kamu, tapi otak kamu. Kepentok istri orang, tepatnya." Azura cekikikan sendiri di seberang sana.

"Udahlah, Bu, bercanda melulu sih. Ariq sedang sibuk, nih. Kalau cuma mau gangguin Ariq, mending teleponnya Ariq tutup nih!" sewot Athariq.

"Eh, eh, jangan tutup dulu dong! Ibu aja belum bilang apa tujuan ini telepon," omel Azura.

"Oh, kirain Ariq ibu telepon cuma mau usil doang seperti biasa." Athariq terkekeh.

"Eh, sembarangan. Buat apa coba usilin kamu? Mending ibu telepon ayah daripada usilin kamu, ya."

"Iya, deh, iya. Yang soulmatenya ayah kenapa telepon Ariq jam segini? Ada hal penting kah?"

"Ck, sok sibuk banget sih! Memangnya ibu cuma boleh telepon saat ada yang penting?"

"Ya, nggak. Kan Ariq cuma nanya. Katanya tadi ada yang mau dibilangin."

Terdengar suara decakan dari seberang telepon. Ia yakin, ibunya saat ini sedang mencebikkan bibirnya kesal.

"Nanti pulang lebih awal ya," tukas Azura akhirnya.

"Memangnya ada apa, Bu?"

"Nggak usah pake banyak tanya. Pokoknya pulang lebih awal. Titik."

Tut Tut Tut ...

Mata Athariq seketika membeliak saat panggilan ditutup sebelah pihak oleh sang ini. Baru beberapa detik panggilan ditutup, ponsel Athariq kembali berdering. Sang ibu ternyata menghubunginya lagi.

"Ha---"

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Tut Tut Tut ...

Athariq melongo dengan ponsel yang masih menempel di telinganya. Ternyata ibunya menghubunginya lagi hanya untuk mengucapkan salam.

Athariq lantas terkekeh. Ia sudah tidak aneh lagi dengan sikap ibunya. Dibalik sikap absurd sang ibu, tapi Azura merupakan sosok ibu terbaik bagi ia dan adik-adiknya. Azura memang kerap bersikap menyebalkan, tapi ia tetap ibu yang baik, penuh perhatian dan kasih sayang. Ia bisa menjadi sosok yang tegas dan keras, tapi ia juga bisa menjadi sosok yang manja dan lemah di depan ayahnya. Dan Athariq serta adik-adiknya begitu menyayangi dan menghormati sosok ibunya tersebut.

"Ibu, ibu, ada-ada saja."

Tak mau terlalu memikirkan sebenarnya apa tujuan ibunya menyuruh pulang lebih awal, Athariq pun memilih melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

Mahnita Nita

Mahnita Nita

pasti lucu ya punya bunda kaya sosok azura

2024-04-23

11

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

ibu mau ngajak kamu besuk Ana.. Riq😁

2024-04-24

0

..............

..............

nah kan serapat-rapatnya mengubur bangkai suatu saat akan tecium /Casual/

2024-05-09

0

lihat semua
Episodes
1 Rahasia di laptop suamiku
2 Sebuah Tekad
3 Jangan-jangan dia ...
4 Praduga
5 Sebuah kenyataan
6 Bertemu
7 Pertengkaran
8 Sebuah nasihat
9 Brakkk and Deal
10 di rumah sakit
11 Firasat seorang ibu
12 Don't judge a book by it's cover
13 Athariq Satya Nugraha
14 Bolehkah ...
15 Melihat
16 Foto
17 Kemarahan Samudera
18 Tamu dadakan
19 Sebuah keputusan
20 Surat peringatan
21 Bertubi-tubi
22 Keputusan tepat
23 Selalu bertabrakan
24 Pulang
25 Pertengkaran
26 Diculik ...
27 Harga mati
28 Ancaman Giandra
29 Sidang perdana
30 Bertemu
31 Kedatangan Danang
32 Desas-desus dan cemoohan
33 Bertubi-tubi II
34 Ikut nongkrong
35 Jum'at berkah I
36 Jum'at Berkah II
37 Azura vs Danang
38 Kutukan
39 Bertemu
40 Terbongkar
41 Paparazi dadakan
42 Sebuah kebenaran
43 43
44 Sebuah penawaran
45 Skak mat
46 Tolong bantuan laporin plagiat karya
47 Diculik?
48 Bugh
49 Byur ...
50 baper?
51 Makan siang pengganti
52 SIM
53 53
54 Athariq
55 Eneng
56 Eneng lagi
57 Coklat Swiss
58 Ku .... dengan Bismillah
59 Jodi
60 Kerja sama
61 Berkunjung
62 Takut
63 Provokasi
64 Selamat bersenang-senang!
65 Judulin sendiri! Hehehe ...
66 Solo karir
67 Flashback
68 Anugerah
69 3 sampai 5
70 Orisinil
71 Ariana adalah istriku
72 Dipecat
73 Penyesalan
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 Mutiara Kasih Bunda Ana
80 80
81 81
82 82
83 83 (S2 DD)
84 84
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90
91 91
92 92
93 93
94 Bukankah itu ....
95 95
96 96
97 97
98 98
99 99
100 100
101 101
102 102
103 103
104 104
105 105
106 106
107 107
108 108
109 109
110 110
111 111
112 112
113 113
114 114
115 115
116 Berdamai dengan masa lalu
117 117
118 118
119 119
120 The End
121 Bonchap RW 1
122 Bonchap RW 2
123 Bonchap RW 3
124 Bonchap RW 4
125 Bonchap RW 5
126 Bonchap RW 6
127 Bonchap RW 7
128 Bonchap RW 8
129 Bonchap RW 9
130 Bonchap RW 10
131 Bonchap RW 11
132 Bonchap RW 12
133 Bonchap RW 13
134 Bonchap RW 14
135 Bonchap RW 15
136 Bonchap RW 16
137 Bonchap RW 17
138 Bonchap RW 18
139 Bonchap RW 19
140 Bonchap AA
141 Ending sebenarnya
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Rahasia di laptop suamiku
2
Sebuah Tekad
3
Jangan-jangan dia ...
4
Praduga
5
Sebuah kenyataan
6
Bertemu
7
Pertengkaran
8
Sebuah nasihat
9
Brakkk and Deal
10
di rumah sakit
11
Firasat seorang ibu
12
Don't judge a book by it's cover
13
Athariq Satya Nugraha
14
Bolehkah ...
15
Melihat
16
Foto
17
Kemarahan Samudera
18
Tamu dadakan
19
Sebuah keputusan
20
Surat peringatan
21
Bertubi-tubi
22
Keputusan tepat
23
Selalu bertabrakan
24
Pulang
25
Pertengkaran
26
Diculik ...
27
Harga mati
28
Ancaman Giandra
29
Sidang perdana
30
Bertemu
31
Kedatangan Danang
32
Desas-desus dan cemoohan
33
Bertubi-tubi II
34
Ikut nongkrong
35
Jum'at berkah I
36
Jum'at Berkah II
37
Azura vs Danang
38
Kutukan
39
Bertemu
40
Terbongkar
41
Paparazi dadakan
42
Sebuah kebenaran
43
43
44
Sebuah penawaran
45
Skak mat
46
Tolong bantuan laporin plagiat karya
47
Diculik?
48
Bugh
49
Byur ...
50
baper?
51
Makan siang pengganti
52
SIM
53
53
54
Athariq
55
Eneng
56
Eneng lagi
57
Coklat Swiss
58
Ku .... dengan Bismillah
59
Jodi
60
Kerja sama
61
Berkunjung
62
Takut
63
Provokasi
64
Selamat bersenang-senang!
65
Judulin sendiri! Hehehe ...
66
Solo karir
67
Flashback
68
Anugerah
69
3 sampai 5
70
Orisinil
71
Ariana adalah istriku
72
Dipecat
73
Penyesalan
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
Mutiara Kasih Bunda Ana
80
80
81
81
82
82
83
83 (S2 DD)
84
84
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
Bukankah itu ....
95
95
96
96
97
97
98
98
99
99
100
100
101
101
102
102
103
103
104
104
105
105
106
106
107
107
108
108
109
109
110
110
111
111
112
112
113
113
114
114
115
115
116
Berdamai dengan masa lalu
117
117
118
118
119
119
120
The End
121
Bonchap RW 1
122
Bonchap RW 2
123
Bonchap RW 3
124
Bonchap RW 4
125
Bonchap RW 5
126
Bonchap RW 6
127
Bonchap RW 7
128
Bonchap RW 8
129
Bonchap RW 9
130
Bonchap RW 10
131
Bonchap RW 11
132
Bonchap RW 12
133
Bonchap RW 13
134
Bonchap RW 14
135
Bonchap RW 15
136
Bonchap RW 16
137
Bonchap RW 17
138
Bonchap RW 18
139
Bonchap RW 19
140
Bonchap AA
141
Ending sebenarnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!