Kemarahan Samudera

Beberapa saat yang lalu.

"Dokter Sam, ada yang ingin aku bicarakan denganmu!" ujar dokter Rahman siang itu.

"Apa?" tanya Samudera heran.

"Emmm ... Ini sangat sensitif. Ada baiknya kalau kita bicara di ruang cctv sebab aku tidak mau dikira ingin merusak rumah tangga anakmu."

"Apa maksudmu dengan berkata seperti itu? Coba jelaskan terlebih dahulu agar aku tidak bingung," ujar Samudera.

Dokter Rahman menghela nafasnya lalu mulai menceritakan apa yang tadi dilihatnya.

"Benarkah? Jangan-jangan kau hanya salah lihat?" tanya Samudera yang sebenarnya sedang dilanda dilema. Ia yakin, tidak mungkin dokter Rahman berbohong padanya. Apalagi ia memang pernah memergoki menantunya itu sedang berpegangan tangan dengan suster Lisa.

"Oleh karena itu, untuk memastikan kebenarannya, kita langsung ke ruang cctv."

"Baiklah. Kau benar. Ayo kita ke ruang cctv sekarang!" ajak Samudera yang jantungnya sudah berdegup dengan kencang. Rasa khawatir melanda. Bagaimana pun Ariana putri kandungnya. Rasa tak rela bila ada yang menyakiti putrinya tersebut.

Setibanya di ruang cctv, dokter Rahman pun meminta petugas memeriksa rekaman di waktu dan tempat dimana ia melihat Monalisa menyentuh jari-jemari Danang dan Danang pun membalas dengan senyuman merekah. Dan seperti yang dokter Rahman katakan bahwa apa yang dikatakannya tadi memang benar.

Dokter Samudera juga meminta petugas memeriksa rekaman lain seperti rekaman saat jam makan siang di ruangan Danang.. Tangannya terkepal saat melihat Monalisa yang begitu sering mendatangi menantunya alih-alih mengantarkan makan siang. Bahkan ada beberapa rekaman yang menunjukkan bagaimana Monalisa memeluk Danang yang dibalas Danang dengan pelukan serupa.

Samudera sampai terduduk lemas dengan hati yang bergemuruh hebat. Hatinya sakit. Hatinya remuk redam.

'Ya Allah, apakah ini hukumanmu padaku karena dulu pernah menyia-nyiakan istriku? Kalau memang iya, akan mohon ya Allah, cabutlah hukuman ini! Hukum saja aku, jangan anakku. Dia tidak bersalah ya Allah. Ini dosaku, jangan buat putriku ikut menanggung dosa-dosaku, Ya Allah. Jangan!'

Samudera tergugu dalam diam. Jiwa raganya benar-benar terguncang.

"Dokter Sam, Anda baik-baik saja?" tanya dokter Rahman khawatir.

Samudera menoleh, kemudian mengangguk.

"Tolong cetak foto-foto Danang dengan perempuan itu dan segera antarkan ke ruangan saya!" titah Samudera pada petugas yang ada di ruang pemantau cctv.

"Baik, Pak."

...***...

Dengan jantung yang bergemuruh hebat, Danang pun segera memunguti foto-foto tersebut. Tangannya seketika bergetar seperti tremor.

"Ini ... "

"Ini apa? Jadi seperti ini perbuatanmu di belakang anakku, hah?" teriak Samudera dengan nafas menggebu-gebu.

"Ayah, ini tidak seperti yang ayah pikirkan!" ujarnya sambil menelan ludah.

"Tidak seperti yang aku pikirkan? Jadi itu apa? Berpelukan di ruang kerja? Makan siang bersama? Lalu apa lagi? Merawat ibunya padahal istri sendiri pun sedang sakit? Aku tidak menyangka, laki-laki yang ku kira baik, ternyata seorang bajingaan!" bentak Samudera.

"Aku bukan bajingaan, Yah. Ini hanya salah paham." Danang terus saja berkilah. Ia tidak mau nama baiknya hancur di depan ayah mertuanya sendiri.

"Salah paham? Salah paham seperti apa? Seandainya kau tidak membalas pelukan itu, aku mungkin akan mengira kalau kau sedang dijebak perempuan itu, tapi ini apa? Kau membalas pelukannya. Bahkan ... "

Samudera mengambil satu lembar foto lain dari atas mejanya dan melemparkannya ke arah Danang. Danang langsung mengambilnya.

Pupilnya membulat sempurna saat melihat foto tersebut. Itu adalah foto saat Monalisa menciumnya dan ia pun membalas ciuman tersebut.

"Kau pikir kau bisa menyimpan bangkai selamanya, hah? Ingat, sedalam-dalamnya kau mengubur bangkai, baunya pasti akan tercium juga. Begitu pula dengan kebusukan mu."

"Maafkan aku, Ayah. Aku ... aku ... "

"Aku apa? Benar kau berselingkuh?"

Danang menggeleng, "aku tidak berselingkuh, Ayah." Kekeh Danang yang tidak ingin hubungannya dengan Monalisa dianggap sebuah perselingkuhan.

"Kalau bukan selingkuh, lantas apa? Kau memiliki seorang istri dan kau memiliki hubungan dengan perempuan lain? Apa kau gila?" Raung Samudera sambil menggebrak meja.

"Tapi memang aku tidak selingkuh, Ayah. Baik, aku jujur. Jujur sebenarnya Lisa adalah kekasihmu. Kami sudah menjalin hubungan kurang lebih 3 tahun," jelas Danang membuat Samudera tercengang.

"Apa? 3 tahun?"

"Iya, Ayah. Dan sebenarnya aku ingin menikahi Lisa. Tapi ... orang tua saya melarang. Mereka tidak merestui kami dan justru memintaku menikahi Ana. Jadi kami bukan selingkuh karena kami sudah jauh lebih dulu menjalin hubungan sebelum pernikahan ini terjadi," ucapnya tanpa rasa bersalah membuat gemuruh di dada kian menjadi-jadi.

Bugh ...

Tiba-tiba Samudera berjalan secepat kilat dan memukul rahang Danang hingga wajahnya terlempar ke samping.

"Dasar bajingaan! Kalau kau memang memiliki hubungan dengan perempuan itu, kenapa kau justru menikahi anakku, hah? Kau pikir anakku itu apa?"

Tangan Samudera terkepal erat. Matanya memerah, rahangnya mengeras. Ia tidak pernah menyangka kalau ia memiliki seorang menantu bajingaan seperti Danang.

Danang terdiam. Ia tidak ingin banyak bicara yang mana hanya akan makin memancing kemarahan sang ayah mertua.

"Ceraikan Ana!" tukas Samudera dingin.

Mendengar kalimat bernada perintah seperti itu membuat Danang mendongak sambil menggeleng.

"Tidak ayah, aku tidak akan menceraikan Ana."

"Apa kau punya hak untuk menolak?"

"Ana istriku. Sekarang Ana adalah hakku. Ayah sudah kehilangan hak ayah sebagai seorang ayah setelah Ana resmi menjadi istriku. Ayah sudah kehilangan hak ayah untuk meminta Ana kembali. Dan ayah pun tidak memiliki hak untuk memintaku menceraikan Ana," ucap Danang yang membuat Samudera semakin emosi.

"Kau ... " Samudera tercengang dengan jawaban Danang. Ia mengacungkan jari telunjuknya ke depan wajah Danang. "Lantas kau akan terus menduakan putriku, begitu?" Rahang Samudera kian mengerat.

"Ayah, aku sudah berjanji pada Lisa untuk menikahinya. Aku bukan laki-laki pecundang yang mengkhianati janjinya sendiri. Ayah, aku tidak perlu khawatir, aku akan berlaku adil. Aku akan ... "

"Berhenti membual, sialan! Kau pikir aku akan terima kalau kau menduakan putriku? Jangan harap!"

"Ayah, bukankah dalam Islam diperbolehkan menikah dengan lebih dari satu perempuan?"

"Berhenti menggunakan dalil agama sementara imanmu saja masih lemah! Kau pikir kau nabi yang bisa berlaku adil, hah? Baiklah, aku beri kau pilihan, tinggalkan perempuan itu atau ... ceraikan Ana!"

"Ayah ... "

"Keluar!"

"Yah, aku ... Aku tidak mungkin melepaskan Lisa karena ... "

"Keluar kataku, brengsekkk!" teriak Samudera membuat Danang menghela nafas panjang.

Danang pun segera keluar. Percuma juga pikirnya bila pembicaraan mereka dilanjutkan sebab Samudera sedang diliputi emosi saat ini.

Sekeluarnya Danang, Samudera menggebrak meja. Hari sudah semakin sore. Ingin rasanya ia pulang, tapi perasaannya sedang benar-benar berantakan. Ia tidak ingin membuat Tatiana merasa khawatir. Jadi ia mengirim pesan pada Tatiana yang mengatakan kalau malam ini ia tidak bisa pulang karena ada pekerjaan genting.

Samudera menghempaskan tubuhnya di kursi kebesarannya. Sebagai seorang ayah jelas saja ia tidak rela anaknya disakiti seperti ini. Namun ia harus memikirkan solusinya matang-matang. Ia tidak bisa mengambil keputusan secara gegabah. Samudera hanya berharap, apapun yang terjadi kelak, itu merupakan solusi terbaik untuk kebahagiaan putrinya.

...***...

Pulang ke rumah, perasaan Danang masih tidak menentu. Ia lantas mencari istrinya di kamar, tapi ia tidak menemukan keberadaannya.

"Kenapa kamar ini tampak berbeda?" bingung Danang. Selain kosong, kamar itu terlihat sedikit berbeda. Namun Danang belum menyadari perbedaan itu.

"Bik, bibik," panggil Danang pada art di rumahnya.

"Iya, tuan, ada apa?"

"Ibu dimana? Kenapa dia tidak ada di kamarnya?" tanya Danang heran. Padahal istrinya itu baru pulang menjelang siang tadi, tapi kenapa ia justru tak ada di kamar.

"Bu Ana ada di kamarnya, Tuan."

"Di kamar? Kalau ada di kamar, tidak mungkin saya bertanya pada bibi." Kesal Danang.

"Maksud bibi bukan kamar yang biasa, Tuan, tapi kamar di sebelahnya."

"Kamar di sebelahnya?" Dahi Danang mengernyit.

Bibi mengangguk.

"Iya, tadi Bu Ana sudah memindahkan barang-barangnya ke kamar sebelah," ujar bibi membuat mata Danang terbelalak.

Dengan dada bergemuruh, ia pun segera menuju kamar yang ada di sebelah kamarnya. Kamar tersebut diperuntukkan untuk tamu.

Brakkk ...

Danang membuka kasar pintu membuat Ariana yang ada di dalamnya terperanjat.

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

ehm kalau sdh mencintai perempuan lain dan kamu berjanji akan menikahinya kenapa juga hrs menikahi perempuan lain dgn dalil di islam boleh berpoligami ? poligami juga ada alasan yg kuat bukan sekedar nafsu saja Danang dasar loser

2024-05-20

2

Maria Magdalena Indarti

Maria Magdalena Indarti

kl cinta sm Lusa jangan nikah sm Ariana. egois mau dua2 nya??? enak di lie donk

2024-05-21

0

Alkahfi Khaedar

Alkahfi Khaedar

hah sumpah yah nii orang .. pengen ku sambelin tuh mukanya si danang

2024-05-12

3

lihat semua
Episodes
1 Rahasia di laptop suamiku
2 Sebuah Tekad
3 Jangan-jangan dia ...
4 Praduga
5 Sebuah kenyataan
6 Bertemu
7 Pertengkaran
8 Sebuah nasihat
9 Brakkk and Deal
10 di rumah sakit
11 Firasat seorang ibu
12 Don't judge a book by it's cover
13 Athariq Satya Nugraha
14 Bolehkah ...
15 Melihat
16 Foto
17 Kemarahan Samudera
18 Tamu dadakan
19 Sebuah keputusan
20 Surat peringatan
21 Bertubi-tubi
22 Keputusan tepat
23 Selalu bertabrakan
24 Pulang
25 Pertengkaran
26 Diculik ...
27 Harga mati
28 Ancaman Giandra
29 Sidang perdana
30 Bertemu
31 Kedatangan Danang
32 Desas-desus dan cemoohan
33 Bertubi-tubi II
34 Ikut nongkrong
35 Jum'at berkah I
36 Jum'at Berkah II
37 Azura vs Danang
38 Kutukan
39 Bertemu
40 Terbongkar
41 Paparazi dadakan
42 Sebuah kebenaran
43 43
44 Sebuah penawaran
45 Skak mat
46 Tolong bantuan laporin plagiat karya
47 Diculik?
48 Bugh
49 Byur ...
50 baper?
51 Makan siang pengganti
52 SIM
53 53
54 Athariq
55 Eneng
56 Eneng lagi
57 Coklat Swiss
58 Ku .... dengan Bismillah
59 Jodi
60 Kerja sama
61 Berkunjung
62 Takut
63 Provokasi
64 Selamat bersenang-senang!
65 Judulin sendiri! Hehehe ...
66 Solo karir
67 Flashback
68 Anugerah
69 3 sampai 5
70 Orisinil
71 Ariana adalah istriku
72 Dipecat
73 Penyesalan
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 Mutiara Kasih Bunda Ana
80 80
81 81
82 82
83 83 (S2 DD)
84 84
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90
91 91
92 92
93 93
94 Bukankah itu ....
95 95
96 96
97 97
98 98
99 99
100 100
101 101
102 102
103 103
104 104
105 105
106 106
107 107
108 108
109 109
110 110
111 111
112 112
113 113
114 114
115 115
116 Berdamai dengan masa lalu
117 117
118 118
119 119
120 The End
121 Bonchap RW 1
122 Bonchap RW 2
123 Bonchap RW 3
124 Bonchap RW 4
125 Bonchap RW 5
126 Bonchap RW 6
127 Bonchap RW 7
128 Bonchap RW 8
129 Bonchap RW 9
130 Bonchap RW 10
131 Bonchap RW 11
132 Bonchap RW 12
133 Bonchap RW 13
134 Bonchap RW 14
135 Bonchap RW 15
136 Bonchap RW 16
137 Bonchap RW 17
138 Bonchap RW 18
139 Bonchap RW 19
140 Bonchap AA
141 Ending sebenarnya
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Rahasia di laptop suamiku
2
Sebuah Tekad
3
Jangan-jangan dia ...
4
Praduga
5
Sebuah kenyataan
6
Bertemu
7
Pertengkaran
8
Sebuah nasihat
9
Brakkk and Deal
10
di rumah sakit
11
Firasat seorang ibu
12
Don't judge a book by it's cover
13
Athariq Satya Nugraha
14
Bolehkah ...
15
Melihat
16
Foto
17
Kemarahan Samudera
18
Tamu dadakan
19
Sebuah keputusan
20
Surat peringatan
21
Bertubi-tubi
22
Keputusan tepat
23
Selalu bertabrakan
24
Pulang
25
Pertengkaran
26
Diculik ...
27
Harga mati
28
Ancaman Giandra
29
Sidang perdana
30
Bertemu
31
Kedatangan Danang
32
Desas-desus dan cemoohan
33
Bertubi-tubi II
34
Ikut nongkrong
35
Jum'at berkah I
36
Jum'at Berkah II
37
Azura vs Danang
38
Kutukan
39
Bertemu
40
Terbongkar
41
Paparazi dadakan
42
Sebuah kebenaran
43
43
44
Sebuah penawaran
45
Skak mat
46
Tolong bantuan laporin plagiat karya
47
Diculik?
48
Bugh
49
Byur ...
50
baper?
51
Makan siang pengganti
52
SIM
53
53
54
Athariq
55
Eneng
56
Eneng lagi
57
Coklat Swiss
58
Ku .... dengan Bismillah
59
Jodi
60
Kerja sama
61
Berkunjung
62
Takut
63
Provokasi
64
Selamat bersenang-senang!
65
Judulin sendiri! Hehehe ...
66
Solo karir
67
Flashback
68
Anugerah
69
3 sampai 5
70
Orisinil
71
Ariana adalah istriku
72
Dipecat
73
Penyesalan
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
Mutiara Kasih Bunda Ana
80
80
81
81
82
82
83
83 (S2 DD)
84
84
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
Bukankah itu ....
95
95
96
96
97
97
98
98
99
99
100
100
101
101
102
102
103
103
104
104
105
105
106
106
107
107
108
108
109
109
110
110
111
111
112
112
113
113
114
114
115
115
116
Berdamai dengan masa lalu
117
117
118
118
119
119
120
The End
121
Bonchap RW 1
122
Bonchap RW 2
123
Bonchap RW 3
124
Bonchap RW 4
125
Bonchap RW 5
126
Bonchap RW 6
127
Bonchap RW 7
128
Bonchap RW 8
129
Bonchap RW 9
130
Bonchap RW 10
131
Bonchap RW 11
132
Bonchap RW 12
133
Bonchap RW 13
134
Bonchap RW 14
135
Bonchap RW 15
136
Bonchap RW 16
137
Bonchap RW 17
138
Bonchap RW 18
139
Bonchap RW 19
140
Bonchap AA
141
Ending sebenarnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!