Bertemu

Sepanjang perjalanan Ariana pulang ke rumahnya, ia hanya bungkam, tak bergeming.. Danang yang menyetir sampai heran melihat keanehan Ariana. Tidak biasanya perempuan itu hanya diam saja. Apalagi Danang sangat tahu kalau perempuan yang sudah menjadi istrinya sejak beberapa bulan yang lalu itu sedikit ceriwis. Ada-ada saja bahannya untuk mengajaknya berbicara.

Apalagi intensitas pertemuan mereka sangatlah minim. Kesibukan mereka sebagai tenaga medis memang cukup menyita waktu. Bahkan tak jarang jadwal mereka bentrok sehingga mereka jarang berkomunikasi. Untuk mengakalinya, Ariana jadi sering memanfaatkan waktu senggangnya untuk menghubungi Danang ataupun mengajaknya berbincang. Bukankah salah satu penyebab mudah retaknya sebuah rumah tangga adalah komunikasi yang minim?

Namun hal itu sudah tidak ada di dalam pikiran Ariana lagi. Sebelumnya ia pikir, dengan sering melakukan komunikasi dapat membuat hubungan mereka semakin manis dan bahagia. Walaupun jarang bersua, setidaknya komunikasi diantara mereka lancar.

 Tapi ternyata ada hal yang lebih menyakitkan. Keberadaan orang ketiga yang sungguh tak Ariana sangka-sangka membuat hati suaminya sulit menerima dirinya dengan sepenuh hati. Hati suaminya masih jadi milik perempuan lain. Ariana jadi merasa bersalah, sebab kehadirannya lah suaminya jadi tidak bisa bersatu dengan kekasih yang ia cintai. Ariana pikir suaminya selingkuh, tapi nyatanya dirinya lah orang ketiga diantara mereka.

"Kamu kenapa? Tumben diem aja? Kamu sakit?" tanya Danang yang penasaran dengan perubahan sikap Ariana. Bahkan sejak bangun tidur pagi tadi, ia tidak banyak mendengar suara Ariana. Ariana seakan kuasa bicara. Ia hanya akan bersuara saat ada yang bertanya padanya lalu selebihnya diam.

"Aku nggak papa kok, Mas." Ariana memaksakan tersenyum. Entah mengapa, Danang merasa tak nyaman dengan interaksi ini. Ditambah senyum Ariana yang begitu kentara dipaksakan.

"Kamu mau mampir ke supermarket dulu atau ke tempat lain? Nanti aku antar."

Ariana terperangah. Tak pernah sekalipun Danang menawarkan untuk mengantarkan ke supermarket. Jangankan menawarkan, Ariana meminta tolong antarkan saja, ia enggan dan selalu menolak.

Ariana sampai menatap intens wajah laki-laki itu.

"Kenapa kau memandangku seperti itu? Apa ada sesuatu di wajahku?" Danang lantas bercermin melalui spion sambil mengusap pipinya. "Nggak ada."

"Kamu kesambet, Mas?"

"Hah? Kamu percaya sama yang begituan?"

"Ya, enggak. Cuma aneh aja kamu tiba-tiba nawarin nganter ke supermarket. Biasanya ... malas ah, sibuk lah, capek lah," cibir Ariana membuat Danang berdeham merasa tersindir sekaligus malu.

"Ya, kan mumpung di luar. Siapa tau kamu mau masak siang ini. Kan kita dinasnya menjelang sore."

"Emang kamu mau makan masakan aku?" Ariana melipat kedua tangannya di depan dada.

"Emh, ya ... mau. Jadi bagaimana? Mau mampir ke supermarket?"

Ariana mengalihkan pandangannya ke luar jendela, kemudian mengangguk.

"Hmm ... Kebetulan ada yang mau ku beli."

"Oke."

Danang lantas segera melajukan mobilnya menuju ke salah satu supermarket yang ada di kota tersebut. Setibanya di sana, Ariana langsung masuk dan mengambil troli. Saat hendak mendorong, Danang segera mengambil alih troli dan mendorongnya.

Ariana membiarkan saja apa yang hendak Danang lakukan. Ia memang kecewa ternyata suaminya masih memiliki perasaan dengan perempuan lain. Namun Ariana belum bisa mengambil keputusan saat ini. Ia ingin melihat terlebih dahulu, apakah suaminya itu memiliki keinginan untuk mempertahankan rumah tangga mereka atau tidak.

Dalam sebuah pernikahan, tidak setiap masalah harus diambil sikap dengan cara perceraian. Setidaknya, ia akan memperjuangkan dahulu apa yang sudah digariskan sang pencipta. Pernikahan itu bersifat sakral. Pernikahan bukan hanya melibatkan dua orang, tapi dua buah keluarga. Ia tidak mau mengambil keputusan secara gegabah. Sebab setiap keputusan pasti akan memiliki risikonya.

Perceraian memang diperbolehkan, tapi perceraian merupakan sebuah perbuatan yang dibenci Allah. Sebisa mungkin ia akan terus bertahan. Tapi bila memang tak ada celah lagi baginya untuk bertahan, maka melepaskan sepertinya lebih baik.

Ariana tampak sedang memilih beberapa macam sayuran, lalu berganti ke tempat daging dan ikan. Ariana memilih bahan-bahan yang berkualitas baik dan segar. Danang sampai terkesima dengan kecekatan Ariana dalam memilih bahan-bahan makanan.

"Sepertinya kau sudah biasa memilih bahan makanan?"

"Hmmm ... Aku sering menemani bunda belanja jadi aku sudah terbiasa berbelanja seperti ini."

"Termasuk memasak?"

"Ya."

"Sekarang kita kemana?"

"Aku mau memilih buah."

"Ya udah, ayo."

"Kemana?"

"Ke tempat buah. Katamu tadi mau beli buah."

Ariana terkekeh, "buah-buahan ada di sebelah sana. Kalo ke situ tempat dunia perbumbuan."

"Oh ya?"

"Ya, aku udah hafal supermarket ini. Kan supermarket ini merupakan supermarket yang terdekat ke rumah ayah. Ya meskipun kami pun sering ke pasar tradisional juga."

"Hah, jadi kamu sering ke pasar tradisional juga?"

"Iya, memang kenapa heran gitu?"

"Ya nggak nyangka aja. Anak seorang internis ternama. Dan kini sudah menjadi direktur utama rumah sakit, tapi masih mau belanja ke pasar tradisional yang ... kamu tahu sendiri suasananya kayak gimana."

"Emangnya ada yang salah dengan pasar tradisional?"

"Nggak ada sih. Tapi kan biasanya pasar itu becek kalo di musim penghujan, panas juga, nggak ada AC. Belum lagi mesti berdesak-desakan ke sananya."

"Ah, biasa aja tuh kalo aku. Justru di pasar tradisional itu jauh lebih murah. Banyak bahan-bahan yang lebih segar karena memang langsung dipasok dari agennya. Nah itu tempatnya. Mas mau buah apa?"

"Apa aja terserah."

"Ya udah. Yuk!"

"Kamu mas tinggal dulu ya. Mas mau ke toilet sebentar."

"Oke."

Ariana pun segera memilih buah-buahan yang ingin ia beli. Sudah hampir 20 menit berlalu, tapi Danang tak kunjung kembali. Ariana merasa heran pun segera menyusul suaminya. Namun belum sampai ke tempat dimana toilet berada, Ariana melihat suaminya sedang berbincang dengan seorang perempuan muda dan seseorang lagi perempuan paruh baya. Sepertinya mereka adalah ibu dan anak.

"Tante nggak mau tau, Danang, bukankah kau sudah berjanji akan menikahi Lisa? Masa' kamu jadi laki-laki kok cemen amat sih."

"Mama benar, Mas, sampai kapan aku harus menunggu. Aku sudah bilang, kalau orang tuamu tidak setuju, aku bersedia jadi yang kedua. Kurang bersabar apalagi aku selama ini menunggumu, Mas?"

"Maaf Tante, bukan maksud Danang untuk ingkar janji. Tapi untuk saat ini, Danang belum bisa. Banyak yang harus Danang pertimbangkan."

"Memangnya sampai kapan lagi? Nunggu orang tua kamu kasi restu, begitu? Sampai lebaran monyet pun Tante yakin mereka nggak akan kasi restu. Apa kamu mau Lisa Tante jodohkan dengan orang lain?"

"Mas," Monalisa menggenggam tangan Danang. "Aku nggak mau dijodohkan dengan laki-laki lain. Aku harap mas segera ambil keputusan. Jangan sampai Mas menyesal karena sikap plin-plan Mas ini."

Usai mengucapkan itu, Monalisa dan ibunya pun segera berlalu dari hadapan Danang. Meninggalkan laki-laki itu yang masih terpaku di tempatnya.

Ariana yang tak ingin keberadaan diketahui Danang pun dengan segera membalikkan badannya dan mendorong trolinya dengan cepat menuju tempat buah tadi. Disekanya air mata yang sempat tumpah di pipi. Karena berjalan terlalu tergesa, Ariana sampai tidak sengaja menabrak seseorang.

"Arghhh, sial!" umpat laki-laki itu sambil menatap barangnya yang berceceran di lantai sebab ia lupa mengambil troli. "Kalau jalan itu pake mata, bukannya ... kamu lagi?"

Ariana meringis saat lagi-lagi dipertemukan dengan laki-laki berperawakan seperti preman di hadapannya itu. Sebenarnya Ariana tidak yakin kalau laki-laki itu seorang preman. Penampilannya memang compang-camping. Ia memakai jaket jeans yang sobek sana sini. Celananya pun tak jauh berbeda. Di dalam jaket, ia mengenakan kaos putih polos yang tampak bersih. Wajah laki-laki itu juga sangat tampan. Bahkan jauh lebih tampan dari wajah suaminya.

'Astagfirullah. Apa-apaan sih kamu, Na. Masa' memuji laki-laki lain dan membandingkannya dengan suami sendiri. Dosa tau, Na.'

"Malah bengong! Kamu habis nangis? Astaga, dua kali ketemu, dua kali ditabrak, dua kali liat lagi nangis. Nanti ketemu ketiga kalinya aku dapat apa? Piring cantik? payung cantik? Atau minyak setengah kilo?"

Ariana merasa meringis. "Maaf. Aku benar-benar nggak sengaja. Ada barang belanjaan Abang yang rusak?"

"Belanjaan aku nggak ada yang rusak, tapi mata kamu kayaknya yang rusak. Masa' kerajaan nabrak sih?"

"Kanan nggak sengaja, Bang. Serius, mata aku sehat kok. Lihat aja kalo nggak percaya?" Ariana mengerjapkan matanya lalu melotot membuat laki-laki itu hendak tergelak karena ekspresi Ariana yang lucu dan menggemaskan.

Bahkan tangan laki-laki itu sudah gemas ingin mencubit pipi Ariana yang sedikit bulat. Namun belum sempat melakukan aksinya, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang sudah merangkul pundak Ariana.

"Sudah milih buahnya, Sayang?" ujar seorang laki-laki yang tidak lain adalah Danang.

"Eh, emmm ... U-udah, Mas."

"Ya udah yuk kita bayar sekarang."

"Hmmm ... "

"Danang langsung mengambil alih troli dan mendorongnya dengan sebelah tangan, sementara tangan lainnya merangkul pundak Ariana. Ariana tidak dapat menolak. Ia hanya bisa memberikan isyarat permintaan maaf dengan gerakan mulut. Laki-laki itu diam tak bergeming. Ia menghembuskan nafasnya kasar, kemudian terkekeh.

"Kirain single, ternyata eh ternyata ... "

"Ariq, kok malah bengong di situ? Udah belum ambil buahnya?" panggil seorang wanita paruh baya yang masih cantik di usianya.

"Udah kok, Mom. Ini ... " Athariq menunjukkan buah yang ada dalam pelukannya.

"Ibu, Ariq, ibu. Ck, mau berapa kali sih dibilangin, panggil ibu, bukan mommy."

"Sama aja kan, Mom."

"Ah, suka-suka kamu lah. Btw, itu kenapa buahnya dipeluk gitu? Makanya cari pacar, jadi bisa peluk pacar, bukan peluk buah kayak gitu. Kasihan," ejek Azura membuat Athariq memutar bola matanya.

"Mulai deh, mulai deh." Azura terkekeh. Putra sulungnya itu memang begitu, sikapnya bar-bar sama seperti dirinya dulu. Dan sampai umur hampir 35 tahun, belum juga memiliki pasangan. Padahal adik-adiknya saja sudah menikah dan ada yang sudah memiliki anak. Entah siapa yang laki-laki itu tunggu sebab sepertinya ia tidak pernah tertarik dengan perempuan manapun selama ini.

...***...

Yang mungkin lupa siapa itu Azura ataupun mungkin belum baca ceritanya, kisah Azura ada di novel othor yang berjudul Dokter Galak dan Gadis Menyebalkan.

Anteng-anteng nungguin cerita ini update, bisa mampir ke sana ya, Kak, supaya bisa tahu bagaimana keluarga Athariq sebenarnya.

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

Yani

Yani

Apa jangan" orang tuanya Lisa punya hubunga jelek dengan keluarga Danang

2024-04-30

0

dk

dk

semangat author

nyesek emak kasian ariana

2024-05-07

0

Fitrian Delli

Fitrian Delli

apakah banyak ilan idak seu jdlah 3 detik-detik

2024-04-30

0

lihat semua
Episodes
1 Rahasia di laptop suamiku
2 Sebuah Tekad
3 Jangan-jangan dia ...
4 Praduga
5 Sebuah kenyataan
6 Bertemu
7 Pertengkaran
8 Sebuah nasihat
9 Brakkk and Deal
10 di rumah sakit
11 Firasat seorang ibu
12 Don't judge a book by it's cover
13 Athariq Satya Nugraha
14 Bolehkah ...
15 Melihat
16 Foto
17 Kemarahan Samudera
18 Tamu dadakan
19 Sebuah keputusan
20 Surat peringatan
21 Bertubi-tubi
22 Keputusan tepat
23 Selalu bertabrakan
24 Pulang
25 Pertengkaran
26 Diculik ...
27 Harga mati
28 Ancaman Giandra
29 Sidang perdana
30 Bertemu
31 Kedatangan Danang
32 Desas-desus dan cemoohan
33 Bertubi-tubi II
34 Ikut nongkrong
35 Jum'at berkah I
36 Jum'at Berkah II
37 Azura vs Danang
38 Kutukan
39 Bertemu
40 Terbongkar
41 Paparazi dadakan
42 Sebuah kebenaran
43 43
44 Sebuah penawaran
45 Skak mat
46 Tolong bantuan laporin plagiat karya
47 Diculik?
48 Bugh
49 Byur ...
50 baper?
51 Makan siang pengganti
52 SIM
53 53
54 Athariq
55 Eneng
56 Eneng lagi
57 Coklat Swiss
58 Ku .... dengan Bismillah
59 Jodi
60 Kerja sama
61 Berkunjung
62 Takut
63 Provokasi
64 Selamat bersenang-senang!
65 Judulin sendiri! Hehehe ...
66 Solo karir
67 Flashback
68 Anugerah
69 3 sampai 5
70 Orisinil
71 Ariana adalah istriku
72 Dipecat
73 Penyesalan
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 Mutiara Kasih Bunda Ana
80 80
81 81
82 82
83 83 (S2 DD)
84 84
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90
91 91
92 92
93 93
94 Bukankah itu ....
95 95
96 96
97 97
98 98
99 99
100 100
101 101
102 102
103 103
104 104
105 105
106 106
107 107
108 108
109 109
110 110
111 111
112 112
113 113
114 114
115 115
116 Berdamai dengan masa lalu
117 117
118 118
119 119
120 The End
121 Bonchap RW 1
122 Bonchap RW 2
123 Bonchap RW 3
124 Bonchap RW 4
125 Bonchap RW 5
126 Bonchap RW 6
127 Bonchap RW 7
128 Bonchap RW 8
129 Bonchap RW 9
130 Bonchap RW 10
131 Bonchap RW 11
132 Bonchap RW 12
133 Bonchap RW 13
134 Bonchap RW 14
135 Bonchap RW 15
136 Bonchap RW 16
137 Bonchap RW 17
138 Bonchap RW 18
139 Bonchap RW 19
140 Bonchap AA
141 Ending sebenarnya
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Rahasia di laptop suamiku
2
Sebuah Tekad
3
Jangan-jangan dia ...
4
Praduga
5
Sebuah kenyataan
6
Bertemu
7
Pertengkaran
8
Sebuah nasihat
9
Brakkk and Deal
10
di rumah sakit
11
Firasat seorang ibu
12
Don't judge a book by it's cover
13
Athariq Satya Nugraha
14
Bolehkah ...
15
Melihat
16
Foto
17
Kemarahan Samudera
18
Tamu dadakan
19
Sebuah keputusan
20
Surat peringatan
21
Bertubi-tubi
22
Keputusan tepat
23
Selalu bertabrakan
24
Pulang
25
Pertengkaran
26
Diculik ...
27
Harga mati
28
Ancaman Giandra
29
Sidang perdana
30
Bertemu
31
Kedatangan Danang
32
Desas-desus dan cemoohan
33
Bertubi-tubi II
34
Ikut nongkrong
35
Jum'at berkah I
36
Jum'at Berkah II
37
Azura vs Danang
38
Kutukan
39
Bertemu
40
Terbongkar
41
Paparazi dadakan
42
Sebuah kebenaran
43
43
44
Sebuah penawaran
45
Skak mat
46
Tolong bantuan laporin plagiat karya
47
Diculik?
48
Bugh
49
Byur ...
50
baper?
51
Makan siang pengganti
52
SIM
53
53
54
Athariq
55
Eneng
56
Eneng lagi
57
Coklat Swiss
58
Ku .... dengan Bismillah
59
Jodi
60
Kerja sama
61
Berkunjung
62
Takut
63
Provokasi
64
Selamat bersenang-senang!
65
Judulin sendiri! Hehehe ...
66
Solo karir
67
Flashback
68
Anugerah
69
3 sampai 5
70
Orisinil
71
Ariana adalah istriku
72
Dipecat
73
Penyesalan
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
Mutiara Kasih Bunda Ana
80
80
81
81
82
82
83
83 (S2 DD)
84
84
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
Bukankah itu ....
95
95
96
96
97
97
98
98
99
99
100
100
101
101
102
102
103
103
104
104
105
105
106
106
107
107
108
108
109
109
110
110
111
111
112
112
113
113
114
114
115
115
116
Berdamai dengan masa lalu
117
117
118
118
119
119
120
The End
121
Bonchap RW 1
122
Bonchap RW 2
123
Bonchap RW 3
124
Bonchap RW 4
125
Bonchap RW 5
126
Bonchap RW 6
127
Bonchap RW 7
128
Bonchap RW 8
129
Bonchap RW 9
130
Bonchap RW 10
131
Bonchap RW 11
132
Bonchap RW 12
133
Bonchap RW 13
134
Bonchap RW 14
135
Bonchap RW 15
136
Bonchap RW 16
137
Bonchap RW 17
138
Bonchap RW 18
139
Bonchap RW 19
140
Bonchap AA
141
Ending sebenarnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!