Don't judge a book by it's cover

"Na ... "

Ariana berdecak, "Mas, please, jangan ganggu aku! Aku mau istirahat. Kalau mas mau pulang dulu untuk berganti pakaian, pulang saja dulu."

Ariana kebetulan tahu jadwal Danang hari ini memang sudah berakhir jadi ia sudah bisa pulang lebih awal.

Danang akhirnya mengangguk pasrah.

"Ada titipan?"

Ariana menggeleng.

"Keperluan kamu bagaimana?"

"Memangnya kalau aku meminta Mas bawakan keperluanku, Mas bisa?" Ariana tersenyum sinis. "Nggak perlu. Ibu yang akan bawakan keperluanku nanti."

"Jadi ibu akan mengambil keperluanmu di rumah kita?"

Ariana lagi-lagi menggeleng, "ibu akan bawa barang-barang ku yang ada di rumah. Bukankah barang-barang ku masih banyak di sana."

Danang hanya bisa mengangguk. Ia tidak tahu lagi harus berkata apa. Sepertinya Ariana benar-benar tidak ingin bicara dengannya.

Danang pun akhirnya memilih pulang untuk membersihkan diri dan berganti pakaian. Ia akan menginap di rumah sakit menemani Ariana.

Tak lama setelah Danang pulang, pintu ruangan Ariana terbuka. Ariana yang sejak tadi hanya diam termenung di tempat tidur lantas menoleh ke arah pintu yang terbuka. Dari baliknya masuk seorang perempuan sambil tersenyum ke arahnya.

"Hai, maaf kalau aku ganggu."

Ariana mendengus. Padahal ia sedang ingin sendiri, tapi ada-ada yang mengganggu dirinya.

"Kalau sudah tahu mengganggu, lebih baik pergi. Ngapain malah masuk ke mari," sinis Ariana.

Ariana tidak mau pura-pura baik atau bersikap sok ramah. Ia tidak mau munafik dengan menutupi rasa ketidaksukaannya pada sosok yang tak lain cinta pertama suaminya itu.

Monalisa terkekeh, "ternyata kau sangat ramah sekali ya!" sarkas Monalisa.

"Baguslah kalau kau tahu."

Lagi-lagi Monalisa terkekeh. Kemudian kekehannya hilang menjadi tatapan sinis penuh ketidaksukaan.

"Lucu sekali, demi mencari perhatian Mas Danang kau rela berpura-pura sakit dan mencelakakan dirimu sendiri. Sungguh sangat bodoh. Kau pikir dengan begitu, Mas Danang akan jadi lebih memperhatikanmu," sinis Monalisa .

Mata Ariana membulat. Ia geli sendiri bagaimana bisa seorang perawat seperti Monalisa berspekulasi sendiri seperti itu.

"Jadi kau pikir aku sebodoh itu mau berpura-pura sakit dan mencelakakan diri sendiri demi mencari perhatian Mas Danang? Hahaha ... Sinting. Otakmu sepertinya perlu dicuci agar tidak menduga-duga seenaknya. Kau pikir aku sebodoh itu? Kalau aku mau mencari perhatian dia, sudah aku paksa dia tetap tinggal di sini. Temani aku, bukannya ku suruh pulang. Kalau kau mau ketemuan sama dia di luar, silahkan. Tapi hati-hati dilihat orang yang kalian kenali. Kau tidak mau kan dicap pelakor?" ejek Ariana.

"Kau ... Aku bukan pelakor, ingat itu! Justru kau yang pelakor. Kau yang sudah merebut Mas Danang dari aku," desis Monalisa kesal karena disebut pelakor.

Ariana tergelak, "pelakor itu kan akronim dari kalimat perebut laki orang, apa aku merebut suamimu, hah? Nggak. Aku menikah dengan laki-laki lajang. Dan perlu kau ingat, Mas Danang yang melamarku. Bukan aku yang meminta dia lamar apalagi nikahi. Sementara kau saat ini sedang menjalin hubungan dengan suamiku. Jadi siapa yang pantas disebut pelakor saat ini? Kau atau ... aku?"

...***...

Setelah melalui perdebatan panas, akhirnya Monalisa memilih pergi. Ia kesal karena Ariana selalu saja bisa membalikkan kalimat yang ia ucapkan.

"Sialan! Awas kau perempuan sialan! Aku pasti akan membalas mu!" Smirk licik terbit di bibirnya yang tipis.

Sementara itu, di dalam kamarnya, Ariana meringis pelan setelah kepergian Monalisa. Ia benar-benar kesal, waktunya untuk beristirahat jadi terganggu setelah kedatangannya.

Menjelang sore, Giandra dan kedua adik kembarnya, Mike dan Mika datang melihat keadaan kakaknya.

"Kak Ana. Hiks ... hiks ... hiks ... Kak Ana kenapa sampai begini? Pasti kepala Kak Ana sakit banget," lirih Mika yang sudah tersedu-sedu melihat kakak sulungnya terluka akibat kecelakaan.

"Udah, Mika, kamu malah buat Kak Ana nggak nyaman," sergah Mike sambil menepuk-nepuk punggung Mika.

"Tapi Mike, Kak Ana ... "

"Kakak nggak apa-apa kok, Ka. Paling beberapa hari dirawat sembuh kok," ucap Ariana .

"Kakak kenapa sih maksain diri kerja padahal udah tahu sakit."

"Kakak kan dokter, Gi, harus profesional. Gimana kalau pasien kakak sudah jauh-jauh datang, tapi kakak justru nggak datang. Kan kasihan mereka."

"Tapi akhirnya kak Ana tetap nggak bisa kerja kan? Jadi sama aja. Seharusnya kak Ana menghubungi salah satu rekan kerja kakak terus jelaskan kalau nggak bisa datang ke rumah sakit, daripada celaka kayak gini. Untung aja Kakak selamat, kalau tidak ... " Giandra menghentikan kalimatnya. Matanya sudah berkaca-kaca. Giandra memalingkan muka tak ingin kakaknya melihat dirinya yang hampir menangis.

"Maaf," cicit Ariana.

"Kakak nggak perlu minta maaf sama kami. Cukup kakak jaga diri dan hati-hati. Kakak nggak tau, di rumah ibu nangis terus liat keadaan kakak kayak gini. Kami sayang banget sama kakak. Kami ... kami ... kami nggak mau terjadi sesuatu sama kakak."

Ariana yang duduk sambil bersandar di tempat tidur tak dapat menahan air matanya. Ia lantas meraih Giandra dan memeluknya. Mata Mike pun ikut berkaca. Meskipun ia hanya diam, sebenarnya dia pun bersedih. Apalagi saat melihat perban yang melingkari kepala sang kakak. Bercak darah terlihat jelas di sisi depan.

Karena hari sudah semakin sore, Mika dan Mike pun berpamitan pulang. Sementara Giandra memilih tinggal untuk menemani sang kakak seperti perintah sang ayah. Sebenarnya, walaupun tanpa perintah sang ayah pun, Giandra akan dengan senang hati ikut menjaga sang kakak di rumah sakit.

Belum lama Mika dan Mike pulang, pintu diketuk dari luar. Giandra pun bergegas membukakan pintu ruang rawat sang kakak.

"Assalamu'alaikum," ucap seorang laki-laki dari luar.

"Wa'alaikumussalam. Bang Ariq?" seru Giandra dengan wajah penuh keterkejutan saat melihat Athariq berdiri tegak di hadapannya. Giandra sampai menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan kalau tamunya itu tidak salah ruangan.

"Giandra, kamu di sini?" seru Athariq yang tak kalah terkejut.

"Iya. Aku sedang menemani kakakku."

"Kakakmu? Maksudmu ... Emmm ... Ariana?"

"Abang kenal?" tanya Giandra terkejut.

Athariq menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Sebenarnya Abang yang nggak sengaja nabrak kakakmu."

"Oh ya? Kok bisa? Abang kan ... "

"Namanya juga musibah, Gi. Nggak bisa diprediksi. Bisa terjadi pada siapapun dan dimanapun."

Giandra mengangguk, membenarkan.

"Oh, iya ya. Ayo, Bang, silahkan masuk!" ajak Giandra.

Dengan sedikit terpincang-pincang, Athariq pun masuk ke ruangan Ariana.

"Ah, hai, bagaimana keadaanmu sekarang? Apa sudah lebih baik?" Sebelum pulang tadi sebenarnya Athariq sudah sempat berbicara dengan Ariana, hanya saja ia baru sempat meminta maaf. Ariana benar-benar terkejut saat tahu motor yang ia tabrak itu ternyata milik laki-laki yang sudah 2 kali ditabraknya tanpa sengaja. Lucunya, bukannya menuntut pertanggungjawaban apalagi memintanya meminta maaf, justru laki-laki inilah yang meminta maaf padanya. Padahal saat itu, ia ingat sekali kalau dirinya lah yang menabrak laki-laki tersebut.

"Aku ... sudah merasa lebih baik. Maaf ya, gara-gara aku kakimu ... "

Ariana merasa bersalah, akibat kekeraskepalaannya, orang lain harus celaka. Beruntung kecelakaan itu tidak berakibat fatal. Kalau tidak, ia akan dihantui rasa bersalah seumur hidup.

"Tidak perlu meminta maaf. Namanya juga musibah, bisa terjadi kapan saja dan dimana saja."

Ariana tersenyum mendengar kalimat bijak tersebut.

"Ayo, Bang, silahkan duduk!" Giandra menaruh sebuah kursi di dekat tempat tidur Ariana .

"Kalian saling kenal?" tanya Ariana.

Giandra terkekeh, "dia kepala club' motor kami, Kak. Makanya aku kenal sama bang Ariq," ujar Giandra membuat Ariana melongo. Ariana memang tahu adiknya itu masuk ke dalam club' motor.

Awalnya ayah dan ibunya menentang. Mereka pikir club' motor sama seperti dengan gank motor yang terkena sering mengganggu ketenteraman masyarakat, tapi ternyata berbeda. Club' motor malah lebih sering melakukan kegiatan bermanfaat di luar kegiatan mereka yang suka nongkrong untuk saling mengenal satu sama lain. Kegemaran motor dengan jenis dan tipe serta merk yang sama membuat mereka bergabung dalam satu organisasi club' motor. Mereka kerap melakukan aksi sosial. Seperti saat terjadi pandemi, mereka akan melakukan kegiatan bagi-bagi masker. Saat ada bencana alam, mereka akan menggalang dana untuk disalurkan ke korban bencana. Mereka juga sering menyumbangkan sebagian rejeki mereka ke orang-orang yang membutuhkan seperti anak-anak di panti asuhan atau para lansia di panti jompo. Mereka juga sering bagi-bagi nasi berkah di setiap hari Jum'at.

Setelah mengetahui kegiatan Giandra ternyata berhubungan dengan aksi sosial yang bermanfaat, Samudera dan Tatiana pun akhirnya membiarkan Giandra dengan kegiatannya tersebut. Selagi bermanfaat, kenapa tidak.

Namun yang tidak Ariana duga, ternyata pemimpin club motor tersebut justru seorang laki-laki yang kini sudah tiga kali ia tabrak ini. Meskipun di dua kali pertemuannya, Athariq berpenampilan seperti preman, tapi ternyata ia memiliki sifat peduli sesama. Tanpa sadar Ariana tersenyum mengagumi sosok Athariq.

Pantas saja ada kalimat, 'don't judge a book by it's cover' yang artinya jangan menilai buku dari sampulnya. Ini adalah sebuah kalimat kiasan yang artinya "jangan menilai bobot atau nilai dari suatu hal dari penampilan luarnya saja karena bisa saja apa yang kita lihat tidak seperti yang kita pikirkan. Simpelnya, yang terlihat buruk belum tentu memang buruk dan yang terlihat baik belum tentu memang benar-benar baik.

Ariana diam-diam memperhatikan penampilan Athariq sore ini. Penampilannya terlihat santai, tapi elegan. Apalagi ia tahu dari pakaian yang Athariq pakai bukanlah merk biasa. Terlebih saat melihat jam tangan yang melingkari pergelangan tangannya yang merupakan brand ternama dunia. Dari situ saja Ariana bisa menilai sebenarnya Athariq bukanlah sosok yang biasa saja.

Ariana tiba-tiba teringat, saat Athariq dan kedua orang tuanya tadi berpamitan pada orang tuanya, ayahnya mengangguk hormat dan memanggil ayah Athariq dengan sebutan 'dokter'. Meskipun setelahnya ayah Athariq meminta ayahnya berhenti memanggilnya dokter sebab ia sudah lama melepaskan profesi itu. Tapi tetap saja, itu artinya ayah Athariq dulu adalah sosok dokter hebat yang dikagumi sang ayah. Ariana tiba-tiba merasa speechless.

...***...

Woaaa, panjang banget ini! Nggak nyadar, udah ngetik sepanjang ini. 😄

Sampai jumpa di bab selanjutnya, Kak. ❤️❤️❤️

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

ega lestaluhu

ega lestaluhu

harus tegas gitu, bukan do'a buat cerai, tapi kalo perempuan menegaskan diri laki² gak akan berani mandang rendah, seenggaknya liat seberapa layak danang bisa perjuangin ariana, kalo emang gak bisa lagi baru ambil jalan terakhir

2024-04-25

6

Susi Suarty

Susi Suarty

semoga jd couple AA. ariana athariq. lebih bahagia drpd sm Danang pecundang

2024-05-10

0

Yani

Yani

Dih si Lisa menurut Danang mah cewrk baik kayanya engga tu

2024-04-30

0

lihat semua
Episodes
1 Rahasia di laptop suamiku
2 Sebuah Tekad
3 Jangan-jangan dia ...
4 Praduga
5 Sebuah kenyataan
6 Bertemu
7 Pertengkaran
8 Sebuah nasihat
9 Brakkk and Deal
10 di rumah sakit
11 Firasat seorang ibu
12 Don't judge a book by it's cover
13 Athariq Satya Nugraha
14 Bolehkah ...
15 Melihat
16 Foto
17 Kemarahan Samudera
18 Tamu dadakan
19 Sebuah keputusan
20 Surat peringatan
21 Bertubi-tubi
22 Keputusan tepat
23 Selalu bertabrakan
24 Pulang
25 Pertengkaran
26 Diculik ...
27 Harga mati
28 Ancaman Giandra
29 Sidang perdana
30 Bertemu
31 Kedatangan Danang
32 Desas-desus dan cemoohan
33 Bertubi-tubi II
34 Ikut nongkrong
35 Jum'at berkah I
36 Jum'at Berkah II
37 Azura vs Danang
38 Kutukan
39 Bertemu
40 Terbongkar
41 Paparazi dadakan
42 Sebuah kebenaran
43 43
44 Sebuah penawaran
45 Skak mat
46 Tolong bantuan laporin plagiat karya
47 Diculik?
48 Bugh
49 Byur ...
50 baper?
51 Makan siang pengganti
52 SIM
53 53
54 Athariq
55 Eneng
56 Eneng lagi
57 Coklat Swiss
58 Ku .... dengan Bismillah
59 Jodi
60 Kerja sama
61 Berkunjung
62 Takut
63 Provokasi
64 Selamat bersenang-senang!
65 Judulin sendiri! Hehehe ...
66 Solo karir
67 Flashback
68 Anugerah
69 3 sampai 5
70 Orisinil
71 Ariana adalah istriku
72 Dipecat
73 Penyesalan
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 Mutiara Kasih Bunda Ana
80 80
81 81
82 82
83 83 (S2 DD)
84 84
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90
91 91
92 92
93 93
94 Bukankah itu ....
95 95
96 96
97 97
98 98
99 99
100 100
101 101
102 102
103 103
104 104
105 105
106 106
107 107
108 108
109 109
110 110
111 111
112 112
113 113
114 114
115 115
116 Berdamai dengan masa lalu
117 117
118 118
119 119
120 The End
121 Bonchap RW 1
122 Bonchap RW 2
123 Bonchap RW 3
124 Bonchap RW 4
125 Bonchap RW 5
126 Bonchap RW 6
127 Bonchap RW 7
128 Bonchap RW 8
129 Bonchap RW 9
130 Bonchap RW 10
131 Bonchap RW 11
132 Bonchap RW 12
133 Bonchap RW 13
134 Bonchap RW 14
135 Bonchap RW 15
136 Bonchap RW 16
137 Bonchap RW 17
138 Bonchap RW 18
139 Bonchap RW 19
140 Bonchap AA
141 Ending sebenarnya
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Rahasia di laptop suamiku
2
Sebuah Tekad
3
Jangan-jangan dia ...
4
Praduga
5
Sebuah kenyataan
6
Bertemu
7
Pertengkaran
8
Sebuah nasihat
9
Brakkk and Deal
10
di rumah sakit
11
Firasat seorang ibu
12
Don't judge a book by it's cover
13
Athariq Satya Nugraha
14
Bolehkah ...
15
Melihat
16
Foto
17
Kemarahan Samudera
18
Tamu dadakan
19
Sebuah keputusan
20
Surat peringatan
21
Bertubi-tubi
22
Keputusan tepat
23
Selalu bertabrakan
24
Pulang
25
Pertengkaran
26
Diculik ...
27
Harga mati
28
Ancaman Giandra
29
Sidang perdana
30
Bertemu
31
Kedatangan Danang
32
Desas-desus dan cemoohan
33
Bertubi-tubi II
34
Ikut nongkrong
35
Jum'at berkah I
36
Jum'at Berkah II
37
Azura vs Danang
38
Kutukan
39
Bertemu
40
Terbongkar
41
Paparazi dadakan
42
Sebuah kebenaran
43
43
44
Sebuah penawaran
45
Skak mat
46
Tolong bantuan laporin plagiat karya
47
Diculik?
48
Bugh
49
Byur ...
50
baper?
51
Makan siang pengganti
52
SIM
53
53
54
Athariq
55
Eneng
56
Eneng lagi
57
Coklat Swiss
58
Ku .... dengan Bismillah
59
Jodi
60
Kerja sama
61
Berkunjung
62
Takut
63
Provokasi
64
Selamat bersenang-senang!
65
Judulin sendiri! Hehehe ...
66
Solo karir
67
Flashback
68
Anugerah
69
3 sampai 5
70
Orisinil
71
Ariana adalah istriku
72
Dipecat
73
Penyesalan
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
Mutiara Kasih Bunda Ana
80
80
81
81
82
82
83
83 (S2 DD)
84
84
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
Bukankah itu ....
95
95
96
96
97
97
98
98
99
99
100
100
101
101
102
102
103
103
104
104
105
105
106
106
107
107
108
108
109
109
110
110
111
111
112
112
113
113
114
114
115
115
116
Berdamai dengan masa lalu
117
117
118
118
119
119
120
The End
121
Bonchap RW 1
122
Bonchap RW 2
123
Bonchap RW 3
124
Bonchap RW 4
125
Bonchap RW 5
126
Bonchap RW 6
127
Bonchap RW 7
128
Bonchap RW 8
129
Bonchap RW 9
130
Bonchap RW 10
131
Bonchap RW 11
132
Bonchap RW 12
133
Bonchap RW 13
134
Bonchap RW 14
135
Bonchap RW 15
136
Bonchap RW 16
137
Bonchap RW 17
138
Bonchap RW 18
139
Bonchap RW 19
140
Bonchap AA
141
Ending sebenarnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!