Sebuah keputusan

"A-na, bun-bunda," ucap Danang tergeragap. Jantungnya berdegup begitu kencang. Ia seakan-akan baru saja dikejar anjing.

"Ka-kalian, silahkan masuk, mbak Tiana, Ana! Ayo, kebetulan sekali kalian datang!" ucap Soraya yang juga gugup bukan main. Ia benar-benar khawatir, bagaimana kalau kedua orang itu mendengar perdebatan mereka tadi.

"Oh iya, mbak Soraya, saya kemari menemani Ana. Katanya mamanya ulang tahun jadi dia ingin memberikan kejutan," ucap Tatiana dengan tersenyum tipis. Tapi senyum itu terlampau tipis. Seperti dipakai. Tidak seperti biasanya yang sampai menyentuh mata.

"Ini, Ma. Semoga mama suka," ujar Ariana sambil menyerahkan sebuah paper bag yang berisi kue serta tas kanvas yang berisi gamis.

"Masya Allah, terima kasih ya, Nak. Mama nggak nyangka bakal dapat kejutan begini. Danang aja sampai nggak inget ulang tahun mamanya sendiri. Tuh liat Nang, istri kamu, dia benar-benar perhatian dengan mama. Nggak kayak kamu yang cuek-cuek aja," ucap Soraya dengan mimik wajah dibuat seakan-akan kesal dan justru membanggakan Ariana.

"Maaf, Ma, Danang lupa."

"Ana, ayo ajak bundamu duduk, Nak!" tukas Andi.

"Baik, Pa. Ayo, bun, kita duduk dulu sebentar."

"Lho, kok sebentar? Lama sedikit mama nggak papa kok," cetus Soraya.

"Maaf, Ma, Ana nggak bisa lama-lama."

"Kenapa?" tanya Soraya bingung.

Ariana pun segera duduk dengan sang ibu. Andi dan Danang menanti jawaban Ariana.

"Sebenarnya tadi Ana memang ingin kemari untuk memberikan kejutan, tapi ... maaf, tadi Ana dan bunda ikut mendengar perdebatan mama dan papa dengan Mas Danang jadi Ana nggak bisa lama-lama."

Soraya, Danang, dan Andi sontak merasakan tenggorokan mereka kering. Bahkan untuk menelan ludah sendiri saja terasa sulit.

Ariana menarik nafas dalam-dalam.

"Ma, Pa, Ana mohon, hentikan perdebatan ini. Terimalah Lisa. Apalagi mas Danang mencintai Lisa. Bukankah sebagai orang tua, kalian ingin melihat anak kalian bahagia? Dan seperti yang kita tahu, bahagia mas Danang itu ada bersama Lisa, bukan Ana," ujar Ariana membuat mata Soraya dan Andi terbelalak. Bagaimana ada seorang istri yang merelakan suaminya bersama perempuan lain?

"Ma, Pa, aku tahu, ini sulit. Tapi ... melarang pun percuma. Lihat, bahkan setelah menikah dengan Ana pun mereka masih berhubungan. Jadi bukankah lebih baik kita memberikan restu?"

"Ana, bagaimana kau sebaik ini, Nak?" lirih Soraya dengan mata berkaca-kaca. "Bagaimana kau bisa merelakan suamimu dengan perempuan lain? Bagaimana kalau Danang tidak bisa berbuat adil? Mama nggak mau kamu terluka karena anak mama, Na."

Ana tersenyum lembut. "Ana tidak sebaik itu, Ma. Dan insya Allah, Ana takkan terluka. Jadi, mama dan papa mau kan menerima Lisa sebagai menantu keluarga ini?"

Mendengar kata-kata Ariana seakan ada angin segar berhembus di relung hati Danang. Ia merasa bangga dengan sikap Ariana yang mau menerima Monalisa . Ia bahkan membantu orang tuanya menerima Monalisa.

"Kalau kamu sudah ikhlas, mama dan papa bisa apa." Orang tua Danang akhirnya pasrah. Meski tak suka, tapi apa boleh buat. Menantunya saja sudah menerima, mereka pun akhirnya hanya bisa pasrah menerima.

"Terima kasih, Ma, Pa," ucap Ariana tulus. Lalu Ariana menoleh ke arah Danang. "Nah, Mas, aku sudah membantumu. Mama dan papa akhirnya setuju." Ariana masih tetap tersenyum lembut.

Danang melebarkan senyumnya. Ia benar-benar senang. Berbeda dengan ekspresi Tatiana yang benar-benar shock dengan keputusan putrinya. Bagaimana ia bisa menerima perempuan lain sebagai madunya?

Saat dulu Samudera masih terus mengenang mendiang istrinya saja, Tatiana merasa benar-benar terluka. Lalu bagaimana dengan Ariana yang akan dimadu suaminya dengan perempuan yang ternyata kekasih suaminya sendiri? Bagaimana Danang bisa adil sementara yang menjadi madunya adalah perempuan yang suaminya cintai? Tatiana bisa membayangkan ketidakadilan yang akan Ariana dapatkan.

Danang meraih tangan Ariana dan menggenggamnya. "Terima kasih, Na. Terima kasih karena sudah membantu, Mas. Lisa pasti akan merasa senang sekali mendengar kabar bahagia ini."

Ariana kembali tersenyum lembut. Senyum penuh ketulusan.

"Mas tidak perlu berterima kasih sebab aku melakukan ini bukan untuk Mas."

"Maksudnya?" tanya Danang dengan dahi berkerut.

"Mas, aku kan pernah meminta Mas untuk memilih, pertahankan aku dan lepaskan Lisa atau lepaskan aku dan Mas bisa kembali bersama Lisa."

"M-maksudmu bagaimana?" tanya Danang gugup. Pun kedua orang tuanya sudah berkeringat dingin.

"Aku sudah menunggu keputusan, Mas, tapi sepertinya Mas tidak bisa memberikan keputusan. Jadi ... maaf, kini aku yang akan membuat keputusan."

Ariana menarik nafas dalam-dalam. Bohong kalau ia baik-baik saja saat ini. Dibalik senyum tenangnya tersimpan rasa sakit yang luar biasa. Tidak mudah membuat keputusan ini. Tapi Ariana sudah tak mampu bertahan lebih lama lagi. Rasa sakit justru akan semakin menggerogoti hati dan jiwanya yang rapuh. Tak ada yang tahu betapa sakit hati Ariana saat mengetahui kalau suaminya mencintai perempuan lain. Ariana sudah tak sanggup lagi bertahan. Mungkin ikhlas melepaskan lebih baik daripada bertahan tapi tersakiti.

"Bismillahirrahmanirrahim, aku melepaskan mu, Mas. Aku melepas mu. Kulepas kau dengan Bismillah. Semoga kau bisa berbahagia dengan cintamu, Mas. Aku mohon undur diri dari hubungan kita yang begitu menyakitkan ini. Ma, Pa, maaf kalau sebagai menantu aku memiliki banyak kekurangan. Terima kasih atas cinta dan kasih sayang kalian. Aku ... pamit."

Ariana berdiri dan menyalami kedua mertuanya. Mertuanya diam tak bergeming. Mereka terlampau shock dengan keputusan tiba-tiba Ariana ini.

"Nak, bagaimana kau bisa menyerah semudah itu? Cobalah bertahan sebentar. Kalau perlu, mama akan menemui perempuan itu agar menjauh dari Danang," ucap Soraya berusaha menahan kepergian Ariana.

Air mata Ariana jatuh merebak. Namun senyum manis tetap ia pertahankan untuk menunjukkan kalau ia baik-baik saja.

"Jangan, Ma! Jangan lakukan itu! Ana sadar diri, bahagia Mas Danang bukan bersama Ana, tapi Lisa. Ana pamit dulu, Ma. Mas, Ana pamit dulu."

"Ana, tunggu, jangan pergi!" Danang menghentikan langkah Ariana dengan berdiri di depannya. Entah mengapa, ia merasa tidak rela kehilangan Ariana.

"Apa lagi, Mas? Bukankah ini yang kau mau? Kau mencintainya 'kan? Aku sudah mengalah demi kebahagiaanmu, jadi tolong lepaskan aku! Aku tidak sanggup bertahan sementara hatimu untuk perempuan lain," ucap Ariana tetap berusaha tenang.

Danang menggeleng cepat, "ya, jujur aku mencintai Lisa, tapi sepertinya aku juga sudah mulai mencintaimu. Tidakkah kau ingin bertahan. Aku berjanji, aku akan berlaku adil. Aku tidak akan berat sebelah. Aku juga akan bersikap lebih baik lagi ke depannya. Aku mohon, Na, tetaplah berdiri di sampingku. Jangan pergi tinggalkan aku!"

"Jangan egois kau Danang! Jangan hanya memikirkan kebahagiaanmu sendiri! Kau pikir hati Ana akan baik-baik saja saat kau bersama perempuan lain? Asal kau tahu, tidak ada perempuan yang baik-baik saja saat suaminya mendua. Apalagi jelas-jelas yang kau cintai itu adalah dia, bukan anak Bunda. Sebagai seorang ibu, bunda takkan membiarkan siapapun menyakiti Ana. Tidak akan. Keputusan Ana sudah tepat. Lepaskan Ana! Dan raihlah bahagiamu bersama dia, perempuan yang kau cinta," sergah Tatiana yang mulai tersulut emosi saat melihat melihat sikap egois Danang.

"Tapi Bun ... " Tatiana mengangkat tangannya sebagai isyarat agar Danang tidak melanjutkan kata-katanya.

"Ayo, Ana, kita pulang!" ajak Tatiana menuju mobil mereka. Danang kembali berusaha untuk menghentikan langkah Ariana dan Tatiana, tapi kedua orang tuanya menahan tangan Danang dan baru dilepaskan saat mobil yang ditumpangi mereka berlalu.

"Ma, Pa, kenapa kalian menahan ku? Bukankah kalian menginginkan Ana menjadi istriku?" kesal Danang karena orang tuanya yang mencegah dirinya mengejar Ariana.

"Bukankah ini yang kau mau? Sekarang, pergi lah dengan perempuan yang kau cintai itu. Kami takkan mencegah mu lagi. Tapi satu hal yang harus kau ingat, jangan pernah membawa perempuan itu masuk ke dalam rumah ini karena sampai kapanpun kami takkan pernah menerimanya sebagai bagian dari keluarga ini," tegas Andi dengan rahang mengeras. "Ayo, Ma!" ajak Andi pada sang istri.

Soraya yang sudah menangis tersedu-sedu pun mengangguk. Namun sebelum berlalu, ia menoleh ke arah Danang. "Semoga kau tidak menyesali keputusanmu ini."

"Tapi ini bukan keputusan Danang, Ma."

"Ya, memang ini bukan keputusanmu, tapi kau yang sudah membuat Ana akhirnya mengambil keputusan sendiri. Kau pikir perempuan mana yang sanggup bertahan dengan laki-laki yang mencintai perempuan lain, hah? Tidak ada, Danang. Dan keputusanmu mempertahankan perempuan itu yang membuat Ana akhirnya memilih menyerah dan mengambil keputusan sendiri. Semoga kau tidak menyesali keputusanmu itu!" tegas Soraya sebelum ikut berlalu dari hadapan Danang bersama suaminya.

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

masih mending yg kau pertahankan itu wanita baik2? jika yg kau pertahankan adalah perempuan yg g tdk baik dan mengabaikan perempuan yg sdh menjadi istrimu kau tahu istri yg baik dan Sholehah kau rela melepasnya ? wait and see, of course you Will be disappointed ☝️

2024-05-20

2

Emy Chumii

Emy Chumii

hei Bu Soraya & pak Andi, sebagai orang tua yang baik seharusnya kalian mati²an menolak Monalisa dan mempertahankan Ana. 😪😤

2024-05-22

0

☠☀💦Adnda🌽💫

☠☀💦Adnda🌽💫

kamu pasti bisa ana ....ngapain mempertahankan orang yg nggak berusaha terbaik untuk kita ....buang aj kelaut 😁😁😁

2024-05-19

0

lihat semua
Episodes
1 Rahasia di laptop suamiku
2 Sebuah Tekad
3 Jangan-jangan dia ...
4 Praduga
5 Sebuah kenyataan
6 Bertemu
7 Pertengkaran
8 Sebuah nasihat
9 Brakkk and Deal
10 di rumah sakit
11 Firasat seorang ibu
12 Don't judge a book by it's cover
13 Athariq Satya Nugraha
14 Bolehkah ...
15 Melihat
16 Foto
17 Kemarahan Samudera
18 Tamu dadakan
19 Sebuah keputusan
20 Surat peringatan
21 Bertubi-tubi
22 Keputusan tepat
23 Selalu bertabrakan
24 Pulang
25 Pertengkaran
26 Diculik ...
27 Harga mati
28 Ancaman Giandra
29 Sidang perdana
30 Bertemu
31 Kedatangan Danang
32 Desas-desus dan cemoohan
33 Bertubi-tubi II
34 Ikut nongkrong
35 Jum'at berkah I
36 Jum'at Berkah II
37 Azura vs Danang
38 Kutukan
39 Bertemu
40 Terbongkar
41 Paparazi dadakan
42 Sebuah kebenaran
43 43
44 Sebuah penawaran
45 Skak mat
46 Tolong bantuan laporin plagiat karya
47 Diculik?
48 Bugh
49 Byur ...
50 baper?
51 Makan siang pengganti
52 SIM
53 53
54 Athariq
55 Eneng
56 Eneng lagi
57 Coklat Swiss
58 Ku .... dengan Bismillah
59 Jodi
60 Kerja sama
61 Berkunjung
62 Takut
63 Provokasi
64 Selamat bersenang-senang!
65 Judulin sendiri! Hehehe ...
66 Solo karir
67 Flashback
68 Anugerah
69 3 sampai 5
70 Orisinil
71 Ariana adalah istriku
72 Dipecat
73 Penyesalan
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 Mutiara Kasih Bunda Ana
80 80
81 81
82 82
83 83 (S2 DD)
84 84
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90
91 91
92 92
93 93
94 Bukankah itu ....
95 95
96 96
97 97
98 98
99 99
100 100
101 101
102 102
103 103
104 104
105 105
106 106
107 107
108 108
109 109
110 110
111 111
112 112
113 113
114 114
115 115
116 Berdamai dengan masa lalu
117 117
118 118
119 119
120 The End
121 Bonchap RW 1
122 Bonchap RW 2
123 Bonchap RW 3
124 Bonchap RW 4
125 Bonchap RW 5
126 Bonchap RW 6
127 Bonchap RW 7
128 Bonchap RW 8
129 Bonchap RW 9
130 Bonchap RW 10
131 Bonchap RW 11
132 Bonchap RW 12
133 Bonchap RW 13
134 Bonchap RW 14
135 Bonchap RW 15
136 Bonchap RW 16
137 Bonchap RW 17
138 Bonchap RW 18
139 Bonchap RW 19
140 Bonchap AA
141 Ending sebenarnya
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Rahasia di laptop suamiku
2
Sebuah Tekad
3
Jangan-jangan dia ...
4
Praduga
5
Sebuah kenyataan
6
Bertemu
7
Pertengkaran
8
Sebuah nasihat
9
Brakkk and Deal
10
di rumah sakit
11
Firasat seorang ibu
12
Don't judge a book by it's cover
13
Athariq Satya Nugraha
14
Bolehkah ...
15
Melihat
16
Foto
17
Kemarahan Samudera
18
Tamu dadakan
19
Sebuah keputusan
20
Surat peringatan
21
Bertubi-tubi
22
Keputusan tepat
23
Selalu bertabrakan
24
Pulang
25
Pertengkaran
26
Diculik ...
27
Harga mati
28
Ancaman Giandra
29
Sidang perdana
30
Bertemu
31
Kedatangan Danang
32
Desas-desus dan cemoohan
33
Bertubi-tubi II
34
Ikut nongkrong
35
Jum'at berkah I
36
Jum'at Berkah II
37
Azura vs Danang
38
Kutukan
39
Bertemu
40
Terbongkar
41
Paparazi dadakan
42
Sebuah kebenaran
43
43
44
Sebuah penawaran
45
Skak mat
46
Tolong bantuan laporin plagiat karya
47
Diculik?
48
Bugh
49
Byur ...
50
baper?
51
Makan siang pengganti
52
SIM
53
53
54
Athariq
55
Eneng
56
Eneng lagi
57
Coklat Swiss
58
Ku .... dengan Bismillah
59
Jodi
60
Kerja sama
61
Berkunjung
62
Takut
63
Provokasi
64
Selamat bersenang-senang!
65
Judulin sendiri! Hehehe ...
66
Solo karir
67
Flashback
68
Anugerah
69
3 sampai 5
70
Orisinil
71
Ariana adalah istriku
72
Dipecat
73
Penyesalan
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
Mutiara Kasih Bunda Ana
80
80
81
81
82
82
83
83 (S2 DD)
84
84
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
Bukankah itu ....
95
95
96
96
97
97
98
98
99
99
100
100
101
101
102
102
103
103
104
104
105
105
106
106
107
107
108
108
109
109
110
110
111
111
112
112
113
113
114
114
115
115
116
Berdamai dengan masa lalu
117
117
118
118
119
119
120
The End
121
Bonchap RW 1
122
Bonchap RW 2
123
Bonchap RW 3
124
Bonchap RW 4
125
Bonchap RW 5
126
Bonchap RW 6
127
Bonchap RW 7
128
Bonchap RW 8
129
Bonchap RW 9
130
Bonchap RW 10
131
Bonchap RW 11
132
Bonchap RW 12
133
Bonchap RW 13
134
Bonchap RW 14
135
Bonchap RW 15
136
Bonchap RW 16
137
Bonchap RW 17
138
Bonchap RW 18
139
Bonchap RW 19
140
Bonchap AA
141
Ending sebenarnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!