Praduga

Tok tok tok ...

"Masuk," seru Danang saat ada yang mengetuk pintu. Seketika Danang terperanjat. Tangannya yang tadi sedang dengan bersemangat membuka bekal makan siangnya seketika berhenti begitu saja. "Ana, kenapa kau datang tanpa mengabari terlebih dahulu?" tanya Danang gugup.

"Kenapa? Apa kau merasa terganggu? Apa seorang istri tidak boleh mendatangi suaminya untuk memberikan kejutan?" ucap Ariana berusaha untuk bersikap tenang. Padahal dalam dadanya sedang bergemuruh. Apalagi saat melihat lunch box yang tergeletak di atas meja. Hatinya perih tak terkata.

"Bukan begitu. Bagaimana kalau aku ternyata sedang sibuk saat kau datang. Bukankah akan sia-sia saja akhirnya?" Danang berusaha berkilah.

"Kalau sibuk, ya ditunggu. Kalau lama, ya tinggal pergi saja. Profesi kita itu sama jadi aku nggak mungkin marah. Aku paham bagaimana kinerja seorang dokter yang bahkan bisa dipanggil tiba-tiba kapanpun itu." Ariana meletakkan tas kanvas yang berisi makan siangnya di atas meja. "Wah, sepertinya Mas sudah punya makan siang spesial. Aku baru tahu pelayanan seperti itu di rumah sakit ini. Selama ini nggak ada," ucap Ariana mencoba memancing kejujuran Danang.

"Oh, ini, ini bukan dari rumah sakit kok. Ini ... Ini diberi salah satu keluarga pasien yang kebetulan aku tangani. Kau bawa apa?" Danang hendak mengambil tas kanvas yang Ariana bawa.

"Tak perlu dibuka. Ini juga berisi makan siang. Toh Mas sudah memiliki makan siang spesial jadi makanan ini udah nggak Mas butuhkan lagi."

"Lho, kenapa begitu? Bagaimana kalau kita makan sama-sama saja? Kita bisa saling bertukar makanan."

"Nggak, Mas. Aku tiba-tiba sudah nggak berselera makan. Mas makan sendiri saja."

Ariana pun bergegas berdiri. Apa yang Ariana katakan memang benar, ia tiba-tiba kehilangan selera makannya setelah melihat apa yang suaminya lakukan di belakangnya. Berpura-pura mendapatkan makanan dari keluarga pasien, padahal itu makan siang pemberian seorang perawat yang bila ia ingat-ingat wajahnya begitu mirip dengan wajah perempuan yang ada di laptop suaminya itu. Seandainya laptopnya masih ada di rumah, mungkin Ariana akan segera pulang untuk memastikannya.

"An, kamu marah Mas dapat makan siang dari keluarga pasien? Maaf. Mas pun nggak bisa nolak. Apa kata mereka kalau Mas menolak pemberian mereka? Bisa-bisa Mas dicap dokter sombong. Padahal Mas dokter baru di sini. Bisa-bisa Mas mempermalukan nama ayah juga sebagai direktur rumah sakit ini."

Ya, sudah 2 tahun ini Samudera diangkat menjadi direktur rumah sakit tempatnya bekerja.

'Bahkan kau sampai membawa-bawa nama ayah untuk menutupi kebohongan mu. Sebenarnya apa hubunganmu dengan perempuan itu, Mas? Ya Allah, bagaimana kalau Mas Danang memang benar-benar berselingkuh di belakangku? Aku mohon, berikan petunjuk-Mu, Ya Allah.'

"Aku nggak marah kok. Ya udah, aku pergi dulu ya, Mas."

"Langsung pulang?"

Ariana menggeleng, "ke rumah sakit lagi. Aku masih ada jadwal sekitar jam 3 nanti."

Danang mengangguk.

"Oh ya, tadi mama telepon. Orang tua Mas mengundang kita makan malam di rumah, kamu bisa kan?" ujar Danang.

Ariana nampak berpikir, kemudian mengangguk.

Setelah itu, ia pun segera berpamitan keluar dari ruangan Danang dengan membawa tas kanvas berisi bekal makan siangnya.

Saat sudah berada di luar, Ariana tidak langsung pergi. Ia justru mengintip ke dalam melalui celah pintu. Hatinya kembali merasa perih saat melihat suaminya membuka bekal itu dengan semangat dan menyantapnya.

Tak ingin hatinya semakin hancur, Ariana pun segera pergi dari sana. Saat Ariana menyusuri koridor, lagi-lagi ia berpapasan dengan perawat yang tanpa sengaja ditabraknya tadi. Namun perawat tersebut sedang sibuk mengobrol dengan rekannya jadi ia tidak melihat keberadaan Ariana sama sekali.

"Jadi kamu beneran anterin bekal tadi ke ruangan dokter Danang, Sa?"

"Ya," jawab perawat itu pendek.

"Kamu ini. Apa kamu nggak takut kalau ... "

"Berhenti ikut campur urusan pribadiku, May! Aku nggak suka."

"Sa, aku hanya nggak ingin kamu ... "

"Kau itu temanku atau bukan sih, May? Kenapa kau ikut-ikutan menyudutkan ku?"

"Aku nggak bermaksud begitu, Sa. Aku melakukan ini karena aku peduli padamu."

"Omong kosong. Kalau kau memang peduli padaku pasti kau paham mengapa aku sampai melakukan ini."

Setelah mengucapkan itu, perawat itupun segera berlalu meninggalkan temannya yang hanya bisa menghela nafas panjang.

"Dasar keras kepala," decak teman perawat itu seraya ikut berlalu dari sana.

Ariana yang tadi sengaja berjalan perlahan agar dapat mendengar pembicaraan keduanya hanya bisa mengerutkan kening. Ia masih belum paham dengan arah pembicaraan keduanya.

"Apa perawat itu menyukai Mas Danang? Tapi kalau hanya dia saja yang menyukai Mas Danang, mengapa Mas Danang seakan begitu senang saat melihat bekal makan siang tadi? Dia bahkan sampai mengabaikan bekal yang aku bawakan," gumamnya seraya menatap tas kanvas yang ada di tangan kanannya. "Kalau ia peduli padaku, ia pasti lebih memilih bekal yang aku bawakan. Tapi nyatanya, Mas Danang lebih memilih bekal dari perempuan itu." Ariana terkekeh miris dengan mata berkaca-kaca. "Sebenarnya siapa perempuan itu, Mas? Dan apa hubungan kalian?" desahnya lirih.

Ariana terus berjalan hingga tanpa sadar ia sudah berada di basemen rumah sakit. Ia pun segera masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya keluar gerbang rumah sakit. Namun karena pikirannya yang sedang kacau, ia hampir saja menabrak seorang laki-laki yang baru saja turun dari ojek.

"Brengsekkk! Turun, Woy! Loe bisa nyetir apa nggak sih?" omel laki-laki yang berpakaian seperti preman itu sambil mengetuk kaca mobil.

Ariana jelas ketakutan. Ia pun segera turun dari dalam mobil untuk meminta maaf.

"Maaf, Bang, maaf. Aku benar-benar tidak sengaja!" ucap Ariana dengan bibir bergetar. Air mata yang sejak tadi ditahannya seketika tumpah.

Laki-laki itu yang melihat Ariana menangis jelas saja terkejut bukan main.

"Yaelah, pake nangis lagi. Cengeng amat sih jadi cewek."

"Habisnya Abang pake marah-marah. Ana kan takut, Bang. Abang nggak papa kan? Nggak ada yang luka kan?" Ariana berjalan mendekat dan menarik tangan laki-laki itu sambil menggerak-gerakkannya. Lalu mengitarinya.

"Heh, loe apa-apaan sih!" Laki-laki itu menarik tangannya kasar hingga Ariana hampir saja terjungkal kalau saja ia tidak reflek menarik tangan Ariana agar tidak terjatuh.

"Maaf. Aku hanya mau lihat, Abang ada luka apa nggak. Kalau luka, aku mau tanggung jawab," ucap Ariana seraya melepaskan tangan laki-laki itu dari pergelangan tangannya.

"Jadi kalau nggak luka, kamu nggak mau tanggung jawab, begitu?"

"Ya iyalah, memangnya aku harus ngapain?" Ariana mengerucutkan bibirnya. Wajahnya yang cantik dan imut diterpa cahaya matahari membuatnya terlihat bersinar. Laki-laki itu sampai terpaku di tempatnya. "Ih si Abang malah bengong."

"Eh, loe mau kemana? Tanggung jawab sini, nyawa gue hampir melayang tau nggak gara-gara loe," seru laki-laki itu saat Ariana melenggang menuju mobilnya.

"Iya, sebentar. Ini aku mau ambil sesuatu untuk mempertanggung jawabkan perbuatanku."

Mata laki-laki itu mengerjap. Memangnya ia mau ambil apa, pikirnya? Apa mau memberinya kartu nama?

Tak lama kemudian, Ariana pun kembali seraya menenteng tas kanvas yang tadi hendak diberikannya pada Danang, tetapi tak jadi.

"Nih, Bang, Abang terima ini sebagai permintaan maaf ku." Ariana meraih tangan laki-laki itu dan meletakkan pegangan tas kanvas itu ke tangannya.

"Eh, ini apa? Ini bukan bom kan?"

"Astaghfirullah, memangnya wajah aku ada tampang terorisnya ya, Bang?" seru Ariana dengan wajah polosnya membuat laki-laki itu seketika keki.

"Ya, nggak. Tapi kan bisa aja."

"Ih, Abang mah suka su'udzon. Itu tuh makan siang. Tenang saja, sehat dan higienis kok. Aku tadi tanpa sengaja emmm ... maaf, dengar suara perut Abang yang diskoan. Kayaknya Abang terburu-buru kan sampai lupa makan. Itu silahkan dimakan. Sekali lagi maafin aku ya, Bang. Permisi. Assalamu'alaikum," cerocos Ariana yang lantas segera berlalu setelah mengatakan kata-kata mutiaranya.

Laki-laki itu sampai terpaku di tempatnya sambil menatap kepergian Ariana dengan mobilnya. Setelah mobil Ariana benar-benar menghilang, laki-laki itupun terkekeh.

"Perempuan unik," ujarnya sambil menatap tas kanvas di tangannya. "Astaga, dia tadi jadi dengar suara perutku? Ya ampun, nih perut malu-maluin aja." Laki-laki itu menggeleng-gelengkan kepalanya seraya melangkahkan kakinya masuk ke dalam gerbang rumah sakit.

...***...

......Happy reading 🥰🥰🥰......

Terpopuler

Comments

Yani

Yani

Sabar Sriana coba kamu selidiki senfiri gimana kelakuan suami di belakangmu

2024-04-30

3

Fadhil

Fadhil

sabar ya dok semoga lekas terbongkar perselingkuhan suaminya

2024-04-22

0

Shakila khanza

Shakila khanza

seru kak... mampir juga ya kak ke karya aku.../Smile/

2024-04-30

0

lihat semua
Episodes
1 Rahasia di laptop suamiku
2 Sebuah Tekad
3 Jangan-jangan dia ...
4 Praduga
5 Sebuah kenyataan
6 Bertemu
7 Pertengkaran
8 Sebuah nasihat
9 Brakkk and Deal
10 di rumah sakit
11 Firasat seorang ibu
12 Don't judge a book by it's cover
13 Athariq Satya Nugraha
14 Bolehkah ...
15 Melihat
16 Foto
17 Kemarahan Samudera
18 Tamu dadakan
19 Sebuah keputusan
20 Surat peringatan
21 Bertubi-tubi
22 Keputusan tepat
23 Selalu bertabrakan
24 Pulang
25 Pertengkaran
26 Diculik ...
27 Harga mati
28 Ancaman Giandra
29 Sidang perdana
30 Bertemu
31 Kedatangan Danang
32 Desas-desus dan cemoohan
33 Bertubi-tubi II
34 Ikut nongkrong
35 Jum'at berkah I
36 Jum'at Berkah II
37 Azura vs Danang
38 Kutukan
39 Bertemu
40 Terbongkar
41 Paparazi dadakan
42 Sebuah kebenaran
43 43
44 Sebuah penawaran
45 Skak mat
46 Tolong bantuan laporin plagiat karya
47 Diculik?
48 Bugh
49 Byur ...
50 baper?
51 Makan siang pengganti
52 SIM
53 53
54 Athariq
55 Eneng
56 Eneng lagi
57 Coklat Swiss
58 Ku .... dengan Bismillah
59 Jodi
60 Kerja sama
61 Berkunjung
62 Takut
63 Provokasi
64 Selamat bersenang-senang!
65 Judulin sendiri! Hehehe ...
66 Solo karir
67 Flashback
68 Anugerah
69 3 sampai 5
70 Orisinil
71 Ariana adalah istriku
72 Dipecat
73 Penyesalan
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 Mutiara Kasih Bunda Ana
80 80
81 81
82 82
83 83 (S2 DD)
84 84
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90
91 91
92 92
93 93
94 Bukankah itu ....
95 95
96 96
97 97
98 98
99 99
100 100
101 101
102 102
103 103
104 104
105 105
106 106
107 107
108 108
109 109
110 110
111 111
112 112
113 113
114 114
115 115
116 Berdamai dengan masa lalu
117 117
118 118
119 119
120 The End
121 Bonchap RW 1
122 Bonchap RW 2
123 Bonchap RW 3
124 Bonchap RW 4
125 Bonchap RW 5
126 Bonchap RW 6
127 Bonchap RW 7
128 Bonchap RW 8
129 Bonchap RW 9
130 Bonchap RW 10
131 Bonchap RW 11
132 Bonchap RW 12
133 Bonchap RW 13
134 Bonchap RW 14
135 Bonchap RW 15
136 Bonchap RW 16
137 Bonchap RW 17
138 Bonchap RW 18
139 Bonchap RW 19
140 Bonchap AA
141 Ending sebenarnya
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Rahasia di laptop suamiku
2
Sebuah Tekad
3
Jangan-jangan dia ...
4
Praduga
5
Sebuah kenyataan
6
Bertemu
7
Pertengkaran
8
Sebuah nasihat
9
Brakkk and Deal
10
di rumah sakit
11
Firasat seorang ibu
12
Don't judge a book by it's cover
13
Athariq Satya Nugraha
14
Bolehkah ...
15
Melihat
16
Foto
17
Kemarahan Samudera
18
Tamu dadakan
19
Sebuah keputusan
20
Surat peringatan
21
Bertubi-tubi
22
Keputusan tepat
23
Selalu bertabrakan
24
Pulang
25
Pertengkaran
26
Diculik ...
27
Harga mati
28
Ancaman Giandra
29
Sidang perdana
30
Bertemu
31
Kedatangan Danang
32
Desas-desus dan cemoohan
33
Bertubi-tubi II
34
Ikut nongkrong
35
Jum'at berkah I
36
Jum'at Berkah II
37
Azura vs Danang
38
Kutukan
39
Bertemu
40
Terbongkar
41
Paparazi dadakan
42
Sebuah kebenaran
43
43
44
Sebuah penawaran
45
Skak mat
46
Tolong bantuan laporin plagiat karya
47
Diculik?
48
Bugh
49
Byur ...
50
baper?
51
Makan siang pengganti
52
SIM
53
53
54
Athariq
55
Eneng
56
Eneng lagi
57
Coklat Swiss
58
Ku .... dengan Bismillah
59
Jodi
60
Kerja sama
61
Berkunjung
62
Takut
63
Provokasi
64
Selamat bersenang-senang!
65
Judulin sendiri! Hehehe ...
66
Solo karir
67
Flashback
68
Anugerah
69
3 sampai 5
70
Orisinil
71
Ariana adalah istriku
72
Dipecat
73
Penyesalan
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
Mutiara Kasih Bunda Ana
80
80
81
81
82
82
83
83 (S2 DD)
84
84
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
Bukankah itu ....
95
95
96
96
97
97
98
98
99
99
100
100
101
101
102
102
103
103
104
104
105
105
106
106
107
107
108
108
109
109
110
110
111
111
112
112
113
113
114
114
115
115
116
Berdamai dengan masa lalu
117
117
118
118
119
119
120
The End
121
Bonchap RW 1
122
Bonchap RW 2
123
Bonchap RW 3
124
Bonchap RW 4
125
Bonchap RW 5
126
Bonchap RW 6
127
Bonchap RW 7
128
Bonchap RW 8
129
Bonchap RW 9
130
Bonchap RW 10
131
Bonchap RW 11
132
Bonchap RW 12
133
Bonchap RW 13
134
Bonchap RW 14
135
Bonchap RW 15
136
Bonchap RW 16
137
Bonchap RW 17
138
Bonchap RW 18
139
Bonchap RW 19
140
Bonchap AA
141
Ending sebenarnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!