di rumah sakit

Brakkk ...

"Arghhh ... Shittt!" umpat Athariq saat motor yang dikendarainya tiba-tiba disenggol oleh mobil yang baru saja berbelok ke arahnya.

Motor yang Athariq kendarai sampai terbalik dan menimpa sebelah kakinya. Kakinya terasa sakit, tapi untung saja motornya tidak sampai terseret. Kalau tidak, sudah pasti cedera yang ia alami akan semakin parah.

"Mobil siapa sih? Aaargh, ini pasti gara-gara sumpah mommy. Punya ibu kok aneh. Nyumpahin anaknya sendiri. Apa nggak takut terjadi sesuatu pada anaknya," omel Athariq sambil berusaha menegakkan motornya. Lalu ia menoleh ke arah mobil yang menyerempetnya tadi. Ternyata mobil itu berhenti karena menabrak pohon. Beberapa orang sudah bergerak untuk melihat pengemudi di dalam mobil itu.

"Mobil itu ... Kenapa sepertinya begitu familiar ya?"

Dengan terpincang-pincang, Athariq mendekat ke arah mobil. Maksud hati ingin protes karena sudah menabraknya.

"Pengemudinya pingsan!"

"Ayo segera telepon ambulans!" pekik pengguna jalan yang ikut berhenti ingin melihat pemilik mobil tersebut.

Athariq yang penasaran pun ikut mendekat.

"Mas, Mas yang diserempet tadi ya?"

Athariq mengangguk.

"Mas tidak apa-apa?"

Athariq menggeleng, "hanya kaki saya yang sakit. Sepertinya terkilir," ujar Athariq.

"Ayo, cepat tolong buka pintu mobilnya! Takutnya mbak itu kenapa-kenapa."

Athariq ingin ikut membantu, tapi lengannya pun sedikit sakit. Jadi ia membiarkan saja warga yang mencoba menyelamatkan pengemudi mobil itu. Saat pintu mobil terbuka, warga pun membantu pemilik mobil keluar dari dalamnya. Terlihat jelas, kepala perempuan itu terluka hingga darahnya mengalir di sebagai wajahnya. Namun bukan hanya itu yang membuat Athariq terkejut. Sebab wajah perempuan itu begitu familiar.

"Dia ... "

Athariq membelalakkan matanya. Ia tidak menyangka, lagi-lagi ia dipertemukan dengan perempuan itu. Hanya dalam tempo beberapa Minggu, ia sudah 3 kali dipertemukan dengan perempuan itu.

Tak lama kemudian, mobil ambulans pun tiba. Perempuan yang yang tak lain adalah Ariana itu pun segera dibawa masuk ke dalam mobil ambulans. Warga juga meminta Athariq ikut serta karena kakinya yang tampak berdarah. Tak lama kemudian, pihak kepolisian lalu lintas pun ikut tiba. Mereka menawarkan Athariq membawa motornya. Karena Athariq tak ingin menuntut apa-apa, polisi pun hanya membantu mengiringi mereka hingga ke rumah sakit. Mereka juga mencari informasi mengenai keluarga Ariana.

Satu jam kemudian,

"Ariq kamu nggak papa, Nak?" tanya Azura cemas yang kini sudah berada di rumah sakit.

"Ariq nggak papa kok, Bu. Cuma kaki Ariq aja yang sedikit cedera."

"Tumben manggil ibu?" cibir Azura.

"Ma Cherie," tegur Arkandra saat istrinya sempat-sempatnya mencibir sang anak yang tumben memanggilnya ibu. Biasanya selalu memanggil mommy.

"Panggil mommy salah, panggil ibu juga salah," balas Athariq.

"Kamu beneran nggak papa, Riq?"

"Iya, Yah. Cuma cedera aja dikit. Jadi jalannya agak pincang."

"Memangnya bagaimana kamu bisa kecelakaan sih?"

"Ini gara-gara sumpah, Ibu." Athariq melirik kesal.

"Kenapa kamu malah nyalahin ibu?" tanya Arkandra heran.

"Ya, soalnya ibu ... "

"Apa? Jadi sumpah ibu terkabul? Begitu maksudmu? Jadi yang kamu tabrak tadi cewek apa cowok? Pasti cewek kan? Iya kan? Pasti cewek nih? Yakin mommy!"

"Ma Cherie, kenapa jadi mommy?"

"Eh, iya, lupa. Ibu maksudnya. Ketularan anak ini sih. Jadi bagaimana, nabrak cewek kan? Dimana ceweknya? Cantik nggak? Dia nggak papa kan? Awas aja kalau calon menantu ibu terluka parah! Ibu balikin kamu ke dalam perut lagi!" Cerocos Azura membuat Arkandra hanya bisa tersenyum geli. Sementara itu, Athariq hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar cecaran pertanyaan absurd sang ibu.

"Yah, kok ayah mau sih sama perempuan modelan kayak ibu?" tanya Athariq heran. Azura dan Arkandra sampai terperangah, anak mereka tadi sebenarnya kepentok apa sampai-sampai cara memanggil mereka berubah drastis? Tak ada mommy dan daddy lagi. Padahal sejak kecil mereka sampai kesulitan sendiri memaksa anak itu memanggil mereka ayah dan ibu. Tapi ia terus kekeh memanggil mommy dan daddy. Lalu, hanya karena keserempet mobil, anaknya bisa memanggil mereka dengan baik dan benar.

"Namanya juga cinta," jawab Arkandra diplomatis. "Lagipula kalau nggak ada ibumu, kamu nggak bakal ada," imbuhnya.

Athariq mencebikkan bibirnya saat mendengar jawaban sang ayah.

"Suamiku, sepertinya anak kita sudah mendapatkan hidayah. Buktinya dia tidak memanggil kita mommy dan daddy lagi," ujar Azura dengan mata berbinar.

"Sepertinya memang begitu."

"Apa jangan-jangan ini karena ... " Lalu Azura kembali menoleh ke arahnya putranya. "Riq, kamu belum jawab pertanyaan Ibu loh, yang kamu tabrak itu cewek apa cowok? Benar tebakan ibu kan? Dia cewek kan?"

Dan disinilah kini mereka berada. Di depan sebuah ruang perawatan VIP. Tadi Ariana sempat masuk UGD karena kepalanya yang berdarah. Tapi karena lukanya tidak begitu parah, jadi ia sudah dipindahkan ke ruang perawatan.

"Jadi keadaan pasien bagaimana, Dok?"

"Keadaan pasien sudah lebih baik. Tapi pasien tetap harus menjalani perawatan sebab menurut hasil pemeriksaan, penyakit asam lambung pasien sedang kambuh. Mungkin hal ini yang membuat pasien tidak bisa berkonsentrasi saat menyetir. Apalagi suhu tubuhnya sedikit lebih hangat akibat sakit asam lambungnya itu."

"Asam lambung?" Arkandra yang mantan seorang dokter tentu paham penyebab kambuhnya penyakit satu itu.

"Iya, Pak. Menurut hasil pemeriksaan tadi, sepertinya pasien memiliki pola makan yang tidak teratur. Ditambah psikisnya sedang tidak baik-baik saja sehingga memicu asam lambungnya naik," ujar dokter muda tersebut. Ia tidak tahu kalau Arkandra merupakan mantan dokter. Bahkan rumah sakit itu sudah seperti rumahnya dulu. Tapi itu dulu, sebelum bertemu Azura.

Athariq hanya menyimak. Ia pun paham hal tersebut. Bagaimana tidak, ayahnya seorang mantan dokter. Perpustakaan ayahnya saja dipenuhi dengan berbagai macam buku yang berhubungan dengan dunia kedokteran dan medis. Athariq yang memiliki hobi membaca jadi sering membaca buku-buku ayahnya tersebut. Hanya saja ia tidak mengikuti jejak masa lalu sang ayah yang merupakan seorang dokter. Namun ia merupakan sarjana farmasi dan manajemen bisnis. Ia mengambil pendidikan itu sebab perusahaan yang dipegang sang ayah bergerak di bidang farmasi. Kedua adiknya tidak ada yang berminat meneruskan perusahaan. Akhirnya, Athariq pun memilih untuk bekerja di perusahaan keluarga mereka.

Setelah memberikan penjelasan, dokter pun segera berlalu. Athariq dan keduanya pun segera masuk untuk melihat kondisi Ariana.

"Masya Allah, Riq, calon istri kamu cantik sekali," seru Azura terkagum-kagum. Athariq sampai melotot dan segera menutup mulut ibunya. "Ariq, apaan sih? Lepas! Nggak sopan banget jadi anak! Sayaaang ... "

Mendengar rengekan sang istri, Arkandra pun segera melotot ke arah sang anak.

"Ibu sih! Jangan ngomong sembarangan. Mana suara ibu berisik banget. Dia kan sedang istirahat. Nanti malah ganggu!" bisik sang putra.

"Cie, perhatian banget sih!" goda Azura membuat Athariq menghembuskan nafasnya kasar.

"Bu, jangan sembarangan menjodohkan. Gimana kalau ia sudah memiliki kekasih atau suami?" Athariq ingat saat bertemu di supermarket, ada seorang laki-laki yang merangkul pinggang Ariana. Bisa Athariq tebak kalau Ariana memiliki hubungan dengan laki-laki itu.

"Itu kan kalau ... artinya belum pasti. Kalaupun benar, yang namanya jodoh itu nggak akan kemana. Yang nikah aja bisa cerai, apalagi kalau cuma sekedar pacaran. Bisa aja putus. Tapi semoga aja memang dia jodoh kamu, ya, Riq. Soalnya ibu udah jatuh cinta pada pandangan pertama sama dia." Azura menatap Ariana yang sedang tertidur dengan senyum mengembang.

"Astaga ... Untung ibu sendiri. Coba bukan. Pasti udah dari tadi aku ... "

"Aku apa? Hayo? Mau sparing sama ibu? Ayo!" tantang Azura yang sifat menyebalkan ternyata tak pernah berubah. Athariq hanya bisa mendengus pelan. Sementara Arkandra justru mengulum senyum.

"Sudah, sudah. Oh ya, Riq, kamu sudah menghubungi keluarganya?"

"Belum, Yah! Soalnya ... "

Krieet ...

Tiba-tiba pintu terbuka dari luar. Seorang dokter masuk dengan tergesa diikuti seorang perawat di belakangnya.

"Ana, kamu kenapa, Nak? Apa yang terjadi padamu?" lirih Samudera. Matanya memerah saat melihat ada kain kassa yang melingkari kepalanya.

Samudera pun menggenggam tangan Ariana yang terasa dingin. Tadi salah seorang perawat tiba-tiba datang menemuinya. Lalu ia mengatakan kalau ada pasien yang begitu mirip dengan Ariana. Perawat itu memang sudah beberapa kali bertemu dengan Ariana. Oleh sebab itu, saat melihat wajah seorang pasien kecelakaan yang begitu mirip dengan Ariana, perawat itupun segera melaporkannya pada direktur mereka.

Samudera lantas segera mencoba menghubungi Ariana, tapi panggilan itu tak kunjung dijawab. Ponsel Ariana dalam mode silent dan berada di dalam tas. Sementara tas itu tergeletak di atas nakas ruang perawatan sehingga tidak ada yang mengetahui kalau Samudera mencoba menghubunginya.

Samudera yang cemas pun segera berlari menuju ruangan dimana Ariana berada. Ia berharap, korban kecelakaan itu bukanlah putrinya. Tapi harapan tak sesuai ekspektasi sebab saat melihat pasien yang tergeletak di atas brankar, ternyata itu benar-benar Ariana---putrinya.

"Maaf, Anda ... " Samudera yang tadinya hendak menangis pun menoleh. Matanya terbelalak saat melihat Arkandra.

"Anda ... Dokter Arkan kan?"

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

Emak Aisyah

Emak Aisyah

kenapa di sini mana depannya A semua🤦🤦🤦🤦

2024-05-07

0

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

ternyata orang tua mereka saling kenal

2024-04-24

0

My Isti

My Isti

buang aja danang kelaut sekidul

2024-04-23

0

lihat semua
Episodes
1 Rahasia di laptop suamiku
2 Sebuah Tekad
3 Jangan-jangan dia ...
4 Praduga
5 Sebuah kenyataan
6 Bertemu
7 Pertengkaran
8 Sebuah nasihat
9 Brakkk and Deal
10 di rumah sakit
11 Firasat seorang ibu
12 Don't judge a book by it's cover
13 Athariq Satya Nugraha
14 Bolehkah ...
15 Melihat
16 Foto
17 Kemarahan Samudera
18 Tamu dadakan
19 Sebuah keputusan
20 Surat peringatan
21 Bertubi-tubi
22 Keputusan tepat
23 Selalu bertabrakan
24 Pulang
25 Pertengkaran
26 Diculik ...
27 Harga mati
28 Ancaman Giandra
29 Sidang perdana
30 Bertemu
31 Kedatangan Danang
32 Desas-desus dan cemoohan
33 Bertubi-tubi II
34 Ikut nongkrong
35 Jum'at berkah I
36 Jum'at Berkah II
37 Azura vs Danang
38 Kutukan
39 Bertemu
40 Terbongkar
41 Paparazi dadakan
42 Sebuah kebenaran
43 43
44 Sebuah penawaran
45 Skak mat
46 Tolong bantuan laporin plagiat karya
47 Diculik?
48 Bugh
49 Byur ...
50 baper?
51 Makan siang pengganti
52 SIM
53 53
54 Athariq
55 Eneng
56 Eneng lagi
57 Coklat Swiss
58 Ku .... dengan Bismillah
59 Jodi
60 Kerja sama
61 Berkunjung
62 Takut
63 Provokasi
64 Selamat bersenang-senang!
65 Judulin sendiri! Hehehe ...
66 Solo karir
67 Flashback
68 Anugerah
69 3 sampai 5
70 Orisinil
71 Ariana adalah istriku
72 Dipecat
73 Penyesalan
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 Mutiara Kasih Bunda Ana
80 80
81 81
82 82
83 83 (S2 DD)
84 84
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90
91 91
92 92
93 93
94 Bukankah itu ....
95 95
96 96
97 97
98 98
99 99
100 100
101 101
102 102
103 103
104 104
105 105
106 106
107 107
108 108
109 109
110 110
111 111
112 112
113 113
114 114
115 115
116 Berdamai dengan masa lalu
117 117
118 118
119 119
120 The End
121 Bonchap RW 1
122 Bonchap RW 2
123 Bonchap RW 3
124 Bonchap RW 4
125 Bonchap RW 5
126 Bonchap RW 6
127 Bonchap RW 7
128 Bonchap RW 8
129 Bonchap RW 9
130 Bonchap RW 10
131 Bonchap RW 11
132 Bonchap RW 12
133 Bonchap RW 13
134 Bonchap RW 14
135 Bonchap RW 15
136 Bonchap RW 16
137 Bonchap RW 17
138 Bonchap RW 18
139 Bonchap RW 19
140 Bonchap AA
141 Ending sebenarnya
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Rahasia di laptop suamiku
2
Sebuah Tekad
3
Jangan-jangan dia ...
4
Praduga
5
Sebuah kenyataan
6
Bertemu
7
Pertengkaran
8
Sebuah nasihat
9
Brakkk and Deal
10
di rumah sakit
11
Firasat seorang ibu
12
Don't judge a book by it's cover
13
Athariq Satya Nugraha
14
Bolehkah ...
15
Melihat
16
Foto
17
Kemarahan Samudera
18
Tamu dadakan
19
Sebuah keputusan
20
Surat peringatan
21
Bertubi-tubi
22
Keputusan tepat
23
Selalu bertabrakan
24
Pulang
25
Pertengkaran
26
Diculik ...
27
Harga mati
28
Ancaman Giandra
29
Sidang perdana
30
Bertemu
31
Kedatangan Danang
32
Desas-desus dan cemoohan
33
Bertubi-tubi II
34
Ikut nongkrong
35
Jum'at berkah I
36
Jum'at Berkah II
37
Azura vs Danang
38
Kutukan
39
Bertemu
40
Terbongkar
41
Paparazi dadakan
42
Sebuah kebenaran
43
43
44
Sebuah penawaran
45
Skak mat
46
Tolong bantuan laporin plagiat karya
47
Diculik?
48
Bugh
49
Byur ...
50
baper?
51
Makan siang pengganti
52
SIM
53
53
54
Athariq
55
Eneng
56
Eneng lagi
57
Coklat Swiss
58
Ku .... dengan Bismillah
59
Jodi
60
Kerja sama
61
Berkunjung
62
Takut
63
Provokasi
64
Selamat bersenang-senang!
65
Judulin sendiri! Hehehe ...
66
Solo karir
67
Flashback
68
Anugerah
69
3 sampai 5
70
Orisinil
71
Ariana adalah istriku
72
Dipecat
73
Penyesalan
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
Mutiara Kasih Bunda Ana
80
80
81
81
82
82
83
83 (S2 DD)
84
84
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
Bukankah itu ....
95
95
96
96
97
97
98
98
99
99
100
100
101
101
102
102
103
103
104
104
105
105
106
106
107
107
108
108
109
109
110
110
111
111
112
112
113
113
114
114
115
115
116
Berdamai dengan masa lalu
117
117
118
118
119
119
120
The End
121
Bonchap RW 1
122
Bonchap RW 2
123
Bonchap RW 3
124
Bonchap RW 4
125
Bonchap RW 5
126
Bonchap RW 6
127
Bonchap RW 7
128
Bonchap RW 8
129
Bonchap RW 9
130
Bonchap RW 10
131
Bonchap RW 11
132
Bonchap RW 12
133
Bonchap RW 13
134
Bonchap RW 14
135
Bonchap RW 15
136
Bonchap RW 16
137
Bonchap RW 17
138
Bonchap RW 18
139
Bonchap RW 19
140
Bonchap AA
141
Ending sebenarnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!