Episode 4

Sekarang musim penghujan, jadi Dylan dan teman-temannya tidak dapat turun ke laut. Mereka hanya mengobrol di pelabuhan, lebih tepatnya di dalam kapal kecil milik mereka.

Mereka satu kapal, membeli dengan uang mereka berempat. Mereka patungan mengumpulkan uang untuk membeli kapal tersebut.

"Bu, disini jika buka usaha, apa yang paling laris Bu?" tanya Kayvira.

"Kamu mau buka usaha, nak? Tapi usaha apa? Dan modalnya?" tanya Sumarni.

"Makanya aku bertanya pada ibu, disini usaha apa yang cocok?"

"Susah Nak, disini jauh dari pasar. Jika mau kepasar pun harus perjalanan 2 jam kalau pakai kendaraan. Dan juga jalannya tidak terlalu bagus," jawab Sumarni.

"Ngomongin apa sih? Tadi aku dengar sekilas tentang usaha. Kamu mau buka usaha Vira?" tanya Dylan yang tiba-tiba masuk kedalam kamar tempat Kayvira.

"Aku tanya ibu, kalau buka usaha, usaha apa yang cocok disini?"

"Disini susah jika ingin buka usaha, mungkin jika orang itu profesional. Tapi itu juga tidak mungkin, karena disini jauh dari pasar apalagi kota," jawab Dylan.

"Bisa antar aku ke pasar gak? Kita lihat dulu apa yang bisa kita manfaatkan nanti." Kayvira.

"Tapi kamu belum sembuh sepenuhnya Vira, aku takut nanti kamu tambah parah." Dylan.

"Tidak apa-apa, aku juga sudah sembuh kok."

Dylan tidak punya pilihan lain, ia pun menyewa mobil pick up milik kepala desa. Motor Kimbo dan Dylan ada, tapi karena kondisi Kayvira belum memungkinkan. Apalagi perjalanan mereka cukup jauh.

Setelah menyewa mobil, Dylan kembali menemui Kayvira. Keduanya pun berpamitan kepada Sumarni dan Kimbo.

"Mereka cocok ya Bu, satu tampan satu cantik," ucap Kimbo.

Sumarni tersenyum, ia juga sependapat dengan anaknya itu. Ia sangat setuju jika Dylan dan Kayvira bersama.

"Apa rencanamu setelah ini?" tanya Dylan. Saat ini mereka sudah dalam perjalanan menuju pasar.

"Kita tinjau dulu, bagaimana situasi disini? Apa saja yang bisa dijual disini?" tanya Kayvira balik.

Dylan fokus mengemudi, jadi obrolan mereka cuma sedikit. Apalagi jalanan nya banyak yang berlobang. Apalagi ini musim hujan jadi jalanan ada yang becek.

Akhirnya merekapun sampai ke pasar. Kayvira keluar dari mobil dengan dibantu oleh Dylan. Kayvira menggunakan kruk agar bisa berjalan dengan baik, meskipun pelan.

Kayvira melihat sekeliling ditemani Dylan sebagai penunjuk jalan. Kemudian Kayvira tersenyum. Dylan diam-diam memperhatikan senyum itu.

"Bagaimana? Apa ada yang menarik untuk buka usaha disini?" tanya Dylan.

"Sepertinya aku sudah menemukan yang cocok, tapi aku mau minta bantuan darimu," jawab Kayvira.

"Apapun itu, aku selalu siap!" jawab Dylan.

"Ayo kita kembali!" ajak Kayvira. Dylan pun mengangguk.

Saat keduanya ingin kembali ke mobil. Terdengar suara keributan, teriakan orang-orang dipasar itu. Mereka meneriaki copet.

Kayvira dan Dylan menoleh, ternyata orang itu berlari kearah mereka berdua. Dylan berusaha melindungi Kayvira dari orang itu.

Namun Dylan malah didorong oleh pencopet tadi. Kemudian pencopet itu mengeluarkan pisau dan menodongkan nya ke Kayvira.

Samar-samar Kayvira mengingat sesuatu, namun tidak terlalu jelas. Malah kepalanya yang sakit.

"Jangan mendekat, jika ada yang mendekat maka pisau ini akan menancap pada gadis ini!" ancam pria itu.

Dylan yang hendak menolong Kayvira pun berhenti dan ia mencari cara untuk melawan pria itu.

Para warga yang tadi mengejar pria itu pun hanya menyaksikan. Karena mereka juga takut, tindakan mereka bisa membahayakan gadis itu.

Anehnya, meskipun ditodong pisau. Kayvira terlihat begitu tenang. Matanya melirik titik lemah pria. Saat pria lengah, Kayvira menyikut bagian rusuk pria itu.

Buugh ...

"Aaakh" pria itu menjerit. Kemudian dengan entengnya Kayvira membanting tubuh pria itu hingga terjungkal ke tanah.

Para warga yang tadi menonton pun dibuat takjub, mereka mengira jika gadis didepannya itu lemah. Tau-tau nya sangat kuat, hingga bisa membanting tubuh pria itu.

Dylan pun segera meringkus pria itu. Dan meminta warga untuk membawanya ke kantor polisi.

"Wah si Eneng hebat banget," puji wanita paruh baya.

"Iya, udah cantik kuat, lagi," puji yang lainnya.

Kayvira hanya tersenyum, ia tidak tahu harus menanggapi apa? Omongan ibu-ibu itu.

"Sudah punya pacar neng? Anak saya ada lagi kerja di kota. Mapan dan tampan," tanya wanita paruh baya itu.

"Maaf Bu, ini suami saya," jawab Kayvira asal. Dylan menoleh seketika jantungnya berdegup kencang. Dylan memegangi dadanya. Kemudian ia mengajak Kayvira pulang.

Saat didalam mobil, Kayvira baru merasakan jika kakinya sakit. Tadi ia lupa jika ia masih belum sembuh sepenuhnya.

"Kamu tidak apa-apa? Tadi kamu, bagaimana bisa?" tanya Dylan.

"Aku juga tidak tahu, aku refleks tadi," jawab Kayvira.

"Tidak mungkin, siapa kamu sebenarnya? Dari gerakan mu terlihat kamu ahli beladiri," batin Dylan.

"Ya sudah, kita pulang ya. Kita obati kakimu di rumah," ucap Dylan.

Kayvira mengangguk. Sepanjang perjalanan keduanya saling diam, hingga hampir satu jam perjalanan, barulah Dylan buka suara.

"Lalu apa kira-kira usaha yang akan kamu buat?" tanya Dylan.

"Bagaimana jika kita buat usaha kerupuk ikan. Aku rasa itu cocok. Nanti kita bisa pasarkan jika sudah terkenal. Tapi semua butuh proses," ucap Kayvira.

"Aku setuju, tapi kita tidak punya banyak modal," kata Dylan.

"Kita bisa mulai dengan perlahan, kita buat sedikit dulu. Nanti bila sudah laku dan ada modal, kita bisa buat lebih banyak lagi," ucap Kayvira.

Dylan mengangguk, kini ia semakin yakin jika gadis disampingnya ini bukan gadis biasa. Dari cara dia bicara tentang bisnis sudah membuktikan bahwa gadis ini hebat.

Apalagi tadi saat Dylan melihat dengan mata kepalanya sendiri. Saat Kayvira dengan entengnya membanting tubuh pria yang dua kali lipat lebih besar darinya.

Ya meskipun Kayvira hilang ingatan, namun darah pembisnis keluarga nya tetap mengalir di tubuhnya.

Dylan dan Kayvira akhirnya datang ke rumah bapak kepala desa. Tadi saat Dylan menyewa mobil, motornya ia titipkan di rumah pak kepala desa.

"Terima kasih pak," ucap Dylan. Kayvira dan Dylan pun pamit dengan mengendarai motornya.

"Bagaimana Nak?" tanya Sumarni. Saat ini Dylan dan Kayvira sudah tiba di rumah.

"Bu, aku memutuskan untuk buka usaha kerupuk ikan, ibu bantu aku ya," pinta Kayvira.

"Pasti ibu bantu, tapi apa kamu yakin, Nak? Sementara disini sulit dan jauh dari jangkauan."

"Yakin Bu, setidaknya kita sudah berusaha."

Sumarni mengangguk. Dylan juga setuju, dan nanti hasil tangkapan ikannya akan diberikan kepada Kayvira untuk mengolahnya. Dan sebagian akan di jual.

"Oya Bu, kaki Vira sakit. Tadi ada kekacauan sedikit," kata Dylan.

"Sini ibu periksa," pinta Sumarni.

Kayvira pun membiarkan Sumarni memeriksa kakinya. Kebetulan Sumarni juga bisa dalam membetulkan tulang yang patah, keseleo dan sebagainya.

Terpopuler

Comments

Astuti tutik2022

Astuti tutik2022

hilang ingatan tak masalah asalkan otak bisnis tetap jln😁😁

2024-05-09

1

Yulia Pancawati

Yulia Pancawati

lanjut

2024-05-04

1

Sani Srimulyani

Sani Srimulyani

beda kalo darah pebisnis udah mendarah daging.

2024-04-16

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!