Episode 20

Waktu berlalu begitu cepat, tidak terasa lima bulan sudah berlalu. Setelah kepergian Kayvira, Dylan mencoba melalui hari-harinya tanpa Kayvira.

Dylan meneruskan usaha yang dibangun bersama dengan Kayvira. Hingga kini usaha yang ditekuni mengalami kemajuan.

Namun semua itu tidak bertahan lama. Mengapa? Karena hari ini Dylan akan memperjuangkan cintanya dan merebut kembali hak-nya yaitu harta yang sudah dirampas.

Dylan tersenyum sambil melipat pakaian nya dan memasukkan kedalam tas ransel yang baru beberapa hari ia beli di kota.

"Hati-hati di jalan, dan kabari bila sudah sampai disana," pesan Sumarni.

Sumarni tidak menangis, ia tidak ingin terlihat sedih dihadapan Dylan. Namun Dylan tahu jika ibu angkatnya ini berar berpisah dengannya.

"Iya Bu, doakan Dylan ya Bu. Semoga Kayvira tidak melupakan Dylan dan kita semua disini," ujar Dylan.

Dylan meminta pak kepala desa untuk mengantar nya ke bandara. Karena Dylan akan menggunakan pesawat.

Perkampungan tempat Dylan tinggal sudah berubah, jalan sudah bagus, dan ada beberapa buah kapal besar untuk para nelayan menangkap ikan. Dan juga dibangun beberapa buah rumah bertingkat seperti rumah susun untuk para warga yang rumahnya tidak layak huni.

Sementara rumah Sumarni, juga dibangun kembali. Bahkan lebih besar dari yang dulu. Dan penduduk disini sekarang lebih mudah untuk ke pasar.

"Dylan pergi dulu ya Bu," pamit Dylan. Tidak lupa ia memeluk Sumarni dan mencium pipi juga tangan Sumarni.

Kemudian Dylan berpindah pada Kimbo yang diam saja disudut ruangan. Dylan memeluk Kimbo dan berpesan.

"Jaga ibu dengan baik, nanti jika urusanku sudah selesai, kalian akan aku jemput dan kita bisa tinggal bersama lagi."

Kimbo tidak menjawab, ia hanya mengangguk dan airmata nya sudah tidak dapat dibendung lagi.

"Jangan cengeng, aku bukan pergi selamanya," ucap Dylan.

Sumarni terlihat tenang, padahal dalam hatinya menjerit. Setelah berpamitan, Dylan pun masuk kedalam mobil milik pak kepala desa yang sudah menunggunya.

Pak kepala desa sangat bersyukur, berkat Dylan menyelamatkan Kayvira, desa mereka jadi berubah.

Setelah kepergian Dylan, barulah Sumarni menangis sejadi-jadinya. Sejak tadi ia berusaha kuat dan tidak menangis. Hanya karena takut menghambat perjalanan Dylan.

Dalam perjalanan, Dylan tidak berkata apa-apa. Pak kepala desa juga mengerti dan tidak mau mengajak Dylan untuk berbicara.

Pak kepala desa hanya memperhatikan Dylan yang sesekali menghapus airmata nya.

"Semoga kamu bisa mendapatkan apa yang kamu impikan," ucap Pak Karim membuka suara.

"Bapak tau perasaanmu, kejarlah cintamu jika itu patut kamu perjuangkan. Bapak bisa melihat jika nak Vira juga punya perasaan yang sama."

"Iya Pak, tapi sekarang keadaan sudah berbeda. Aku takut Kayvira tidak mengenali ku lagi."

"Ingatan boleh lupa, tapi hati tidak bisa dibohongi."

Dylan mengangguk, "semoga ya Pak."

"Aamiin, bapak turut berbahagia. Tuhan sudah punya rencana untuk kalian. Jika tidak kalian tidak akan dipertemukan."

Dylan tersenyum, karena jalan sudah bagus, jadi untuk pergi ke kota lebih singkat dari sebelumnya.

Tanpa terasa, mereka pun tiba di kota. Dan mereka akan langsung ke bandara. Dylan sudah mengganti identitasnya. Dia juga membuat paspor agar nanti bisa bepergian jauh.

Dylan sengaja tidak menghubungi Kayden, nanti bila ia sudah sampai disana, barulah ia akan menghubunginya.

"Apa kamu sudah beli tiket pesawat, Nak?"

"Saya beli lewat online Pak, sekarang semua serba mudah."

Mereka tiba di bandara, Dylan keluar dari mobil dan memberikan sejumlah uang kepada pak Karim. Pak Karim menolak, namun Dylan memaksanya.

Dylan melambaikan tangan saat memasuki bandara tersebut, Pak Karim masih menunggu sampai Dylan benar-benar berangkat.

Kini Dylan sudah berada didalam pesawat, ia menuju kota kelahiran Kayvira. Dylan tersenyum dan berharap bisa bertemu dengan Kayvira secepatnya.

Setelah menempuh perjalanan beberapa jam, Dylan akhirnya sampai ditempat tujuan. Dylan mencari taksi yang akan mengantar nya ke hotel. Untuk pertama kalinya ia ke kota ini, jadi Dylan sedikit kebingungan.

Dylan memilih kamar hotel yang tidak terlalu mahal, yang penting dia bisa beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan selanjutnya.

"Saya mau pesan kamar untuk satu malam," ucap Dylan. Kebetulan hari sudah sore, dan besok pagi baru dia menghubungi Kayden.

Resepsionis hotel memandang penampilan Dylan yang bukan seperti orang kaya. Lalu tanpa berkata menyerahkan kunci kamar yang paling murah.

"Terima kasih," ucap Dylan dengan sesopan mungkin. Ia tahu jika dia dipandang rendah. Namun ia tidak peduli, menurutnya itu tidak penting, yang penting ia dapat kamar dan bisa beristirahat dengan tenang.

"Maaf, nomor kamar ini lantai berapa ya?" tanya Dylan.

"Dua!" jawab resepsionis ketus.

Dylan tidak lagi menanggapi, ia langsung berjalan menuju lift. Sementara resepsionis masih menatapnya sinis hingga Dylan masuk kedalam lift.

"Mengapa kamu begitu ketus melayani tamu?" tanya temannya yang baru tiba dari toilet. Tadi ia sempat melihat temannya melayani Dylan.

"Diam kamu, tamu miskin tidak perlu dihormati."

Temannya hanya geleng-geleng kepala, ia malas menanggapi lagi, lalu diam. Jika dilayani maka urusannya bakal panjang.

Dylan tiba di lantai dua, dia mencari-cari nomor kamar yang akan ditempati. berulang kali ia mencari nomor kamar tersebut tidak ketemu.

"Maaf mas, bisa saya bantu?" tanya cleaning service yang bertugas di lantai dua.

"Saya mencari nomor kamar ini mbak, tapi kok gak ada," jawab Dylan.

"Boleh saya lihat mas," pinta wanita itu.

Dylan memperlihatkan kartu nomor kamar tersebut, dan wanita itu menggeleng, "ini bukan di lantai dua mas, tapi kamar ini ada di lantai 4."

"Tapi resepsionis itu bilang di lantai dua?"

Wanita itu menggeleng, "mari mas saya antar."

Dylan pun mengikuti wanita itu hingga tiba di depan kamar yang dimaksud. Wanita itu tidak habis pikir, mengapa ada resepsionis yang menipu tamu dengan cara seperti itu?

"Terima kasih mbak, ini terimalah," ucap Dylan sambil menyerahkan uang merah dua lembar.

Wanita itu menolak, karena ia menolong dengan ikhlas. Namun Dylan memaksanya untuk menerima uang itu.

Setelah wanita itu pergi, Dylan pun membuka pintu kamar dengan menggunakan akses tersebut. Dylan masuk dan langsung merebahkan tubuhnya diatas ranjang.

Sudah lama Dylan tidak merasakan ranjang empuk seperti ini. Kamar yang paling murah di hotel ini harga permalam nya pun masih mencapai jutaan.

Dylan bangkit dan masuk kedalam kamar mandi, ia ingin membersihkan diri terlebih dahulu baru setelah itu istirahat.

Namun setelah mandi dan berganti pakaian lengkap, Dylan merasa sangat lapar. Karena sejak tadi belum makan. Niatnya ingin langsung istirahat pun tertunda. Ia tidak akan bisa tidur jika perutnya lapar.

Beruntung Dylan punya ponsel pemberian Kayvira waktu itu, jadi ia bisa menghubungi Kayden nantinya.

Dylan pun keluar untuk mencari makanan. Ia ingin mencari makanan yang murah saja, yang penting bisa mengisi perutnya yang lapar.

Terpopuler

Comments

Astuti tutik2022

Astuti tutik2022

Semangat bang Dyyy mengejar cinta dan cita"

2024-05-09

2

Azzahra Asyilla

Azzahra Asyilla

cuma resepsionis aja sombong amat

2024-04-15

2

StAr 1086

StAr 1086

Semangat Dylan....

2024-04-14

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!