Maaf

Baru saja mawar bernafas lega saat berada di meja kerjanya, tiba-tiba ia dikejutkan dengan deringan telpon dari mejanya.

📞_" Selamat pagi menjelang siang dengan--" ucapan mawar langsung terhenti saat mendengar suara sang CEO.

📞_" Minta pada manager perencanaan untuk mengantarkan file tentang perencanaan mereka untuk bulan depan" perintah Gerald tegas dan langsung memutuskan panggilan.

" Baik tuan " jawab mawar pelan seraya meletakkan gagang telfon pada tempatnya, dalam hati ia sangat ingin mengumpat dan memakai bos yang bahkan usianya 6 tahun dibawah nya itu.

' Dasar bocil labil, kalau bukan bos udah gue cekik biar ga bisa nafas sekalian,rugi banget Tuhan kasi dia wajah bak Dewa,tapi minus akhlak ' omel mawar bersungut-sungut seraya meraih gagang telepon dan melakukan panggilan ke divisi perencanaan untuk menyampaikan perintah Gerald.

Sedangkan di divisi keuangan kedua sahabat Syifa asyik tersenyum simpul dan menatap Syifa dengan penuh arti.

" Kalian kenapa sih,dari tadi aku perhatikan senyum -senyum terus?" tegur Mira yang merasa heran dengan tingkah Mona dan lyly.

" Trus kamu kenapa Fa mbak perhatikan sejak keluar dari ruang meeting tadi kayak ga semangat gitu,beda dengan mereka" tanya Mira beralih menatap Syifa.

" ngak kok mbak biasa aja " jawab Syifa seraya berusaha untuk menampilkan senyuman nya.

" Biasa mbak ada yang ketemu mantan terindah" ledek Mona dan lyly bersamaan.

" Kalian apaan sih, jangan ngawur deh,ntar ada yang denger jadi salah paham lagi" omel Syifa pada Mona dan lyly.

" kok ngawur sih? Ga boleh loh nge hindar gitu, selesai kan biar jelas " ucap Mona santai.

" Mon.. please stop...udah ya ngadi-ngadi nya, jangan bikin sumber gosip Ok..ga ada yang perlu di perjelas antara aku dan dia" ucap Syifa tegas.

" Ok sorry " ucap Mona lembut.

" Sebenarnya Kalian itu ngomongin apa sih,gitu ya pake rahasia sama mbak" ucap Mira memasang ekspresi sedih.

" Ga ada yang perlu di ceritain mbak,ga ada yang spesial juga ceritanya, mereka aja pada lebay " jawab Syifa cepat.

" Yakin ga ada yang spesial? Mbak malah curiga antara kalian ada yang udah kenal atau mungkin pernah dekat dengan Tuan Sadewa asisten pribadi tuan Alexander" jawab Mira dengan nada curiga.

" Ngak mbak,kami ga terlalu kenal apalagi dekat, Mereka senior kami di Alexander High school,cuma itu ga lebih " cepat Syifa menjawab.

" Yakin..? sorry ya kok mbak ga yakin" ucap Mira jujur.

" Tapi Mbak.." ucap Syifa pelan.

" Stop...ga perlu di paksakan" potong Mira cepat.

" Mbak..-" ucapan Syifa terpotong karena suara handphone Mira yang menandakan ada yang memanggil.

📱" Ia pak...?" jawab Mira di barengi ekspresi tanda tanya.

📱_" ....."

📱_" Oh baik pak..baik,akan saya sampaikan sekarang juga" jawab Mira sopan, matanya menatap Syifa yang terlihat sedang menatap layar laptop nya.

" Fa... tolong antar kan File perencanaan bulan depan ke ruangan CEO ya,mbak sedang banyak banget laporan deadline nih " pinta Mira lembut.

" Mona atau Lyly aja ya mbak" pinta Syifa lirih.

" Jangan..barusan pak Ferdy telfon katanya harus kamu, karena kan saat merencanakan perencanaan itu kemarin kamu yang ikut Andil" jawab mira.

" Tapi mbak " lirih Syifa dengan wajah mengiba.

" Cepetan Fa..kita ga banyak waktu untuk debat , kamu ga mau kan kena amukan CEO kita? Mbak udah pernah cerita kan kalau putra Presdir kita itu ga sabaran banget orangnya " pinta Mira lembut.

" Ya udah deh mbak,mana File nya?" jawab Syifa pasrah, belum apa-apa keringat sudah mulai terlihat di kening nya.

" Santai aja, walaupun galak doi ga sembarangan juga kok marahin orang, palingan juga kamu di makan" ledek Mira santai.

" Mbak..." rengek Syifa manja,ia sedang sangat gugup malah di ledek.

" Ok... sukses ya" semangat Mira.

" Amin" balas Syifa.

" Kalau marah-marah ajak nikah aja Fa" seru Mona santai, sedangkan Lyly mengulum senyum agar tak terbahak.

Syifa benar-benar meninggalkan divisi perencanaan, menaiki lift menuju lantai atas tepatnya menuju ruang CEO, jantung nya semakin tak menentu saat lift berhenti dan terbuka menandakan bahwa saatnya Syifa keluar dari kotak besi tersebut.

" Huft..." helaan nafas berat Syifa hembuskan saat akan kembali melanjutkan langkahnya yang sempat ragu.

" Maaf mbak..saya di minta pak Ferdy untuk mengantarkan file ini, beliau sedang meeting" ucap Syifa sopan saat berada di depan meja seorang wanita yang ia yakini sekretaris sang pemilik ruangan itu.

" Mari ikut saya " jawab mawar ramah,ia sempat terpaku saat melihat Syifa.

' Gadis yang sangat cantik ' batin nya, bukan tanpa alasan ia mengakui kecantikan Syifa, karena ia dapat melihat dengan jelas bahwa tak ada jejak makeup sedikit pun di wajah Syifa.

" Baik mbak" patuh Syifa mengekor di belakang mawar.

" Silahkan" ucap mawar setelah mengetuk pintu ruangan sang CEO dan telah mendapatkan ijin dari sang pemilik ruangan.

Dengan jantung yang berdetak kencang sehingga tangan Syifa ikut sedikit bergetar,ia meyakinkan diri untuk segera masuk " Huft" lagi Syifa menghembuskan nafas beratnya.

" Permisi saya utusan dari divisi perencanaan diminta untuk mengantarkan file ini pada Anda tuan" ucap Syifa sopan dengan suara sedikit bergetar, keringat terlihat membasahi kening nya.

" Letakkan di atas meja" jawab Gerald dingin tanpa mengangkat wajahnya yang terlihat serius menatap laptop.

" Ba-baik pak" jawab Syifa masih gugup.

Perlahan Syifa melangkah maju dan meletakkan berkas yang sedari tadi ia pegang, matanya menatap pria yang berada di depan nya.

" Sudah selesai kan? Tinggal kan ruangan saya" perintah Gerald tegas,saat melihat Syifa masih berdiri di depan mejanya.

Hingga beberapa menit kemudian Gerald mengangkat wajahnya menatap Syifa yang terlihat masih tak bergeming, Gerald mengernyit heran melihat tingkah Syifa yang tak menuruti perintah nya.

" Kamu tuli? Hingga tidak mendengar ucapan saya?" tanya Gerald dingin namun bernada tegas.

" Ka-k...maaf jika memang aku pernah berbuat salah pada kakak, walaupun aku merasa ga pernah melakukan itu" ucap Syifa lembut, matanya berkaca-kaca dan Gerald melihat itu.

" Kamu tau siapa saya dan apa jabatan saya disini? jaga batasan kamu dan segera tinggalkan ruangan saya atau kamu ingin menggoda saya? " ucap Gerald tegas dengan nada naik satu oktaf.

Tak menjawab Syifa hanya mengangguk seraya menggeleng setelah mendengar ucapan pedas Gerald, secepat kilat Syifa membalikkan badannya meraih gagang pintu dan keluar dengan langkah cepat, bahkan setengah berlari,ia mengusap kasar air matanya yang mengalir deras membasahi pipinya, membuat mawar sangat terkejut dan penasaran dengan kejadian itu.

Sedangkan di divisi perencanaan Mira sedang mengintrogasi Mona dan lyly habis-habisan.

" Apa maksudnya ucapan kamu tadi Mon?" tanya Mira menatap Mona lekat.

" Ya tentang kenyataan yang mbak ingin tau " jawab Mona ambigu.

" Jawab yang jelas Mon,aku ga pandai menduga-duga " geram Mira.

" Nanti juga mbak bakal dapat jawabannya setelah Syifa balik dari ruangan CEO, kecuali kalau yang dia temui bukan CEO nya" jawab Mona semakin membuat Mira penasaran.

" Brakkk" dan benar saja tak berselang lama setelah Mona membuat Mira penasaran suara pintu terbuka dan tertutup kuat terdengar sehingga membuat ketiga wanita cantik yang berada di dalam ruangan itu terlonjak kaget.

" Fa... way...?" tanya Mona terkejut dengan kedatangan Syifa yang masih terlihat sesenggukan.

" Kenapa dia jahat Mon? Apa salah aku sama dia?" tanya Syifa dengan suara lirih.

" Dia bilang apa?" tanya Lyly penasaran, sedangkan Mira masih terdiam, antara penasaran dan juga terkejut.

" Bicaranya kasar banget dan dia nuduh aku mau godain dia" jawab Syifa jujur.

" Udah...ga usah di bawa ke hati, Oke... memang udah waktunya untuk kamu lupain kalau kalian pernah kenal " Bujuk Mona lembut.

" Heum... berarti aku harus kembalikan cincin ini,atau aku kasih ke orang aja ?" tanya Syifa polos.

"Coba kembalikan aja, karena kalau di kasi juga ga mungkin kan, tapi terserah kamu sih gimana enaknya " jawab Mona.

" Aku ga berani ngembaliin cincin ini langsung ke dia,nanti dia buat kayak beberapa tahun lalu lagi" ucap Syifa pelan.

" Emang dia ngapain kamu Hem?" tanya Mona penasaran.

" Dia...dia..dia ci-cium bibir aku" jawab Syifa polos dengan suara sangat lirih.

" What...Syifa..? Coba Lo ulangi lagi,gue ga salah denger kan?" tanya Mona histeris, sedangkan Lyly masih terdiam mematung dengan mulut terbuka,ia seakan baru saja mendengarkan berita yang sangat mengejutkan.

" Fa takut Mon,itu kan dosa banget" ucap Syifa lirih.

" Hust.. Udah ya...malah ketauan orang -orang ntar,Duh ternyata sahabat polos aku bibirnya udah ga pe-ra-wan lagi" bujuk Mona seraya meledek.

" Mona.." marah Syifa karena telah menggodanya.

" Tapi Fa...jadi penasaran gimana rasanya di ci-cium cowok setampan kak Gerald? Dingin juga ga sedingin sikap nya?" ledek Lyly dengan wajah menggoda.

" Stop..." pekik Syifa hampir saja berteriak.

Sedangkan di ruangan CEO.. Gerald tampak berdiri menghadap ke arah jendela kaca besar yang langsung menghadap ke arah jalanan ibukota,dari kaca itu ia juga bisa melihat aktifitas di area parkir dan gerbang GA Group.

Tatapan Gerald kosong, menatap jauh ke depan, namun tak ada yang tau apa yang sedang ia pandangi, tangan nya ia masukkan kedalam saku celana nya, pikiran nya terngiang dengan permintaan maaf Syifa tadi, bayangan Syifa yang meninggalkan ruangan nya dengan airmata mengalir menyisakan perih begitu dalam di hatinya.

" Aaarrggghhhh" teriak Gerald kuat,ia meremas kuat rambutnya dan mengusap kasar wajahnya, berharap bayangan Syifa menghilang dari ingatan nya,tapi sayang itu tak pernah berhasil bahkan sejak lima tahun lalu.

Hingga seseorang masuk ruangan nya tak Gerald sadari, hingga sepasang tangan lentik memeluknya dari belakang, membuat Gerald terlonjak kaget.

" Lepaskan Cin" ucap Gerald dingin saat ia tau dan yakin siapa pelakunya.

" Aku kangen Rald kamu balik indo ga bilang-bilang, bikin aku kaget tau" ucap Cindy lembut setelah melepaskan pelukannya.

" Ada apa kamu datang ke sini? Bukankah aku pernah bilang jangan pernah datang ke tempat aku kerja,aku ga suka me nyampur kan antara urusan pribadi dan kerja " ucap Gerald tegas dengan nada dingin.

" Sorry..aku cuma kangen aja, Ok aku bakal langsung balik" jawab Cindy lirih,ia sedikit kecewa,tapi apa daya..ia harus lebih bersabar jika ingin mendapatkan hati pujaan nya.

" Aku balik ya" ucap Cindy.

" HM.." Jawab Gerald singkat,ia bahkan tak membalikkan badannya atau melihat ke arah Cindy membuat gadis cantik itu merasa kecewa.

" Tumben ko terima tamu perempuan ke ruangan Lo?" tanya Dewa yang tiba-tiba muncul dari balik pintu,ia sempat melihat Cindy keluar dari ruangan sang CEO.

" Gua ga terima tamu,dia datang tiba-tiba dan udah gue suruh pergi" jawab Gerald santai.

" Nih berkas yang harus Lo tanda tangani sekarang, deadline itu dan ini data lengkap tentang Syifa sesuai permintaan Lo" ucap Dewa.

" HM... kalau udah selesai tinggalkan ruangan gue,gue mau sendiri " perintah Gerald tegas.

" Ok .. pikirkan dengan kepala dingin" nasehat Dewa.

" HM" jawab Gerald singkat.

Seakan tau isi pikiran sang bos sekaligus sahabat nya itu,Dewa tak mengucapkan apapun lagi,ia bergegas meninggalkan ruangan yang bertuliskan CEO,dewa tau pikiran Gerald pasti ini sedang kalut karena ia juga melihat Syifa yang keluar dengan wajah sembab seraya berjalan cepat.

Tapi fakta baru justru ia temukan saat kembali melihat malah Cindy yang keluar dari ruangan itu dengan wajah yang terlihat menahan emosi.

" Huft..apa baru saja ada keributan antara istri tua dan istri muda ya??" pikir dewa terdengar konyol.

" Pak dewa sebenarnya ada apa sih? " tanya mawar yang terlihat masih kebingungan.

" Oh..itu ...biasa pak masalah rumah tangga" jawab Dewa asal.

" Maksudnya tuan muda sudah menikah? Tapi yang mana istrinya?" tanya mawar semakin penasaran.

" Menurut mbak yang mana yang terlihat paling cocok?"tanya Dewa semakin ngawur.

" Kalau saya pribadi sih pasti lah milih yang pakai hijab tadi,ga cuma cantik wajahnya aja,tapi juga hatinya, kata-katanya lembut dalam berkata " ungkap mawar antusias.

" Pilihan tepat,ok mbak thanks untuk kejujurannya baru saja" ucap Dewa cepat.

Ia kembali melanjutkan langkahnya menuju ruangan kerja milik nya, meninggalkan rasa bingung dan penasaran.

" Kok jadi makin pusing ya" batin mawar.

" Huft dasar para orang kaya,ga perlu repot-repot nyari mah kalau perempuan,pada datang sendiri " tambah nya bermonolog sendiri.

Cindy meninggalkan GA Group dalam keadaan yang kecewa,tapi apa daya is sangat tau karakter Gerald,ga akan bisa di bujuk saat hatinya sedang banyak pikiran dan Cindy kira Gerald sedang banyak pikiran tentang pekerjaan karena ia mengira Gerald kembali ke Indonesia secara dadakan.

Terpopuler

Comments

Pahrul Alfan

Pahrul Alfan

mana lanjutannya tor 🙏🙏

2024-01-16

0

Yenni Lestari

Yenni Lestari

next

2024-01-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!