Hari Terakhir

Waktu terasa begitu cepat bagi orang-orang yang menjalani nya dengan perasaan senang,tapi tidak untuk para pelajar baru di Alexander High school.. setiap harinya mereka merasa jarum jam begitu lama berputar,dan akhirnya waktu yang mereka tunggu-tunggu tiba juga,yaitu berakhir nya masa orientasi, dengan begitu maka akan berakhir juga penderitaan mereka yang setiap harinya harus rela berpanas-panasan berbaris di lapangan hingga berjam-jam.

" Ok... berhubung hari ini adalah hari terakhir..Maka saya akan memberikan tugas terakhir pada kalian,dan saya harap kalian menyelesaikan nya dengan cepat sebagai mana beberapa hari-hari sebelumnya dan tugas terakhir ini ga sulit kok" ucap sang ketua panitia.

" Kalian cukup minta tanda tangan beberapa senior minimal 15 orang lengkap dengan nama lengkap nya,tapi saya juga akan merekomendasikan tiga nama yang wajib kalian cari untuk satu orang,disini..di dalam boks ini sudah ada gulungan kertas yang berisikan nama-nama tersebut,jadi kalian bisa pilih 3 ya,ingat ga di izinkan untuk tukar, paha??" ucap sang ketua panitia menjelaskan.

" Paham kak" jawaban kompak terdengar dari para junior.

" Ok ..kita mulai,bubar barisan seperti biasa dengan cara berbaris seraya mengambil 3 gulungan kertas dalam boks ini, karena sudah paham dan siap,mari kita mulai" ucap lagi sang ketua panitia.

Para siswa baru terlihat sangat rapi mulai membentuk beberapa barisan dan berjalan pelan menuju boks yang di maksud sang ketua panitia, hal yang sama juga dilakukan oleh Syifa dan lyly, keduanya mengambil 3 gulungan dan membukanya, hingga dengan jelas terlihat nama-nama para senior yang harus mereka cari dan peroleh tanda tangan serta nama lengkap mereka.

"siapa aja nama yang harus Lo berdua cari?" tanya Mona,gadis cantik dengan rambut sebahu, mata sipitnya menunjukkan bahwa ia masih memiliki darah campuran Tionghoa, dan mereka baru berkenalan di hari ketiga masa orientasi,gadis yang tampak ceria dan humble itu mengatakan ingin berteman dengan Syifa dan lyly.

" Punyaku... Sadewa, Jonathan dan Susan" jawab Lyly setelah membaca kertas di tangan nya,Susan adalah gadis cantik yang memegang jabatan sebagai bendahara OSIS dan salah satu sahabat Nadia Ervina.

" Lo Fa?" tanya Mona pada Syifa setelah mendengar jawaban dari Lyly.

" Nadia Ervina, Arjuna dan Gerald" jawab Syifa seraya membaca kertas di tangan nya.

" Hah...Lo yakin ga salah baca?" tanya Mona pada Syifa.

" Yakin...nih lihat aja,ga salah baca deh kayaknya " jawab Syifa polos.

" Ia gue percaya Lo emang ga salah baca,tapi nama yang Lo baca itu yang bikin pemikiran gue salah fokus " jawab Mona lucu.

" Emang ada apa dengan nama-nama ini?' tanya Syifa polos, sementara Lyly dan Mona tak menduga Syifa mendapatkan nama tersebut.

" Nadia itu yang kemarin bentak-bentak Lo,dan Gerald itu... ketua OSIS kita yang selalu bikin para ciwi-ciwi menggigil tiap liat dia, diantara tiga nama yang wajib Lo cari cuma yang namanya Arjuna aja yang ga menakutkan" terang Mona.

" Terus mau gimana lagi coba? ga boleh tukar juga kan" jawab polos Syifa.

" Mana boleh,ya udah deh kita cus cari,ntar gue bantuin Lo cariin deh, kalau punya Lyly lumayan gampang,jadi kita cari punya Lyly aja dulu, tapi tenang... nama-nama yang kalian pegang itu satu geng mereka, kalau yang satu ketemu yang lain pasti ada juga" ucap Mona.

Gadis cantik itu memang cukup paham dengan sekitarnya, bagaimana tidak sejak sekolah Dasar ia bersekolah di yayasan Alexander dan gedung mereka hanya terpisah taman-taman saja, hanya gedung untuk sekolah dasar yang gerbang nya terpisah, namun masih bersebelahan.

" Terus punya kamu siapa aja namanya?" tanya Syifa pada Mona.

" Nih... punya gue..mah gampang banget nyarinya dan orangnya juga lumayan gampang,cuma satu ini aja yang mungkin sedikit susah " jawab Mona seraya menunjukkan kertas nya.

Ke tiga remaja cantik itu mulai berjalan menyusuri sekolah,tak lupa sesekali meminta tanda tangan serta nama lengkap pada beberapa senior yang berpapasan dengan mereka, berbagai macam sikap yang mereka dapatkan,ada yang ramah ada pula yang terkesan sombong bahkan sok galak.

" Biasanya ketua OSIS kita sering nongkrong di kantin, taman belakang atau di ruang OSIS, sesekali mereka juga suka nongkrong di roof top, tapi kalau di roof top biasa ga ada yang berani naik ke sana, karena mereka ga mau di ganggu" jelas seorang senior wanita saat Mona bertanya keberadaan orang -orang yang sedang mereka cari.

" Ok..kak terimakasih banyak ya atas penjelasannya" ucap ramah Mona dan Lyly, Syifa juga mengangguk sopan.

" Selamat berjuang dik.. semoga lancar" jawab sang senior.

" Amin kak" jawab ketiga nya kompak.

" Ok...rute pertama kantin aja dulu, kedua taman baru ketiga ruang OSIS" ucap Mona memutuskan, sedangkan Lyly dan Syifa hanya nurut, mereka mempercayakan semuanya pada Mona, karena memang Mona alumni junior di sekolah itu juga,maka sudah di pastikan ia tau banyak hal tentang sekolah dan orang -orang di tempat tersebut.

Setelah mendapatkan persetujuan dari Syifa dan lyly, ketiga nya mulai petualangan mereka, menyusuri koridor menuju tempat yang katanya kantin, sesuai rencana awal.

" Kak.. terimakasih banyak ya kak" ucap Lyly setelah mendapatkan satu dari tiga nama, tampak sang senior mengangguk dan tersenyum ramah.

Hal yang sama juga dengan Mona,ia bahkan sudah mendapatkan dua nama, sedangkan Syifa...ia bahkan belum mendapatkan satu nama pun.

" Nah itu mereka" ucap Mona saat memasuki kantin mewah fasilitas sekolah mereka, tampak berjajar rapi stan yang menyediakan aneka makanan dan minuman, yang pasti bukan menu receh.

" Siang..kak..maaf mengganggu waktunya sebentar boleh?" tanya Mona sopan.

" Boleh...ada yang bisa di bantu?" tanya Juna ramah, matanya terus menatap Syifa.

" Ini kak kami mau minta tanda tangan serta nama lengkap kakak...." jawab Mona seraya menyebutkan nama-nama tersebut.

" Sini ... dimana perlu gue tanda tangan?" jawab Juna cepat.

" Disini kak" ucap Mona cepat,ia menunjukkan salah satu kerah kemeja putih nya, karena peraturan yang dibuat untuk tiga nama wajib itu harus seragam yang mereka pakai, dengan alasan sebagai kenangan.

" Ok.." ucap Juna ramah, tangan nya cekatan meraih bolpoin yang Mona sodorkan dan dengan lihai membubuhkan tandatangan nya di sana beserta nama lengkap nya.

" Selesai,ada lagi?" tanya Juna masih dengan nada ramah.

" Sa-saya kak.." ucap Syifa cepat.

" Oh..dimana?" tanya Juna sedikit gugup,entah mengapa jantung nya berdetak kencang saat gadis cantik itu sedikit mendekati nya.

" Di sini aja kak" tunjuk Syifa pada bagian dalam kerah lengan kemeja putih milik nya setelah ia membuka kancing nya.

" Oh ok.." ucap Juna pelan, tenggorokan nya terasa tercekat saat melihat kulit putih bersih seputih salju milik Syifa, Jonathan dan Sadewa mengulum senyum saat melihat kegugupan sahabat mereka yang biasanya paling ahli dalam urusan wanita.

Dengan tangan sedikit bergetar ditambah jantung yang berdetak tak karuan,Juna meraih Bolpoin yang di sodorkan oleh Syifa padanya, sesaat ia tersenyum tipis saat melihat bolpoin milik Syifa,sebuah bolpoin berwarna hitam dengan aksesoris boneka Teddy bear mini di atas nya dan bertuliskan ' kesayangan Ayah '.

" Selesai..ada lagi?" tanya Juna berusaha menampilkan sikap cool demi menutupi kegugupannya.

" Terimakasih kak.." ucap Syifa lembut.

" Ya" jawab Juna seakan ia tak tertarik pada gadis cantik di depan nya, sedangkan dalam hati sangat ingin berbicara lebih dengan gadis yang menarik perhatian nya sejak pertama ia melihatnya,tapi kenyataannya ia tak seberani biasanya, bahkan untuk bertanya namanya saja Juna seakan tak berani.

Sedangkan Mona dan lyly sudah bisa bernafas lega karena senior yang mereka cari sudah ketemu dan sudah mendapatkan tanda tangan dari mereka, tinggal Syifa yang masih harus melanjutkan usahanya.

" Maaf kak... yang namanya kak Gerald Alexander dan Nadia Ervina yang mana ya?" tanya Syifa pada Juna.

" Oh.. Gerald lagi di ruang OSIS, Langsung ke sana aja,atau bareng kami aja, kita-kita juga mau kesana ni" jawab Juna apa adanya, karena memang ia dan kedua sahabatnya berencana ke ruang OSIS setelah mereka selesai makan, sedang Gerald emang lebih dulu ke ruang OSIS karena ada beberapa hal yang harus ia selesaikan.

" Boleh" jawab Syifa sopan seraya mengikuti langkah Juna dan yang lainnya, membuat Mona dan lyly mengikuti nya juga.

Akhirnya ke enam nya berjalan beriringan menuju ruang OSIS, beberapa mata menatap dengan tatapan penuh tanda tanya, melihat ketiga junior itu berjalan beriringan dengan para senior terlebih mereka adalah most wanted nya Alexander High school.

" Silahkan.." ucap Juna masih dengan nada ramah, mempersilahkan Syifa masuk, menunjukkan dengan dagu orang yang Syifa cari, membuat Syifa mengangguk paham, sedangkan Lyly dan Mona memilih berdiri di depan pintu,Dewa dan Jonathan langsung masuk dan mendudukkan diri mereka ditempat biasanya mereka duduk.

Syifa berjalan pelan,hatinya berdebar saat melihat wajah dingin seseorang yang tampak asyik dengan laptop di depan nya,saat Syifa dan yang lainnya masuk tadi sekilas mata tajam Gerald melirik dan ia kembali fokus pada laptop nya,di depannya tampak seorang gadis cantik yang juga tampak sibuk dengan bukunya.

" K-kak..maaf mengganggu.. boleh saya minta waktunya sebentar..?" tanya Syifa dengan nada yang sangat sopan dan lembut, sungguh ia sangat takut, rasanya ia ingin menangis saja andai tak malu.

Tak menjawab, Gerald mengangkat wajahnya menatap seseorang yang menghampirinya dan mengajaknya bicara,sebelah alisnya terangkat menandakan ia bertanya tentang maksud kedatangan sang junior, gadis berhijab dengan wajah menunduk, tangannya memegang sebuah buku berbentuk Notes dan sebuah bolpoin karakter.

" Sa-saya mau minta tanda tangan dan nama lengkap kakak" ucap Syifa lagi setelah menunggu beberapa saat tak mendapat jawaban dari orang yang ia ajak bicara.

" Dimana?" suara Gerald dingin.

" Hah.." bengong Nasyifa menatap wajah tampan Gerald, menggemaskan itulah penampakan gadis cantik dihadapannya saat ini, membuat Gerald ingin tertawa gemas.

" Dimana saya harus tanda tangan? Itukan yang tadi kamu minta?" tanya Gerald menjelaskan pada junior yang terlihat begitu polos dihadapannya itu.

" Di-disini kak..." tunjuk Syifa cepat ke arah kerah lengan kemeja panjang milik nya, secepatnya ia membuka kancing lengan kemeja nya dan menggulung nya agar Gerald memberikan tandatangan nya di bagian dalam.

Tak menjawab, reflek Gerald meraih pergelangan tangan Shifa, dan sedikit menarik ke arah nya, membuat Syifa sangat terkejut, hingga tubuhnya terasa kaku, Gerald tau itu namun ia tidak perduli, dengan tenang ia membubuhkan tandatangan nya serta tak lupa inisial namanya ia tulis tepat di bagian bawah tanda tangan nya, Gerald bahkan tak menggunakan bolpoin milik Syifa,ia menggunakan bolpoin milik nya.

" Sudah kan? Masih ada lagi?" ucap Gerald dingin dengan wajah datar,mata tajam nya menatap sekilas wajah putih berseri alami tanpa jejak makeup walau sedikit pun, bahkan aroma tubuh gadis itu menguar pewangi bayi.

" Sudah.. terimakasih kak" jawab Syifa seraya mengangguk,tapi matanya melirik gadis yang berada di depan meja Gerald.

" kak Nadia.. boleh Syifa minta tanda tangan nya?" tanya Syifa sopan pada seniornya yang kemarin memarahinya habis-habisan.

" Dimana?" tanya Nadia pelan,tak mungkin ia bertingkah angkuh atau berkata kasar didepan pria yang ia suka.

" Di sini aja kak" jawab Syifa seraya menunjukkan bagian yang sama dengan tanda tangan Gerald barusan.

" Ok..sini in bolpoin Lo" ucap Nadia.

" Di sebelah Kiri aja" potong Gerald cepat, membuat gerakan kedua gadis di hadapannya ter jeda.

" I-ia kak" jawab Syifa patuh,dan dengan segera menyodorkan tangan kirinya setelah membuka kancing lengan nya.

Dalam hati Gerald tersenyum tipis melihat kepatuhan yang Syifa tunjukkan, entah mengapa ada rasa senang tersendiri saat ucapan nya langsung dipatuhi oleh Syifa tanpa adanya bantahan.

" Terimakasih kak..saya izin pamit" ucap Syifa sopan meminta izin meninggalkan tempat tersebut setelah mengucapkan terimakasih pada kedua seniornya itu, Gerald dan Nadia sama-sama mengangguk tanpa suara.

Sedangkan Syifa langsung menghembuskan nafas lega saat sudah berada di luar ruangan OSIS, Lyly dan Mona tampak masih setia menunggu nya.

" Gimana? Sukses?" tanya Mona dan lyly tak sabar.

" Alhamdulillah... dapat " jawab Syifa ceria,ia bahkan melupakan kegugupannya saat tadi Gerald meraih pergelangan tangannya.

" Alhamdulillah...cus kita langsung serahin ke kakak-kakak panita" ajak Lyly girang.

" Yuk.. let's go " timpal Mona tak kalah ceria,hingga ketiganya mulai melangkah meninggalkan tempat yang membuat Syifa merasa tertekan, ketiganya menuju lapangan dengan wajah berbinar, terlebih itu adalah tugas terakhir mereka dan hari terakhir mereka menjalani masa orientasi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!