Aku pasti bisa

Satu bulan sudah berlalu, liburan semester genap juga sudah berakhir tentunya,para siswa baru terlihat begitu antusias mengikuti masa orientasi siswa di sekolah Baru mereka, walau hampir sebagian dari mereka juga berasal dari sekolah yang masih satu yayasan dengan sekolah mereka yang sekarang, bahkan satu lingkungan,hanya di batasi gedung kantor yayasan.

Syifa terlihat duduk bersandar di salah satu kursi yang tersedia di pinggir lapangan, tepatnya di bawah sebuah pohon besar yang berjajar rapi di pinggiran lapangan sekolah nya.

" Kenapa murung..? Kangen ya sama ayang?" goda Mona saat menghampiri Syifa yang terlihat lebih banyak diam.

" Ga..siapa juga yang murung,ayang siapa? Ayang nya orang? " jawab Syifa santai,tak lupa ia sedikit memaksakan senyumnya.

" Minggu depan jadi kamu pulang ke Sumatra?" tanya Lyly, wisuda Taufik ternyata tertunda hingga beberapa Minggu kedepannya.

" Insyaallah...jadi,tapi ayah sama bunda ga bisa ikut" jawab Syifa.

" Berarti kamu berangkat sendiri?" tanya Mona.

" Heum..." angguk Syifa pasti.

" Jauh sih kan kami ga bisa nemenin" ucap Lyly lesu dengan ekspresi penuh sesal.

" It's okay..aku bisa kok sendiri,kan udah biasa juga " jawab Syifa meyakinkan kedua sahabatnya.

" Hati-hati deh,trus jangan lupa oleh-oleh nya buat kami" ucap Mona semangat.

" Itumah aman,kan ada Abang yang beliin " jawab Syifa santai.

" Sayang banget ya kemarin kami ga sempat ketemu sama Abang kesayangan kamu itu, padahal aku tu penasaran banget pengen liat aslinya " ucap Mona.

" Nanti juga bakalan ketemu kok,kan Abang Taufik bakal lanjut kuliah nya ke UI, walau katanya ga akan tinggal di rumah kami,tapi pasti bakalan sering ke rumah kok katanya " jelas Syifa.

" Kalau ga tinggal di rumah kamu,itu artinya ngekost dong?" timpal Lyly penasaran.

" Ya gitu deh, katanya dia bakalan tinggal di apartemen bareng temennya,biar lebih dekat aja dengan kampus katanya, mereka juga sering ada projek bareng gitu" jawab Syifa.

" Wah hebat ya mereka,masih kuliah tapi udah bisa menghasilkan uang sendiri, kalau orang pintar mah emang beda ya" ucap Mona merasa kagum.

" Ya gitu deh, Abang memang dari sekolah dulu selalu dapat prestasi terbaik, kuliah juga selalu dari jalur beasiswa,Faiz adik nya Abang juga gitu" ucap Syifa menceritakan.

" Berarti keluar kamu emang pada genius semua ya Fa, keren " puji Mona.

" Alhamdulillah...tapi masih banyak kurangnya kok" ucap Syifa lembut.

Obrolan mereka terhenti saat melihat kedatangan seorang siswa baru, seorang laki-laki tampan seraya membawa setangkai bunga mawar dan satu batang coklat, berjalan dengan begitu percaya diri menghampiri mereka, membuat Mona dan lyly begitu penasaran.

" Kakak namanya Nasyifa kan?" tanya siswa baru itu dengan berani.

" Ya..ada yang bisa saya bantu?" tanya Syifa lembut.

" Ini untuk kakak dari saya,saya suka sama kakak sejak pertama kali lihat kakak" ungkap murid tersebut jujur.

Syifa mengernyit heran, sedangkan Mona dan lyly membekap mulut mereka dengan mata melotot, mereka tak percaya sang junior paling good looking itu ternyata mengagumi Syifa yang notabenenya adalah senior nya.

" Terimakasih bunga dan coklatnya..kita teman ya" jawab Syifa lembut.

" Tapi aku mau lebih dari teman" ucap nya berani.

" Maaf..saya ga bisa terima hubungan yang lebih dari teman" jawab Syifa tegas.

" Oh ok.." jawab murid baru tersebut pelan, wajahnya terlihat lesu, membuat Mona dan lyly menahan tawa, dalam hati mereka berandai-andai apa yang akan terjadi jika saja Gerald masih berada di sekolah itu? Maka akan dipastikan sang murid baru itu akan berhadapan dengan seorang Gerald Alexander Lemos.

" Terimakasih" jawab Syifa disertai senyuman manis, sedangkan junior nya itu mengangguk pelan.

" Bwahaha " tawa Lyly dan Mona pecah saat junior mereka itu sudah menjauh.

" Paan sih malah ketawa" geram Syifa.

" Cie. Yang di tembak junior,kelas 10 ditembak senior,kelas 11 ditembak junior, kira-kira kelas 12 nanti ditembak siapa ya" ledek Mona lucu.

" Ga lucu juga" omel Syifa.

" Emang ga lucu Nasyifa..itu namanya Romantis...buka dong coklatnya,atau ga mau di makan ya? Mau di simpan?" goda Lyly lagi.

" Nih makan " geram Syifa seraya memberikan coklat ditangannya ke dalam pangkuan Lyly, membuat kedua sahabatnya tertawa terbahak-bahak.

" Aku sih ga tertarik sama coklatnya,aku lebih tertarik sama cincin di jari manis kamu itu Fa,kok kayaknya cantik banget ya" ucap Mona santai,ia begitu penasaran dengan cincin yang Syifa pakai,ia tau cincin itu berharga fantastis dan ia yakin itu dari seseorang, sebab sebelumnya Syifa hanya memakai satu cincin di jari manis sebelah kiri.

" Oh ini...biasa aja kok" jawab Syifa sedikit gugup,ia ga mau mengingat dari siapa cincin itu,tapi entah mengapa hati kecil nya juga tak rela melepaskan cincin itu dari jari manis sebelah kanan nya.

Dilain tempat, tepatnya di belahan dunia lainnya..Gerald dan ketiga sahabatnya sedang disibukkan dengan persiapan mereka untuk mengikuti masa orientasi mahasiswa baru di kampus mereka,Juna,Dewa dan Jonathan tampak begitu bersemangat menyiapkan diri mereka untuk memulai perkuliahan,berbeda dengan Gerald yang tampak tak menunjukkan semangatnya.

" Lo kenapa sih Rald..? " tanya Juna heran,saat ini mereka sedang nongkrong di sebuah cafe yang banyak di hadiri oleh para mahasiswa, mereka tinggal di apartemen masing-masing, Gerald juga memutuskan untuk tinggal di apartemen,ia menolak tinggal di mansion keluarga nya yang ada di negara itu.

" Gue? Kenapa?" jawab Gerald santai,ia terlihat asyik dengan gawai nya.

" Ia Lo.." jawab Juna geram.

" Hubungan Lo sama Syifa gimana" Pancing Jonathan tiba-tiba.

" Jangan pernah sebut nama itu lagi di depan gue" jawab Gerald dingin.

" Kalian ada masalah?" tanya Juna yang ikutan penasaran.

" Masalah apa? Gue ga pernah ada hubungan dengan cewek munafik itu" jawab Gerald dingin.

" Tapi..." ucapan Juna terhenti saat melihat tatapan dari Jonathan yang disertai gelengan kepala,pertanda jangan di teruskan.

" Oh ok" ucap Juna pelan, sedangkan Gerald tampak tak peduli.

" Gue balik" ucap Gerald tiba-tiba.

" Kita bareng..biar gue yang nyetir" ucap Dewa cepat seraya menyambar kunci mobil Gerald yang sejak tadi tergeletak di atas meja.

" Lo lanjut aja,gue bisa sendiri, siniin kunci mobil gue" ucap Gerald dingin.

" Ayok...gue males debat" jawab Dewa santai,ia melangkah lebih dulu meninggalkan Gerald, membuat pemuda tampan itu menatap malas punggung Dewa.

" CK.." decak nya malas,namun kakinya tetap melangkah keluar dari cafe menuju parkiran, Gerald langsung memasuki mobilnya dan duduk di kursi belakang, membuat Dewa berdecak geram.

" Udah kayak supir Lo aja gue" gerutu Dewa.

" Turun kalo Lo keberatan" jawab Gerald singkat.

Tak menjawab Dewa langsung melakukan mobil Gerald menuju apartemen mereka,ya Gerald dan Dewa memang tinggal di apartemen yang sama dan itu perintah mutlak dari tuan Arkan dan sang istri, walau malas terpaksa Dewa nurut, mengingat sang papa adalah orang kepercayaan keluarga Lemos, sedangkan Gerald ia tak perduli baginya selama ga mengganggu wilayah pribadi nya,maka ia ga akan peduli, bahkan Juna dan Jonathan sering menginap di apartemen milik nya.

Tiba di apartemen Gerald langsung menuju kamarnya,ia merebahkan tubuhnya di atas kasur king size miliknya, mengusap kasar wajahnya, kepalanya terasa sangat pusing dengan jantung bergemuruh hebat.

" Arrrghh" geram Gerald,tangan nya meninju kuat kasur, sekuat apapun ia berusaha melupakan sosok syifa,maka akan semakin muncul di ingatan nya.

" Gue benci sama Lo" umpat Gerald dengan suara kuat, hingga terdengar oleh Dewa,sebab Gerald lupa mengaktifkan mengendap suara dalam kamarnya.

" Lo kenapa Rald?" tanya Dewa tiba-tiba memasuki kamar Gerald.

" Keluar gue mau sendiri" bukan menjawab Gerald malah mengusir Dewa.

" Lo ada masalah dengan bocil?" tanya Dewa pelan.

" Keluar Sadewa..Lo tuli" ucap Gerald dengan suara tinggi.

" Ok gue akan keluar..tapi Lo bilang dulu apa masalah Lo? " jawab Dewa santai.

Gerald tak menjawab, ia memejamkan matanya, sebelah tangan nya menutupi matanya

" Ga semua masalah bakal selesai dengan emosi Rald, sesekali kita juga harus cerita Rald,cari solusinya" bujuk Dewa pelan.

" Jangan pernah sebut lagi nama dia atau apapun tentang dia di depan gue Wa" ucap Gerald dingin.

" Ok" jawab Dewa, lebih baik ia mengalah.. karena ia sangat tau seperti apa Gerald,pria keras kepala dan arogan, apapun itu jika semakin di paksa maka ia akan semakin keras.

Dan sejak hari itu,tak pernah lagi satu pun dari mereka ada yang menyebutkan tentang Nasyifa di hadapan Gerald, walau sangat penasaran,tapi mereka ga akan mau menanggung resiko terkena amukan Gerald, terlebih mereka melihat hubungan antara Gerald dan Cindy tampak semakin dekat,namun yang mereka heran kan Gerald berubah menjadi seorang playboy.

Hidup Gerald terlihat lebih penuh misteri,ia tampak lebih serius mulai mengikuti perkembangan bisnis keluarga nya,suka nongkrong di Club bersama para wanita, walau mereka tau Gerald bahkan tak pernah menyentuh mereka, termasuk Cindy,Dimata mereka merasa Gerald seakan memanfaatkan para wanita itu termasuk Cindy sebagai pelampiasan nya atas kemarahan nya pada seseorang dan mereka tau siapa seseorang itu.

Kuliah mereka berjalan lancar, tak ada kendala walau sedikit pun, hari-hari mereka juga sudah mulai disibukkan dengan mempersiapkan diri mereka yang akan menjadi penerus orang tua mereka, yaitu mengganti kan orang tua mereka memimpin perusahaan.

Di tanah air hubungan antara keluarga Lemos dan keluarga dokter Alamsyah Jacob semakin erat, bahkan nyonya Rosse sering nongkrong bareng bunda Almira, mereka menjadi salah satu donatur tetap di sebuah panti asuhan, kebersamaan mereka bak adik kakak.

Taufik juga sudah memulai kuliah program pasca sarjana nya,ia dan dua sahabatnya juga memilih mencari kerja sampingan di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang arsitektur dan ternyata Mereka mendapatkan kedudukan yang lumayan.

Kedekatan Syifa dan Taufik juga semakin tampak, Taufik sering menjemput Syifa saat pulang sekolah, karena memang kebetulan kantor Taufik searah dengan sekolah Syifa dan jaraknya juga tak terlalu jauh, hingga banyak yang mengira bahwa Taufik adalah kekasih Syifa,hanya kedua sahabat Syifa saja yang mengetahui siapa Taufik dan bagaimana hubungan mereka, bahkan diam-diam Mona menaruh hati pada sepupu sahabatnya itu.

Syifa terlihat lebih baik dari beberapa bulan lalu,walau tak se ceria dulu lagi, namun ia masih terlihat baik-baik saja, sesekali Lyly dan Mona mendapati nya dalam keadaan yang termenung, entah apa yang gadis cantik itu pikirkan.

Syifa bahkan tak pernah merespon setiap ada yang terang -terangan mendekati nya, layaknya Gerald saat mendekati nya dulu,ia hanya merespon mereka dengan sebuah senyuman lembut dan kata maaf yang mendalam, hingga membuat mereka tak berani berbuat lebih.

Namun demikian bukan berarti mereka akan menyerah dan berhenti mengejar Syifa, mereka justru rutin berikan Syifa berbagai hadiah,bunga dan coklat yang selalu terdapat di atas meja syiar setiap pagi,tak lupa terselip kata-kata romantis dan manis pada sebuah kertas.

Sampai-sampai Syifa hafal beberapa kata-kata yang bernada gombalan yang menurutnya lucu dan sangat romantis, diantara.

' Selalu ingat lah aku...maka aku berjanji akan mengukir indah namamu di hati aku'.

' Jadikanlah aku spesial di hati mu..maka aku berjanji akan menjadikan mu ratu di hatiku '

' Jangan takut untuk menerima cinta ku, karena aku akan memberikan mu cinta yang tak pernah terhitung oleh waktu '

Beberapa gombalan itu terkadang mampu membuat Syifa tersenyum geli, membayangkan wajah yang menulis nya, ekspresi seperti apakah yang mereka tunjukkan saat menulis kata-kata yang menurut Syifa sangat menggelikan itu.

Sesekali terbesit di ingatan nya, seseorang yang dulu pernah mengungkapkan isi hatinya pada nya, tapi tak pernah mengungkapkan kata-kata menggelikan seperti yang ia dapatkan akhir-akhir ini, apakah seseorang itu tak romantis atau memang dirinya hanya ia jadikan mainan saja

' Berdamai lah dengan masa lalu..

sungguh dia adalah takdir terbaik yang telah Tuhan tetapkan..

Jangan sesali apa yang sudah terjadi dan jangan memaksa untuk melupakan nya, belajarlah untuk lebih Ikhlas dan menerima semua nya dengan lapang dada dan yakinlah bahwa itu adalah proses untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi'.

Nasehat bijak itulah yang membuat Syifa akhirnya memutuskan untuk keluar dari zona sakitnya, meyakinkan hati bahwa Gerald bukanlah yang terbaik untuk nya dan suatu saat Tuhan akan kirim seseorang yang benar-benar tulus menerima dirinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!