Ternyata Aku Salah 2

" Beneran ini tempatnya?" tanya Taufik memastikan setelah mobil yang ia kemudikan memasuki area cafe.

" Kayaknya bener deh,nih lihat sama kan gambar nya" jawab Syifa yakin seraya menunjukkan gambar cafe tersebut di layar ponsel nya pada Taufik.

" Ok.. anggap aja bener" jawab Taufik santai.

Keduanya menuruni mobil, melangkah meninggalkan parkiran dan menuju area cafe yang tampak lumayan ramai,Syifa dan Taufik memilih area outdoor, banyak nya bintang malam semakin membuat area tersebut tampak semakin indah dan memberikan kesan romantis.

" View cafe nya emang kekinian banget ya dek, kayak khusus untuk para anak muda deh,tapi dari yang Abang liat kayaknya yang nongkrong di sini para anak muda dari kalangan atas" ucap Taufik sesaat setelah menelisik cafe yang Syifa pilih.

" Abang kok tau?" tanya Syifa heran.

" Keliatan dek dari pas di parkiran tadi, kebanyakan mobil yang parkir itu mobil-mobil mewah, bahkan ada beberapa mobil sport mewah buatan eropa" jawab Taufik menjelaskan.

" Berarti makanan nya pasti mahal ya bang?kita pindah cafe aja yuk" tanya Syifa polos.

" Emang kenapa kalau mahal,kamu ragu Abang ga sanggup bayarin makan kita?" tanya Taufik,ia heran dengan adik sepupu cantiknya itu,sejak kecil selalu ngga enakan kalau ke orang lain,tapi dia kan bukan orang lain.

" Bu-bukan gitu bang..Fa tau Abang pasti ada uang,ga mungkin kan Om ga kasi Abang uang banyak kalau tau Abang ke Jakarta, kecuali kalau Abang ke sini nya diam-diam,tapi kan Abang juga lagi butuh banyak dana pastinya,bukan nya Abang bilang bulan depan Abang wisuda?" jawab Syifa lembut.

" Mana ada Abang kemari nya diam-diam,bisa di amuk ibu kalau pergi ga izin,lagian masalah Wisuda semuanya udah kelar dari satu bulan lalu dek,kamu lupa Abang kan kuliah nya jalur beasiswa" jawab Taufik santai.

" Berarti abis makan Fa boleh minta di belanjaan ini juga dong?" goda Syifa manja.

" Mau belanja apa? Baju?" tanya Taufik dengan alis sedikit terangkat.

" Ga... cemilan aja,stok buat nonton Drakor selama liburan" jawab Syifa santai.

" Yakin cuma mau belanja itu aja, yang lain ga? " Taufik bertanya untuk lebih meyakinkan, walau ia tau betul sang sepupu bukan tipe gadis yang hobi shopping, Syifa adalah gadis yang selalu berbelanja sesuai kebutuhan saja.

" Heum...yakin pakai banget" jawab Syifa cepat.

" Ok... setelah dari sini katakan di tempat mana kamu mau belanja " putus Taufik.

" Di dekat sini aja,tuh ada supermarket.. lumayan besar juga kok,pasti lengkap " tunjuk Syifa ke arah sebrang jalan,dan benar tampak sebuah supermarket yang cukup besar dan juga tertera buka 24 jam juga.

" Ok.. sekarang makan lah,biar kita ga kemalaman pulang nya,kamu bisa demam tinggi kelamaan kena angin malam" Taufik memberi instruksi pada Syifa, keduanya memutuskan langsung menikmati hidangan mereka yang baru saja di antarkan oleh seorang pramusaji.

" Siap Bosque" jawab Syifa lucu.

Taufik menggeleng melihat tingkah kekanakan Syifa,adik sepupu nya yang kini sudah berusia 16 tahun itu masih saja bertingkah layaknya anak sekolah dasar, apakah benar sepupu nya itu masih sepolos itu.

Syifa tampak begitu menikmati hidangan nya, hidangan nasi putih dengan cumi asam manis, membuat sesaat ia melupakan kegundahannya tentang cerita kedua sahabatnya siang tadi saat di sekolah.

" Enak..?" tanya Taufik, melihat Syifa yang makan dengan lahap membuat Taufik bahagia.

" Enak kok, sesuai dengan karakter cafe nya juga,ga cuma tempatnya aja yang keliatan mewah,tapi menu nya juga ga mengecewakan" jawab Syifa apa adanya.

" Mau coba ini?" tanya Taufik seraya mengulurkan tangannya yang berisi ikan bakar ke bibir Syifa, keduanya memang belum makan malam,makanya memutuskan untuk mencoba menu makan malam di cafe tersebut.

" Enak bang.." komentar Syifa setelah beberapa saat terdiam menikmati rasa ikan bakar yang Taufik siapkan untuk nya.

Sepasang sepupu itu memang dekat bahkan cenderung terlihat sangat romantis, orang akan berasumsi bahwa mereka adalah pasangan kekasih jika melihat kedekatan mereka,tak akan mengira bahwa mereka adalah pasangan sepupu.

" Dek... kayaknya di lantai atas cafe ini lagi ada acara deh ya, pasti acara para anak sultan" ucap Taufik tiba-tiba, entah mengapa perhatian nya tertuju ke lantai dua cafe tersebut, mungkin karena sedikit terlihat lebih ramai sehingga menarik perhatiannya.

Ucapan Taufik membuat Syifa turut mendongakkan kepalanya seraya sedikit membalikkan badannya karena ia memang membelakangi area yang Taufik maksud,mata bulat indahnya menatap arah pandangan sang Abang sepupu.

' Apakah cafe ini yang dimaksudkan Lyly dan Mona tadi siang ya? Kok kebetulan banget sih ' batin Syifa.

" Mungkin acara anak sekolah bang,tadi siang Lyly juga cerita kalau senior kami ngadain party gitu di cafe,cuma Fa ga nanya cafe mana, katanya buat perpisahan karena kebanyakan dari mereka lanjut ke luar negeri,ya sekalian ngerayain kelulusan juga" ucap Syifa sedikit menceritakan.

" Oh.. pantes aja,ga heran sih..pasti yang sekolah di sekolah kamu kebanyakan dari kalangan atas " ucap Taufik berfikir wajar.

" Heum... kebanyakan sih ia, malah hampir semuanya dari keluarga terpandang, kalau pun ada yang dari keluarga menengah ke bawah ya mereka melalui jalur beasiswa kayak aku" jawab Syifa apa adanya.

" Wajar sih, kualitas sekolah nya juga kan ga main-main, fasilitas nya juga Lux dan tenaga pengajarnya juga bukan guru sembarangan " ujar Taufik yang memang lumayan tau dengan sekolah Syifa, karena memang saat sang paman mengatakan akan pindah ke Jakarta dan Syifa akan sekolah di Alexander High school, Taufik sudah mencari informasi melalui internet tentang kinerja sekolah itu.

" Ia sih...tapi Mis dan Sir nya pada killer" jawab Syifa jujur.

Taufik tertawa ringan mendengar pengakuan yang lebih bernada kelurahan dari Syifa.

" Duh...anak sekarang..baru juga lulus SMA tapi gaya pacaran nya romantis banget" celetuk Taufik spontan saat tak sengaja melihat adegan romantis di balkon cafe tersebut.

Reflek Syifa juga membalikkan tubuhnya sedikit dan mendongakkan kepalanya menatap arah pandangan Taufik, jelas ia melihat seorang pria sedang dipeluk oleh seorang wanita dengan penampilan lumayan seksi, tampak pria tersebut melepas cepat rengkuhan sang wanita, namun pandangan Syifa terpaku saat menyadari ia mengenal pria tersebut.

Deg

" Kak Gerald..." lirih Syifa, sangat lirih nyaris tak terdengar,ada rasa tak enak dihatinya saat melihat adegan itu, Syifa tak menyadari matanya berkaca-kaca, namun secepatnya ia berusaha menormalkan perasaannya.

" Apa dek?" tanya Taufik karena merasa Syifa mengucapkan sesuatu.

" Hah..ga ada,Fa cuma ngerasa ga asing aja sama mereka, sepertinya senior Fa di sekolah" jawab Syifa tak sepenuhnya berbohong.

" Oh.. pantas aja, ternyata anak Alexander High school " jawab Taufik tak merasa heran, karena ternyata memang itu pestanya para anak orang kaya.

" Abang udah selesai,yuk .." ajak Syifa yang entah mengapa tiba-tiba saja mood nya berubah seketika.

" Yuk.." jawab Taufik cepat, ia mengira Syifa mematuhi ucapan nya tadi agar mereka tak terlalu larut pulang nya,tak merasa curiga sedikitpun.

Keduanya berjalan beriringan menuju area parkir setelah Taufik menyelesaikan tagihan makan mereka,Syifa memasuki mobil setelah Taufik membukakan pintu untuk nya, sudah biasa memang Taufik selalu me ratu kan Syifa saat bersama nya.

Mobil yang Taufik Kendarai melaju meninggalkan area cafe mencari belokan menuju supermarket yang tadi Syifa ingin tuju,jika jalan kaki mereka hanya tinggal menyeberang tanpa harus berputar, karena letak minimarket tersebut memang hanya berseberangan jalan dengan cafe yang baru saja mereka kunjungi.

Sedangkan di dalam cafe, Gerald tampak sedikit gelisah saat tanpa sengaja matanya melihat sekelebat bayangan yang sangat ia kenali, Syifa... Gerald merasa melihat Syifa,tapi ia seakan tak ingin percaya melihat Syifa yang terlihat sangat dekat dengan seorang pria, sedangkan Gerald tau Syifa anak tunggal yang artinya tak memiliki saudara,lalu siapa laki-laki yang bersamanya yang juga berada di cafe itu? Berbagai pertanyaan muncul dalam benaknya.

Tak di pungkiri hatinya merasa kecewa saat matanya meyakini bahwa itu wanitanya,ya sejak ia memutuskan mendekati Syifa ia mengklaim bahwa Syifa adalah wanitanya, miliknya, walau diantara mereka tak terikat hubungan apapun,' belum.. bukan tak terikat', itulah yang selalu Gerald yakinkan pada hatinya juga pada ketiga sahabatnya saat mengingatkan nya agar tak berharap terlalu besar, mengingat Syifa yang tak mau menjalin hubungan.

' Mengapa dia tak menghampiri ku?,ga mungkin kan kalau dia ga tau, sedangkan Mona dan lyly aja hadir, aku memang tak meminta Syifa hadir,' batin Gerald bertanya karena ia yakin kedua orang tua Syifa pasti tak mengizinkan Syifa keluar malam dan Gerald tak ingin membuat Syifa merasa tak enak saat menolak permintaan nya nanti, itulah alasan mengapa Gerald tak meminta Syifa hadir,Mona dan lyly saja mendapatkan undangan dari Juna.

Saat pikiran nya tengah kacau tadi, tiba-tiba Cindy teman sejak kecilnya datang dan dengan berani memeluk nya dari belakang,hal itu membuat Gerald sangat terkejut dan dengan refleks ia menyingkirkan tangan gadis yang ia anggap sahabat itu agar menjauh dari tubuh nya.

" Lo apa-apaan Cin...? " berang Gerald dengan suara sedikit meninggi.

" Gue kangen Lo Rald,salah kalau gue pengen peluk Lo,cuma itu..ga lebih" jawab Cindy pelan,tak di pungkiri ada rasa kecewa bercampur sakit saat pria yang begitu ia idam-idamkan berucap kasar padanya.

" Gue ga suka Lo lancang kayak gini, ingat kita cuma sahabat dari dulu sampai kapanpun..jadi jaga batasan Lo" ucap Gerald mengingatkan dengan nada yang lebih tegas.

Itulah seorang Gerald Alexander Lemos...ia selalu mengungkapkan apa yang ia tak suka,tak pernah ia berusa bermanis kata untuk menutupi ketidak sukaan nya pada seseorang, itulah sebabnya ia di pandang arogan, dingin tak berbelas kasih,hanya pada orang -orang terdekat nya ia bersikap baik.

" Rald..apa ga bisa Lo kasi gue kesempatan? " tanya Cindy sendu.

" Stop Cin.. Gue bukan orang yang suka coba-coba dan Lo tau itu" jawab Gerald singkat.

" Dan satu lagi..gue pilih inggris bukan berarti karena ada Lo,ingat jaga batasan Lo kalau Lo masih mau jadi sahabat gue, kalau Lo masih nekat maka gue akan lupa kalau kita pernah bersahabat " ucap Gerald panjang lebar.

Cindy tak menjawab,hanya isakan lirih yang terdengar dari bibir tipisnya, Gerald tak tau ia pulang ke Indonesia hanya karena ingin menjemput nya karena mendapat kabar dari mama nya Gerald bahwa ia akan melanjutkan pendidikan nya ke inggris dan saat itu Cindy sangat bahagia,ia dan mama nya Gerald memang menjalin komunikasi yang cukup baik, bahkan bila saat wanita paruh baya itu berada inggris ia selalu menyempatkan waktu untuk mengunjungi beliau di mansion keluarga Lemos,makan, shopping atau sekedar nyalon bareng,segitu dekatnya ia dengan nyonya Rosella mamanya Gerald.

Sedangkan Gerald memutuskan keluar dari cafe, sekedar ingin menenangkan pikiran nya yang tiba-tiba gundah,ia juga berniat akan ke kediaman Syifa.. untuk mengucapkan salam perpisahan karena dua hari lagi ia akan meninggalkan Indonesia,ia ga mau Syifa orang terakhir yang mengetahui keberangkatannya,ia juga sudah menyiapkan sesuatu yang ingin ia serahkan pada Syifa.

Gerald menuju parkiran,tanpa memberitahukan siapapun,ia berniat menuju rumah Syifa,ia bertekad menemui Syifa di kediaman nya, apapun tanggapan kedua orang tua Syifa maka ia akan menghadapinya, bahkan ia siap berkata jujur tentang perasaan nya jika kedua orang tua Syifa menanyakan maksud dari kedatangannya, terlebih Gerald sudah tau siapa ayah Syifa.

Gerald menghentikan mobilnya di parkiran supermarket,ia ingin membeli air mineral, jantung nya yang berdebar membuat ia merasa membutuhkan air mineral untuk membuat ia merasa lebih tenang dan percaya diri,ia baru akan membuka pintu mobil nya, gerakan nya terhenti saat mata nya lagi-lagi menangkap sosok Syifa yang terlihat keluar dari supermarket dengan seorang pria.

Gerald melihat Syifa berjalan beriringan, keduanya tampak dekat bahkan terlihat sangat akrab, mengobrol sambil sesekali tertawa, bisa Gerald lihat tatapan memuja sang pria saat menatap wajah cantik Syifa yang terlihat tersenyum manja dengan lawan bicaranya itu yang tampak menenteng kantong plastik berlogo supermarket tersebut.

Dengan gerakan cepat Gerald mengikuti mobil yang didalamnya terdapat Syifa dan pria yang Gerald belum tau siapa dan ada hubungan apa dengan gadis pujaannya itu, hingga 20 kemudian mobil Gerald berhenti tak di sebrang jalan tepat berhadapan dengan gerbang rumah Syifa.

" Kamu langsung istirahat ya, Abang ada janji nongkrong bentar sama temen, kebetulan ada yang akan dibahas" ucap Taufik saat mobil mereka berhenti tepat di depan pintu utama kediaman sang paman.

" Abang turunin dulu belanjaan Fa,berat tau" ucap Syifa lembut,ia memang sangat manja saat bersama orang terdekatnya.

" Ok tuan putri" jawab Taufik tanpa membantah.

Keduanya keluar dari mobil, Syifa melangkah ke arah pintu,ia menunggu sang Abang yang tengah mengeluarkan beberapa plastik belanjaan mereka,mang Udin dengan sigap mengambil plastik dari tangan Taufik dan membawanya masuk.

" Langsung masuk, Abang pergi sebentar" ucap Taufik pada Syifa,tak lupa ia mengusap lembut puncak kepala Syifa yang terbungkus hijab, Syifa mengangguk patuh,semua itu di saksikan oleh Gerald, dengan mata memerah menahan amarahnya, tangan nya mencengkram kuat stir mobil milik nya,ia ingin segera pergi,tapi hatinya berbisik untuk bertahan sebentar lagi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!