Ternyata Aku Salah 3

Gerald melihat mobil yang mengantar Syifa keluar meninggalkan rumah dokter Alamsyah, Syifa juga sudah tak nampak lagi di depan pintu, yang artinya gadis cantik itu telah masuk, sekuat tenaga Gerald mencoba me waras kan kembali pikiran nya' Shiirt..gue kira Lo wanita yang beda dari yang lain, ternyata Lo sama saja.. munafik Nasyifa Zahira,gue benci sama Lo' umpat Gerald dalam hati.

Tak berapa lama kemudian muncul mang Udin, sopir keluarga Syifa,meski awalnya ragu tapi akhirnya Gerald bertekad untuk tetap memberikan sesuatu yang sudah ia persiapkan untuk Syifa, sebelum keluar dari dalam mobilnya Gerald menatap kotak beludru yang terbuka menampakkan isi di dalamnya.

Mata Gerald memandangi intens sebuah cincin indah bertuliskan namanya dan Syifa didalamnya, cincin yang sengaja ia pesan beberapa bulan lalu dari salah satu perusahaan perhiasan ternama di luar negeri,sebelah tangan nya menggenggam erat cincin yang ia gunakan sebagai bandul kalung milik nya, cincin yang sama dengan milik Syifa, hanya ukurannya saja yang berbeda.

Hatinya sakit, hingga tak ia sadari kristal bening menggenangi matanya, namun dengan cepat ia membuang rasa sakitnya, meyakinkan hati untuk keluar dari mobil dan menyerahkan kotak beludru di tangan nya, andai ia simpan pun untuk apa? Diberikan pada orang lain pun tak mungkin, didalamnya terdapat nama nya dan Syifa.

" Malam pak... benar ini kediaman dokter Alamsyah Jacob?" tanya Gerald pada pria paruh baya yang ia tau supir yang sering mengantarkan Syifa ke sekolah atau kemanapun gadis cantik itu pergi.

" Iya benar den,saya mang Udin..sopir di keluarga ini,ada yang bisa saya bantu?" jawab sopan mang Udin seraya memperkenalkan dirinya.

" Boleh saya titipkan ini untuk Nasyifa..tolong berikan pada nya" Gerald menyampaikan tujuannya seraya menyodorkan sebuah paper bag kecil ke hadapan mang Udin.

Tak langsung menerima nya, mang Udin malah bertanya " Kenapa ga langsung ke non Syifa aja den,non Syifa baru aja pulang,apa perlu saya panggilkan?" ucap mang Udin bingung, pasalnya ia sudah melihat mobil Gerald sejak dari Syifa sampai bersama Taufik tadi.

" Oh tidak perlu pak,saya sedang buru-buru " Jawab gerald cepat.

" Dan satu lagi.. tolong sampaikan padanya seandainya ia ga suka buang saja atau berikan saja untuk orang lain " tambah Gerald.

Tak menjawab ..mang Udin reflek mengangguk patuh, masalahnya ia masih merasa bingung dengan ucapan terakhir Gerald,yang menurutnya sangat aneh, untuk apa Gerald memberikan itu untuk Syifa kalau ia sendiri seakan tak berniat untuk memberikan benda tersebut " Baik den" singkat mang Udin menjawab, itupun tak mungkin di dengar lagi oleh Gerald, karena pemuda tampan itu sudah meninggalkan mang Udin dan berjalan menuju mobilnya.

" Aneh" monolog mang Udin dengan wajah bingung nya,sesaat ia memandang paper bag ditangan nya, mengintip sekilas yang ia lihat berisi sebuah kotak beludru berwarna hitam dan ia yakin adalah kotak perhiasan.

" Buk..non Syifa mana?" tanya mang Udin pada sang istri saat mereka bertemu di dapur ,mang Udin dan sang istri yang bernama bik Sum adalah pasangan suami istri yang bekerja sudah 15 tahun nan,tepatnya saat Syifa masih bayi.

Mang Udin dan bik Sum memiliki dua anak yang sudah menikah dan tinggal di kampung halaman mereka.

" Baru aja masuk kamarnya nya pak,ada apa?" tanya bik Sum setelah menjawab pertanyaan sang suami.

" Ini ada titipan untuk non Syifa" jawab mang Udin.

" Titipan dari siapa pak?, trus isi nya apa?" tanya bik Sum penasaran.

" Dari den ganteng buk, mungkin temen sekolah nya non Syifa, abisnya bapak kayak ga asing liat mukanya, kayaknya isinya perhiasan deh buk" jawab mang Udin.

" Lah..kan non Syifa ga lagi ulang tahun ya,kok dapat hadiah " monolog bik Sum sedikit heran.

" Ibuk ini aneh.. memang nya harus nunggu ulang tahun apa baru boleh kasi hadiah, mungkin Aden ganteng tadi baru abis dari luar kota atau luar negeri, bapak perhatiin dari bajunya sama mobilnya pasti bukan anak orang sembarangan,lah wong mobilnya aja mobil sport mewah " jelas mang Udin yakin.

" Ya udah sini ibuk antar ke kamar non Syifa sekarang " putus bik Sum,seraya meraih paper bag dari tangan sang suami.

Dengan langkah cepat bik Sum melangkah menuju lantai atas, tepatnya menuju kamar Syifa.

Sedangkan di dalam kamar Syifa baru saja menyelesaikan kewajiban empat rakaat nya, dengan mata berkaca-kaca ia menengadahkan tangan nya ke atas, mengeluhkan perasaan nya pada sang Khaliq.

' Ya Allah... sejujurnya saat ini hamba sedang bersembunyi dibalik kata" pasrah" atas segala takdir yang Engkau haruskan untuk hamba,namun sebenarnya hamba begitu berharap tinggi padaMu ya Rabb.

Mungkin hamba bisa berbohong pada orang -orang bahkan pada Dunia sekalipun tentang perasaan hamba pada nya, tapi tidak dengan Mu, karena Engkau lah yang lebih memahami isi hati hamba dibandingkan diri hamba sendiri.

Ya Allah.... Tolong bawa hati hamba erat ke dalam genggaman Mu,sebab saat ini hamba benar-benar merasa rapuh se rapuh-rapuh nya, mengapa hati hamba sakit melihat dia.. bersama wanita lain,ampuni dosa hamba ya Allah yang telah berani mengagumi dia yang belum halal untuk hamba.

Ya Allah... tolong berikan hamba dekapan Mu agar hamba bisa merasakan tenang se tenang-tenang nya,sebab saat ini hamba sedang kehilangan arah.

Ya Allah jika semua ini tidak hamba keluhkan pada Mu, lantas pada siapa lagi hamba harus mengeluhkan perasaan hamba ini?.

Hamba percaya hanya Engkau lah Dzat yang tidak akan pernah mengecewakan hambaMu, meskipun kami begitu sering mengabaikan perintah Mu.. Amiiiin.

Begitu panjang doa tulus yang Syifa panjatkan, hingga tak terasa kristal bening telah membasahi pipinya,ia benci dirinya yang lemah hanya karena seseorang , hingga ia tak menyadari sudah beberapa kali bik Sum mengetuk pintu kamar nya.

Di luar kamar bik Sum memutuskan menyimpan terlebih dahulu paper bag ditangan nya, beliau mengira Syifa sudah tertidur sehingga tak mendengar ketukan pintu,dan berfikir akan menyerahkan nya esok hari.

' non Syifa pasti kecapean..wong ga biasa keluar malam ' monolog wanita paruh baya itu seraya melangkah meninggalkan kamar Syifa.

Sedangkan sang nyonya Almaira sedang keluar bersama dokter Alamsyah suaminya, pasangan paruh baya itu memutuskan ke sebuah mall berniat mencari oleh -oleh untuk keluarga di Sumatra yang akan beliau kirimkan pada Taufik saat pulang, pasalnya Taufik sudah mengatakan hanya menginap 2 atau 3 hari.

Di lain tempat.. Gerald tampak acak-acakan,ia memutuskan menuju sebuah Club malam, tempat yang sudah beberapa bulan tak lagi ia kunjungi,sejak ia memutuskan untuk memenangkan hati Syifa,tak lupa Gerald menghubungi ketiga sahabatnya yang katanya akan menyusulnya ke tempat tersebut, walaupun mereka masih bingung.

" Lo penipu Syifa..Lo munafik..Lo bilang ga mau pacaran,tapi buktinya apa..? Lo bahkan bisa begitu mesra dengan pria itu,gue benci semua tentang Lo Nasyifa..gue benci,akan gue balas sakit ini Nasyifa..gue janji" umpat Gerald lirih,ia menyesap anggur merah yang berada di tangan nya.

" Rald Lo okay'?" tanya Dewa khawatir,saat mereka tiba langsung di suguhkan pemandangan sang sahabat yang keliatan kacau.

" HM" jawab Gerald dingin.

" Trus kenapa tiba-tiba Lo ninggalin pesta? Trus malah disini? " tanya Juna yang cukup penasaran

Gerald tak menjawab, ia hanya sesaat melirik ketiga sahabatnya dan kembali melanjutkan menenggak minuman di tangan nya.

"Rald..stop,Lo ga bisa minum.." ucap Dewa cepat saat melihat tangan Gerald akan kembali menuang minuman ke dalam gelas di tangan nya,sebab jika Gerald mabuk maka secara otomatis dialah orang yang akan direpotkan, karena harus memberikan alasan yang kongkrit pada kedua orang tua Gerald karena ia pasti akan membawa sahabat sekaligus calon bos nya itu pulang ke apartemen.

Namun lagi-lagi Gerald ga perduli dengan ucapan Dewa,ia melanjutkan keinginan nya,minum alkohol memang bukan kebiasaan seseorang Gerald dan sahabatnya yang lain,hanya sesekali mereka meminum minuman beralkohol,itupun hanya anggur merah.

Saat Dewa akan mencegah suara Jo terdengar me ngintruksi" Biarin aja bro...biar kita tau apa yang bikin dia se kacau ini,kita bisa cari alasan ke Tante Rossa nanti" potong Jonathan tiba-tiba, matanya awas menatap wajah tampan Gerald yang menunduk.

Mendengar ucapan Jonathan,Juna dan Dewa memilih menurut, masalahnya mereka juga penasaran apa yang sedang Gerald hadapi, belum pernah mereka melihat Gerald se kacau malam ini.

Beberapa wanita cantik dan seksi menghampiri mereka, menawarkan kesenangan pastinya,siapa yang tidak kenal mereka, walau mereka ga tau siapa Gerald sebenernya, namun mereka yakin dia bukan dari keluarga sembarangan, berbeda dengan ketiga sahabat Gerald yang memang sudah sering wajah mereka seliweran di beberapa berita bisnis dan juga majalah bisnis, sedangkan Gerald identitas nya di tutup rapat oleh sang papa, karena tak ingin keselamatan dan kenyamanan sang putra terganggu, walau pada kenyataannya kemanapun ia pergi selalu dalam pantauan orang suruhan sang papa.

Dengan sigap Jonathan dan Juna menghalau para wanita itu,ini bukan waktu yang tepat untuk mereka bersenang-senang dengan para wanita itu,semua itu karena sang ketua sedang kacau.

" Menurut Lo apa masalah si kutub Utara itu?" tanya Juna pada Dewa dengan suara rendah.

" Mana gue tau, mungkin masalah sama Cindy,kan tadi dia ada di party kita" tebak Juna,asal menjawab, karena memang ia pun belum mendapatkan bayangan tentang penyebab kekacauan Gerald.

" Cewek munafik...apa si lebih nya dia??" racau Gerald dalam keadaan yang mulai tampak berkurang.

" Yuk balik.." ucap Jonathan yang merasa sudah cukup mereka berada di tempat itu,dan Gerald juga sudah mulai terlihat mabuk.

" Stop..gue mau disini" potong Gerald cepat saat Dewa dan Juna meraih lengan nya, karena ingin mengajak nya pulang.

" Lo udah mabuk" ucap Dewa yang tak mengindahkan penolakan Gerald.

Keempat pemuda tampan itu keluar setelah membayar tagihan mereka, menunju parkiran,Dewa dan Jonathan memutuskan menggunakan mobil Gerald, sedangkan Juna sendiri menggunakan mobil milik Jonathan, untung nya mereka tadi memutuskan menggunakan satu mobil saat ke tempat itu.

Mobil melaju meninggalkan area Club,Dewa memilih menuju apartemen milik Gerald,di salah satu apartemen elite yang hanya berbeda dua lantai dengan unit milik Dewa.

" Lo telfon Tante Rosella dan bilang kita nginep di apartemen" perintah Jonathan pada Dewa.

" Apa alasan gue kalau Tante Rose tanya Gerald?" tanya Dewa tiba-tiba merasa bingung.

" Bilang aja dia udah ketiduran, kelelahan abis party yang kita sambung lagi ke apartemen,gitu aja repot banget sih Lo " jawab Jonathan santai.

" Ga usah gue telfon aja deh ya,ntar aja kalau Tante Rosse nelpon ke hp tu bocah baru gue yang angkat " Putus Dewa,ia lebih memilih cari aman saja dan menurutnya itulah cara paling aman.

" Serah Lo, itukan bos Lo" jawab Jonathan santai.

" Gue sayang banget sama Lo...tapi Lo tega khianati gue, sakit banget rasanya disini " racau Gerald lagi seraya menekan bagian dadanya.

" Fix...ni bocah lagi patah hati,tapi sama siapa ya?" ujar Juna cepat dan di setujui oleh Dewa dan Jonathan.

" Payah kalau orang ga pernah jatuh cinta,sekalinya jatuh cinta ya gini.. kalau di khianati,makanya jangan main hati" ucap Jonathan yang jadi banyak bicara karena jengah dengan kekacauan sang sahabat.

" Ya tapi masalah nya siapa wanita nya? Kita semua kan tau dia lagi jatuh cinta sama tuh bocil ya..." ucap Juna yakin.

" Ia sih.. bukannya tuh bocil ga hadir ya tadi di acara kita,tapi tadi tu bocah keliatan biasa aja,malah dia kan yang ngelarang kita buat ngundang Syifa, karena dia yakin Syifa ga bakalan di ijinkan keluar malam" jawab Dewa yang merasa bingung.

" Tadi juga kedua sahabat nya bilang gitu, Syifa nitip salam plus ucapan selamat buat kita semua,dia ga bisa hadir" jawab Jonathan yang juga sempat ngobrol dengan Lyly dan Mona saat di cafe tadi.

" Duh pusing gue kalau berurusan dengan masalah hati" ucap Juna.

" Ya kan emang Lo ga punya hati kan,makanya segala sesuatu ga pernah pake hati " jawab Dewa ringan.

" Lo kira gue pohon pisang apa? cuma punya jantung tapi ga punya hati" omel Juna.

" Mana gue tau,kan gue bukan dokter " jawab Dewa santai.

" Dasar kawan luknut Lo, ngatain sahabat sendiri ga punya hati" berang Juna, sedangkan Jonathan tampak tak peduli dengan perdebatan dia sahabat nya itu,ia lebih asyik dengan gawai nya dan sesekali matanya mengawasi Gerald yang mereka baringkan di kasur king size kamar pria itu.

Dalam hati kecil nya Jonathan sangat yakin Gerald sedang bermasalah dengan Syifa, karena saat di cafe tanpa ada yang tau Jo juga melihat Syifa sedang bersama seorang pria,walau ia juga tak yakin namun menurut pandangan nya pria bersama Syifa mungkin keluarga gadis itu.

Namun apa daya juga,ia ga mungkin menyampaikan asumsinya itu terlebih pada Gerald yang jelas sedang tidak baik-baik saja, terlebih ia belum memiliki bukti yang akurat jika nanti Gerald menanyakan kebenaran tentang pemikiran nya,ia tau betul seperti apa seorang Gerald Alexander Lemos,pria keras kepala yang tak akan mudah percaya dengan ucapan seseorang jika tak disertai dengan bukti yang kongkrit.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!