"Yudha tunggu!!"
Kalila menahannya tiba-tiba, baru saja menyalakan lampu hijau dan kini mendadak berubah hingga Yudha mengerutkan dahi.
"Kenapa?" tanya Yudha menatap wajah sang istri, meski berusaha menutupi, tapi jelas sekali terlihat kalau Kalila gugup sebenarnya.
"Jangan lupa pakai pengaman ya," pinta Kalila seketika bak petir di siang bolong, sebagai suami Yudha sedikit terhenyak dengan permintaan sang istri.
"Pengaman? Kenapa harus? Kita sudah menikah," tutur Yudha lembut seraya mengusap pelan wajahnya. Entah apa yang membuat Kalila takut, tapi dia berusaha agar wanita itu tenang sebentar saja.
"Iya tahu ... tapi aku takut, Yudha."
"Takut apa? Takut hamil?" terka Yudha seraya menghela napas panjang.
Tanpa menjawab, Kalila menggangguk pelan hingga membuat Yudha menggigit bibirnya. Sebenarnya wajar saja Kalila takut, dengan keadaan yang sekarang. Belum lagi, andai suatu saat dia mendapatkan donor dalam waktu dekat, jika sedang hamil maka resiko yang akan terjadi cukup tinggi andai menjalani operasi.
Namun, yang menjadi masalahnya kini adalah Yudha tidak memiliki benda itu. Bagaimana bisa punya? Lagi pula dengan siapa Yudha melakukannya, toh selama ini hidup Yudha lurus-lurus saja.
Seketika otak Yudha berpikir keras, dia bingung hendak harus bagaimana. Semua sudah terlalu jauh, gelora dalam dirinya juga sudah membara dan bagaimana bisa berhenti.
Jika harus keluar dulu mencari benda itu, maka tentu akan butuh waktu lama dan bisa jadi dia sakit kepala. Hendak mengetuk pintu kamar Bima juga tidak mungkin, apalagi seingat Yudha pasangan itu tidak menggunakannya dengan alasan ribet.
"Yudha, ada, 'kan pengamannya?" tanya Kalila lagi, sejak tadi Yudha terdiam dan Kalila pikir tengah berusaha memasangnya, padahal bungkusnya saja tidak ada di kamar ini.
"Ad-ada, sebentar aku ambil dulu."
Sama sekali tidak Yudha duga jika suatu saat benda itu akan berguna untuknya. Yudha menjauh sesaat dari Kalila, seolah benar-benar tengah mencari lantaran khawatir jika jujur dia tidak punya Kalila akan menolak lagi.
"Kenapa juga tidak aku siapkan, masa iya minta Jack beli pengaman jam segini?"
Sudah tahu tidak ada, tapi Yudha masih berpura-pura mencari benda itu di lemari pakaiannya. Dia bergumam, berusaha mencari cara agar malam ini benar-benar terlaksana.
Mimpinya beberapa waktu lalu adalah alasan kenapa Yudha benar-benar ingin memiliki Kalila seutuhnya. Dia takut, khawatir dan ucapan Juan di mimpinya masih terngiang-ngiang hingga kepala Yudha seolah berasap dan hasrat untuk memiliki sang istri meledak-ledak.
Setidaknya, andai sudah menyatu, maka ikatan cinta mereka kian erat dan takkan terpisahkan. Begitu banyak pasangan yang semakin dekat setelah berhubungan, dan Yudha percaya akan hal itu.
Lima menit dia mencari, dan kini hendak menghampiri Kalila. Namun, baru saja Yudha berbalik pria itu mendadak lemas dengan panas yang kian menjalar di sekujur tubuhnya.
"Astaga, Kalila," teriak Yudha dalam batinnya, sungguh penyiksaan yang luar biasa nyata hingga membuat darah Yudha berdesir seketika.
Bagaimana tidak berdesir? Baru juga lima menit dia tinggalkan dan kini matanya mendapati pemandangan yang luar biasa indahnya.
.
.
Entah memang nyata atau hanya malam ini saja, Kalila sangat seksi di mata Yudha. Jika sudah begini, mana mungkin dia bisa menunda lagi, peduli setan dengan pengaman karena Kalila benar-benar membuatnya hilang akal saat ini.
"Kalila, kamu benar-benar ingin membuatku gila sepertinya," ucap Yudha pelan dan hanya mendapat senyum tipis dari wajah yang kini bersemu merah di hadapannya.
Hanya satu hal yang dia inginkan saat ini, yaitu Kalila. Yudha menatap Kalila penuh damba, perlahan naik ke atas tempat tidur. Semua terjadi begitu alami dan gelora sebagai seorang lelaki mengendalikan Yudha untuk menjamah sang istri.
Berbeda dengan yang pertama, kali ini Yudha mencumbunya sangat lembut dan penuh perasaan. Mungkin karena bayangan tentang Juan sudah sedikit menghilang, ditambah lagi Kalila sempat mengatakan takut akibat dia terlalu buru-buru.
Sama-sama pertama kali, pasangan ini memang tidak terlalu menyimpang sebelum menikah, terkhusus Kalila yang ciuman saja tidak pernah. Sementara Yudha, sekalipun tidak pernah bergulat di ranjang bersama seorang wanita, tapi dia cukup pandai memimpin permainan dengan baik.
"Lepaskan, jangan ditahan," bisik Yudha pelan lantaran Kalila tampak menahan diri dan tidak bebas.
Hujan di luar masih terasa nyata meski hanya gerimis. Seharusnya dingin, tapi Yudha justru merasakan sebaliknya. Lenguhan dan suara yang lolos dari bibir Kalila membuatnya merasa berhasil sebagai pria sempurna.
Setelah berperang dengan gejolak selama berhari-hari, Yudha akhirnya mengkhianati janji pada diri sendiri untuk menyentuh Kalila di saat dia sudah bisa melihat saja. Tidak hanya sampai di sana, dia juga tengah berbohong pada sang istri malam ini.
Yudha tidak kuasa, ketakutan dan gelora dalam diri Yudha membuatnya kalah dan berakhir ambruk di atas tubuh Kalila yang kini tampak kehabisan tenaga. Malam panas pertama yang dia lalui bersama seorang wanita berstatus istri, Yudha merasakan madu yang luar biasa dan tidak akan pernah dia dapati di tempat lain, tidak akan pernah.
"Yudha," panggil Kalila memecah keheningan.
"Hm? Apa, Kalila?" Suara Yudha masih terdengar lemas kala dirinya balik bertanya.
"Terima kasih sudah mengizinkanku memenuhi kewajiban sebagai istri."
Setelah beberapa saat keduanya diam demi mengatur napas masing-masing, Kalila melontarkan ucapan manis itu seraya mengusap pelan pundak Yudha yang sejak tadi terus menyembunyikan wajah di ceruk lehernya.
Seketika Yudha merasa malu usai membohongi sang istri malam ini, tapi sungguh dia tidak punya, bukan tidak ingin menuruti kemauan istrinya. "Aku mungkin egois, tapi apa salah jika hati kecilku berharap kamu hamil, Kalila?"
.
.
- To Be Continued -
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Nanik Kusno
Huh.... terlewati juga akhirnya
2024-04-08
0
komalia komalia
waaah sukses juga babak peetama
2023-10-09
2
Imam Sutoto Suro
buseeet keren thor lanjutkan
2023-09-04
0