Dari keseluruhan perempuan yang ada, tiga di antaranya adalah Demi-human dengan pakaian khas Kekaisaran. Lalu, di antara mereka bertiga ada dua yang bernasib naas karena sudah melahirkan Goblin lebih dari satu kali. Selain ketika Demi-human tersebut, selebihnya adalah perempuan dengan ciri fisik orang-orang Kerajaan Felixia dan Kekaisaran.
Melihat dari keberagaman para perempuan yang telah diculik, Odo untuk sesaat temenung. Ia tahu bahwa para Goblin tidak hanya menyerang rombongan pedagang dari luar, namun juga pedagang dari dalam negeri yang datang ke Kota Mylta.
Melihat ke ujung dan masih terdapat dinding kayu lainnya dengan pintu rapuh, Odo merasa di balik itu ada yang lebih mengerikan. Ia hanya menahan napas dengan resah di dada, mengesampingkan insting yang memberitahukannya bahwa ada sesuatu yang tidak boleh dirinya lihat sendirian di balik dinding kayu kedua di Gua tersebut.
“Kota Mylta sepertinya memang dikutuk? Rasanya … masalah gak ada habis-habisnya. Jujur aku mulai cemas lagi …. Kalau aku pergi, apa mereka akan baik-baik saja?” gumam Odo seraya menghampiri dua perempuan di tempat tersebut.
Ia berjongkok di hadapan dua perempuan rambut hitam yang belum disetubuhi para Goblin. Satu adalah seorang manusia, lalu satunya lagi merupakan Demi-human tipe beruang jika dilihat dari telinga cokelat kecil di kepalanya.
Mereka berdua mengenakan Hanfu berlapis-lapis yang sebagian sudah compang-camping kainnya, tanpa memakai alas kaki dan terdapat beberapa luka cakar pada bagian tubuh seperti perut dan pundak.
Dilihat dari pernak-pernik perhiasan pada kepala dan leher kedua perempuan dari Kekaisaran tersebut, Odo merasa mereka bukanlah budak ataupun anak pedagang biasa. Meski salah satunya adalah Demi-human, kedua perempuan itu pun tampak dekat dan saling memeluk satu sama lain dalam ketakutan. Tanda kalau kedua perempuan tersebut sudah lama saling kenal.
“Tak perlu cemas, aku adalah orang yang menerima Quest dari kelompok kalian.” Setelah menyampaikan kebohongan tersebut, Odo mengambil kain selimut dari dimensi penyimpanan dan memakaikan itu kepada mereka berdua. Sembari kembali berdiri, ia memasang senyum ringan dan mengulurkan kedua tangan kepada mereka. “Ayo kita keluar dari sini,” ujarnya dengan penuh kehangatan.
Tanpa meragukannya sedikit pun, kedua perempuan tersebut mempercayai perkataannya. Mereka meraih tangan pemuda itu dan bangun, saling menatap satu sama lain dan mulai tampak bingung setelah memikirkan kembali perkataannya.
Seingat mereka, kelompok pedagang tempat mereka tergabung sudah dibantai habis para monster saat diserang. Meskipun ada yang selamat dan meminta bantuan, jarak waktu antara mereka tertangkap dan pemuda yang datang menyelamatkan mereka terlalu singkat.
Perempuan rambut hitam yang merupakan manusia ingin mengatakan sesuatu, namun mulut hanya terbuka dengan gemetar tanpa bisa mengeluarkan suara. Tenggorokan yang sangat kering dan dipaksa meminum air tak layak membuatnya tidak bisa berbicara.
“Kau tak perlu berkata apa-apa, saat ini percayalah pada perkataanku dan keluar dulu dari Gua. Aku harus menolong yang lain dulu,” ujar Odo sembari memalingkan pandangan. Ia berjalan ke arah perempuan lain yang terduduk lemas di atas tumpukan jemari kotor, lalu berjongkok di hadapannya.
Dia adalah perempuan yang baru saja melahirkan tiga anak Goblin dan terlihat sangat lemas. Kulitnya pucat, tidak sadarkan diri, dan mengeluarkan keringat dingin dalam jumlah yang tidak sedikit.
Tanpa berkata apa-apa kembali, Odo membopongnya dan mulai berjalan keluar. Namun sebelum ia pergi dari ruang peranakan para Goblin tersebut, tiba-tiba kakinya dipegang salah satu perempuan yang baru saja diperkosa. Ia adalah seorang remaja rambut pirang dengan mata biru langit, ciri fisik khas dari orang-orang Kerajaan Felixia.
“To-Tolong …. Selamatkan saya juga! Keluarkan saya dari neraka ini! Tuan, kumohon tolong saya …. Kumohon …. Kumohon …. Keluarkan saya dari penderitaan ini ….”
Meski langah kaki terhenti dan menoleh saat mendengar suara ringkih wanita itu, ekspresi datar Odo sama sekali tidak berubah. “Kau tak perlu cemas, nanti semuanya akan aku tolong. Tunggu saja di sini,” ujarnya seraya menarik kaki dari genggaman wanita tersebut.
“Tu-Tunggu! Kumohon! Jangan tinggalkan saya di sini!”
Dengan sangat dingin, Odo tidak lagi berpaling dan berjalan keluar membawa perempuan lemas yang dirinya bopong. Melihat pemuda itu melangkah pergi, dengan gemetar kedua perempuan Kekaisaran yang tadi berbicara dengan Odo berjalan mengejarnya.
Selama langkah kaki mereka di sepanjang Gua, kedua perempuan dari kelompok pedagang Kekaisaran tersebut dibuat bingung saat melihat kebanyakan mayat Goblin yang tergeletak tidak memiliki luka fisik. Begitu tak wajar, sama halnya dengan apa yang kedua perempuan itu rasakan dari pemuda rambut hitam yang menolong mereka.
Keluar dan sampai di depan mulut Gua, mayat-mayat Goblin dengan jumlah banyak pun menyambut. Itu semua bergelimpangan dengan posisi terkapar kaku, tidak memiliki bekas luka sama seperti mayat-mayat yang ada di dalam Gua.
Tanpa memikirkan rasa penasaran kedua perempuan itu, Odo terus berjalan sampai ke tempat di dekat hutan. Ia membaringkan perempuan yang dirinya bopong di atas rerumputan dekat sebuah pohon, lalu kembali bangun dan berbalik ke arah dua perempuan yang mengikutinya.
Menarik napas ringan, Odo menatap kedua perempuan tersebut dan berkata, “Jaga dia sebentar, aku akan mengeluarkan yang lain dari dalam.” Tanpa memberikan penjelasan lain, ia kembali melangkah ke arah Gua.
“Tukh … Tungh … Tunggu ….” Dengan suara yang dipaksakan dan meski harus membuat tenggorokan sakit, perempuan manusia berusaha memanggilnya.
Odo pun menghentikan langkah kaki, menoleh dan menatap dengan sorot mata dingin. Sembari memalingkan pandangan ia berkata, “Tenang saja, aku akan segera kembali. Seharusnya sekarang tidak ada satu pun monster yang berani mendekat. Yah …, kalau ada yang Tahap Lanjutan itu beda lagi ceritanya.”
Perkataan tersebut malah terdengar seperti peringatan bagi mereka, membuat kedua perempuan itu dengan takut menghampiri Odo dan memeluknya seakan mencegah pemuda itu pergi.
“Tokg …. Tolong … jan pergi … To … long ….”
Maksud dari perkataan yang tidak begitu jelas tersebut tersampaikan kepada Odo. Meski begitu, pemuda itu tetap saja tidak ingin membawa mereka kembali masuk dan meninggalkan perempuan yang tidak sadarkan diri sendirian terbaring di atas rerumputan.
“Baiklah, aku akan meminta bantuan. Kalian lepaskan aku dulu,” pinta Odo.
Mendengar itu, kedua perempuan yang masih gemetar ketakutan tersebut menggelengkan kepala dan tak ingin melepaskannya. Terlalu takut, membayangkan diri mereka akan bernasib sama dengan perempuan lain yang ditangkap para Goblin atau dibunuh seperti layaknya para pria dari kelompok pedagang tempat mereka berasal.
“Terserah saja lah ….”
Sembari memejamkan mata, Odo menggunakan Radd Sendangi untuk menghubungi Elulu di Kota Mylta. “Elulu, aku ada perintah baru untukmu,” gumam Odo. Setelah itu, ia mulai menjelaskan situasi dan memerintah salah satu pegawainya tersebut untuk meminta Pihak Pemerintahan atau Guild mengirimkan beberapa bantuan dengan segera.
ↈↈↈ
Hari semakin sore, langit perlahan memancarkan cahaya kemerahan di ujung cakrawala dan gelap pun mendekat. Meski sudah berada di persimpangan malam, keramaian di Kota Mylta belum kunjung pudar dan malah semakin ramai.
Kelompok-kelompok pedagang telah memulai pergerakan mereka setelah mendapatkan hak atas pelabuhan, melakukan operasional yang sebagaimana mestinya sesuai dengan tujuan mereka datang ke kota pesisir. Melakukan transaksi dengan menjual apa yang mereka bawa ke kota tersebut, lalu membeli hasil-hasil laut dan mengangkutnya keluar untuk dijual di kota lain.
Melalui perjanjian yang terjalin antara kelompok-kelompok pedagang besar di Kota Mylta, hubungan simbiosis mutualisme mulai terjalin secara bertahap. Bagi pengusaha yang berasal dari dalam kota, mereka memegang pengaruh lebih besar terhadap sumber hasil laut jika dibandingkan pendatang.
Namun, di sisi lain para pendatang memiliki pengaruh lebih tinggi terhadap harga pasar barang-barang dari impor. Memanfaatkan kondisi tersebut, sebuah simbiosis perlahan terbentuk di antara pedagang, untuk menstabilkan harga di antara masing-masing pedagang
Secara bertahap, hubungan yang sebelumnya sempat tegang di antara pedagang mulai diperbaiki dan berkembang ke arah positif. Saling menguntungkan satu sama lain, memberikan apa yang saling mereka butuhkan, dan meraup keuntungan yang layak atas transaksi-transaksi yang ada tanpa merugikan penduduk setempat.
Aliansi Samudera Majal, Sekte Dagang Teratai Danau, dan Serikat Dagang Lorian⸻
Ketiga nama kelompok pedagang besar tersebutlah yang mengelola jalannya perkembangan ekonomi kota, mengembangkan bidang-bidang usaha mereka masing-masing dan mulai menyebarkan akar pengaruh sampai keluar kota.
Namun ketika hubungan serta perkembangan ekonomi perlahan berkembang ke arah yang baik, masalah baru muncul di tengah proses tersebut. Ancaman para monster yang ada di sekitar rute perdagangan. Pada penghujung hari ini, fakta tersebut mulai dibicarakan oleh beberapa kelompok pedagang.
Hanya dalam beberapa jam saja, masalah tersebut naik ke puncak dan membuahkan hasil keputusan bersama golongan mereka. Berubah dalam bentuk sebuah laporan kepada Pihak Pemerintahan Kota Mylta.
Pada kenyataannya, masalah tentang terancamnya rute dagang sudahlah dibahas pada awal minggu. Namun, karena adanya masalah lain seperti tuntutan kepada Ordoxi Nigrum dan Serikat Dagang Lorian terkait monopoli pelabuhan, pembahasan tersebut ditunda dan belum dibahas secara serius sampai hari ini.
Tetapi, bukti nyata dari masalah yang ditunda sejak awal minggu mulai mencapai klimaks sore hari ini. Dari laporan yang diberikan Odo kepada Pihak Pemerintahan, dengan cepat menyebar kabar bahwa rute dagang terancam oleh para monster.
Akan adanya masalah tersebut, secara resmi Pihak Pemerintahan pun dituntut oleh para pedagang untuk segera menyelesaikannya.
Di Barak Kota Mylta. Pada tempat dimana para prajurit dan penjaga kota berlatih, seratus orang lebih berkumpul. Para pejabat pemerintahan dari berbagai bidang, pedagang yang tergabung dalam kelompok-kelompok besar, belasan prajurit dan beberapa militan, serta belasan aristokrat yang datang karena mendengar kabar yang sampai ke telinga mereka.
Sekitar dua jam yang lalu, bala bantuan yang dikirim oleh berbagai macam pihak kembali ke Barak tersebut setelah mereka pergi ke tempat yang Odo laporkan melalui Elulu.
Tentu saja, mereka datang dengan membawa para perempuan yang sebelumnya pernah dinyatakan hilang dalam kurung waktu satu bulan terakhir.
Tetapi setelah didata kembali, perempuan-perempuan yang dibawa pulang tersebut ada juga beberapa yang seharusnya telah dinyatakan meninggal sejak tahun kemarin karena serangan monster.
Selain mereka yang masih hidup, dibawa kembali juga beberapa mayat yang terpotong-potong dan sebagian ada yang sudah hanya tinggal belulang saja. Itu semua dibawa pulang ke kota untuk dimakamkan oleh Pihak Religi, meski kemungkinan besar tidak bisa lagi diidentifikasi bagian tubuh milik siapa saja itu.
“Kejam sekali …. Tidak di Luke ataupun Garados, monster memang lebih mengerikan daripada bandit,” gumam salah satu prajurit setelah melihat potongan-potongan mayat di atas gerobak yang melaju ke arah lapangan.
Mendengar perkataan salah satu anak buahnya, sebagai atasan mereka Iitla Lots dengan tegas menegur, “Diam dan cepat bantu yang lain! Jangan hanya berdiri saja!”
“Si-Siap, Pak!” Prajurit tersebut segera berlari mengikuti gerobak berisi potongan tubuh manusia, membantu pengangkutan mayat-mayat untuk diidentifikasi.
Bagi Iitla Lots yang cukup berpengalaman dengan hal-hal seperti ini, ia merasa kejadian ini pun memanglah sebuah tragedi yang sangat merugikan kota. Apalagi bertepatan ketika Mylta sedang dalam masa progresif dan mencapai puncak tertinggi pendatang dari luar setelah satu dekade terakhir.
Menggelengkan kepala dan paham bukan hal seperti itu yang seharusnya seorang Knight pikirkan, pria paruh baya dengan rambut pirang panjang sebahu tersebut bergumam, “Ini memang kesalahan kami karena tidak mempertimbangkannya matang-matang. Selain bandit, seharusnya kami paham kalau para monster juga bisa menjadi ancaman besar di rute perdagangan.”
Selain para prajurit yang terlibat, mereka juga dibantu oleh orang-orang puritan dan tabib yang dipanggil ke Barak untuk proses identifikasi.
Mereka mengurus puluhan mayat yang diangkut menggunakan beberapa gerobak dan dikumpulkan di lapangan, mengidentifikasi yang masih memiliki bentuk serta bisa dikenali, lalu berusaha mendata mayat-mayat tersebut untuk diberitahukan kepada keluarga masing-masing sebelum dimakamkan.
Selain itu, para pegawai sipil pun mulai membuat pengumuman yang akan dibacakan di balai kota, berisi tentang pemberitahuan terhadap masyarakat yang dalam kurun waktu satu tahun terakhir pernah memberikan laporan terkait orang hilang.
\=============
Fakta 002 U: Karena rasa kesepian dan banyak ingatan yang hilang secara rutin melalui proses pencapaian Tingkat Ilahi, Fiola sedikit mengidap Deficit de Atenção.
Hal ini membuatnya cenderung sulit fokus pada tujuannya, menjadi hiperaktif secara tiba-tiba, dan mudah terpacu emosi oleh beberapa hal. Dalam hal ini ia terlalu terobsesi dengan Mavis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 228 Episodes
Comments
Ken Arrock
👍
2021-03-29
1
ime Queen
kok julia sih thor bukannya yang teropsesi mavis itu fiyola
2021-02-02
3
drawan
sif
2021-01-12
0