Sembari memalingkan pandangan dengan sedikit resah, Odo menaruh pedang ke permukaan tanah yang sedikit berbatu. Ia menaruh kedua telapak tangan ke atas tanah, lalu memejamkan mata dan menggunakan sihir tanah tingkat rendah untuk mendeteksi getaran dalam radius kurang dari satu kilometer.
Dalam aktivasi sihir yang sangat minim tersebut, Odo berhasil memastikan keraguannya. Setelah menghela napas sekali ia pun bergumam, “Sepertinya tebakan ku benar, arah penghasilan para pemburu berubah dan mereka sama tidak lagi memburu para monster. Karena bekerja tanpa risiko nyawa di Kota lebih tinggi bayarannya, jadi pemburu dari Guild sepertinya lebih memilih sumber penghasilan lain.” Odo mengambil kembali pedangnya, mengaktifkan Inti Sihirnya dan bersiap untuk bertarung.
Namun sebelum dirinya bangun dan keluar dari semak-semak, Odo sadar bahwa tekanan sihir miliknya sangat lemah dan bahkan para Goblin tidak menyadari keberadaannya meski Inti Sihir telah aktif. Menghela napas ringan dan merasa pertarungan fisik tidak menguntungkan baginya, Odo lebih memilih untuk menggunakan kekuatan ilahi dalam Alam Jiwanya.
“Unsur Aktivasi, stimulasi Divine Force ….”
Sirkuit sihir merah menjalar dari dada kiri ke penjuru tubuh Odo, membuat sirkulasi kekuatan lain dari Alam Jiwanya mulai meningkat. Di sekitar leher sampai pipi, garis-garis merah sekilas tampak dan pada waktu yang bersamaan kornea matanya berubah keemasan.
“Ini juga sebagian salahku sih. Karena aku membantai monster-monster kuat di tempat ini, populasi Goblin meningkat. Ini akibatnya kalau salah satu rantai makanan berkurang, hierarki alam bisa terganggu.”
Odo berhenti berjongkok dan berjalan keluar dari semak-semak, merasa harus meninjau ulang hal tersebut karena risiko kawanan monster akan terus bertambah semakin tinggi. Menimbulkan ancaman bagi para pedagang pendatang dari luar yang tidak tahu tentang ruang lingkup populasi para monster.
Perginya para pemburu yang secara rutin membasmi mereka membuat para monster berkembang dengan pesat, terutama untuk jenis humanoid yang memiliki tingkat reproduksi tinggi seperti Goblin.
Monster-monster tersebut memiliki kulit hijau gelap, berbadan kerdil dan bertelinga runcing, itulah bentuk normal para Goblin yang merupakan monster dengan tingkat perkembangbiakan paling tinggi dalam jenis humanoid.
Mereka juga memiliki tingkat kecerdasan yang hampir menyamai simpanse, cenderung berkelompok dan terkadang muncul varian yang memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi sebagai pemimpin.
“Seingat ku, bukannya para Goblin itu spesies monster yang tidak memiliki betina? Terus kenapa ya bisa mereka terus berkembang pesat dan menjadi sebanyak itu dalam waktu beberapa bulan saja?”
Tanpa memikirkan jawabannya lebih lanjut, Odo telah tahu sebabnya. Tentu saja dengan menggunakan perempuan sebagai kuda betina para Goblin, menculik mereka dan dipaksa untuk hamil, lalu melahirkan keturunan-keturunan makhluk kerdil tersebut.
Para monster pada dasarnya adalah makhluk hidup yang muncul dari sisa-sisa Mana dan Ether di udara, karena itulah beberapa dari mereka merupakan bentuk kehidupan tidak sempurna. Salah satu contohnya adalah tidak memiliki banyak betina, layaknya para Goblin.
Menghentikan langkah kaki dan berdiri beberapa meter dari Gua para monster hijau tersebut, pikiran Odo tetap diisi oleh rasa heran. Ia terus memikirkan alasan mengapa bisa para Goblin bisa mendapatkan manusia untuk digunakan media peranakan untuk mempercepat pertambahan keturunan mereka.
Pikiran Odo langsung terarah kepada para pedagang yang datang ke Kota Mylta, merasa sumber perempuan yang ditangkap para Goblin untuk reproduksi berasal dari pendatang yang mendengar kabar bahwa rute perdagangan telah bebas dari ancaman bandit.
“Apa karena mereka kira rute sudah benar-benar aman, jadinya kebanyakan orang datang tanpa menyewa pengawal?” gumam Odo sembari memancarkan intimidasi kepada para Goblin yang menyadari kedatangannya. Pada saat itu juga, makhluk-makhluk hijau kerdil yang berjaga di depan Gua tersebut tidak bisa bergerak dan menggigil ketakutan di tempat. Kembali menghela napas, Odo sekali lagi bergumam, “Waktu rapat kemarin lusa, kalau tidak salah Lisia juga sempat membahas tentang beberapa rombongan dari luar kerajaan yang diserang monster. Katanya, ada juga … beberapa orang yang hilang.”
Melihat fenomena bertambahnya para Goblin secara langsung, Odo merasa kemungkinan mereka dimakan oleh hewan liar atau monster seketika lenyap. Jelas-jelas sebagai orang yang hilang dibawa oleh kawanan Goblin ke sarang mereka dan dijadikan sebagai pabrik reproduksi, layaknya sebuah cerita-cerita yang sering terdengar dari desa terpencil yang tidak terlalu dipedulikan oleh pemerintah ataupun keluh kesah dari para pedagang keliling yang sering bepergian antar kota.
“Menyusahkan,” ujar Odo. Menarik napas dalam-dalam dengan rasa resah di dada, pemuda rambut hitam itu merasa tidak memiliki waktu untuk memikirkan hal-hal menyusahkan seperti masalah yang ada di hadapannya sekarang.
Para Goblin hanya terdiam. Meski telah menyadari keberadaan Putra Tunggal Keluarga Luke tersebut, para monster-monster kerdil yang berjaga di depan sarang mereka tidak ada satu pun yang berani mendekat atau sekadar melangkah dari tempat.
Insting para monster itu telah memberitahu tubuh mereka, bahwa pemuda yang mulai berjalan menuju sarang mereka bukanlah makhluk yang sama seperti para manusia yang dijadikan alat berkembang biak. Dalam teror, para Goblin merasakan kengerian yang baru pertama kalinya mereka rasakan dalam hidup yang singkat.
“Jangan khawatir.” Sembari menghampiri salah satu di antara mereka, Odo perlahan mengangkat tangan kirinya dan kembali berkata, “Kalian adalah makhluk cacat yang bahkan tidak memiliki banyak betina di jenis kalian …. Keberadaan kalian sendiri adalah kesalahan Dewi tidak becus itu dalam menata dunia ini.”
Suara pemuda itu terdengar bagaikan teror. Meski tak tahu apa yang diucapkan pemuda itu, para Goblin menerima perkataan tersebut dalam bentuk intimidasi yang nyata. Saking takutnya, tidak ada satu pun Goblin di depan gua yang bisa mengangkat senjata mereka.
Odo sekilas melihat pedang, kapak, serta tombak yang masih bagus dan tanpa karat di tangan para Goblin. Dengan cepat dirinya tahu semua itu merupakan hasil rampasan para monster-monster kerdil tersebut, mereka dapatkan dari kelompok-kelompok pedagang yang mereka serang.
Sampai di hadapan salah satu Goblin yang membawa tombak besi, pemuda rambut hitam itu hanya menatap penuh rasa mengasihani. Merasa bentuk kehidupan di hadapannya begitu tidak berarti di dunia yang amat luas.
Begitu kecil, tak bernilai, hanya sebatas hama, dan bisa lenyap dengan mudah. Meski begitu, mereka para Goblin diberikan akal untuk berpikir dan merasakan emosi yang mirip dengan para makhluk yang memiliki kecerdasan. Meski seharusnya mereka hanyalah monster dengan tingkah laku lebih rendah dari hewan dan hanya membawa kerusakan.
“Bentuk kehidupan mereka terlalu tidak sempurna untuk dikategorikan sebagai makhluk hidup,” itulah yang Odo rasakan dalam benak sekarang.
Mungkin tahun kemarin Odo membunuh para makhluk seperti mereka tanpa ragu dan dengan brutal, membantai tanpa memberi ampun dan menganggap para Goblin hanyalah sebatas objek untuk dibunuh. Layaknya karakter monster mob dalam video gim yang dianggap sebagai ladang untuk menaikkan kekuatan.
Tetapi setelah mewarisi ingatan-ingatan Raja Iblis Kuno tentang asal usul para monster yang ada di Daratan Michigan, pandangan tersebut semakin berubah seiring berjalannya waktu. Odo mulai menganggap keberadaan para monster lebih rendah maknanya jika dibandingkan dengan para hewan liar.
Setelah mengambil tombak besi dari Goblin di hadapan, pemuda itu membuangnya ke tanah dan berkata, “Kau bahkan tidak bisa memilih senjata yang sesuai untuk dirimu sendiri. Menyedihkan sekali.”
Ukuran tombak yang dibuang itu lebih panjang dua kali lipat dari tinggi monster itu sendiri, tak pantas dan seharusnya tidak bisa digunakan dengan baik oleh makhluk kerdil sepertinya. Namun layaknya anak kecil dengan sifat yang sangat buruk, Goblin tersebut dengan serakah menggunakan senjata yang tidak cocok untuknya.
Saat Odo memalingkan pandangan sejenak, Goblin di hadapannya mulai melawan tekanan intimidasi dan berusaha bergerak. Ia memalingkan kepala, mengangkat tangan dengan kuku-kuku panjang dan berusaha menyerang. Tetapi ketika Odo kembali menatap ke arahnya, seketika Goblin tersebut mematung sepenuhnya tanpa bisa bergerak satu inci pun.
Para Goblin dalam jarak sepuluh meter pun mulai mengikuti, berusaha melawan tekanan makhluk ilahi yang terpancar dari Odo. Ada yang meronta, membenturkan kepala mereka sendiri ke tanah, menggeleng-gelengkan kepala, lalu ada juga yang menusuk tubuhnya sendiri untuk memberikan rasa sakit dan lepas dari tekanan intimidasi.
Tetapi, semua itu percuma mereka lakukan. Meski bisa sedikit menggerakkan tubuh, efek dari intimidasi tersebut memang membuat para Goblin seakan kesemutan merasakan kesemutan di sekujur tubuh dan terdiam kaku di tempat.
“Pada dasarnya di dunia ini tidak ada yang pantas disebut manusia, kalian semua adalah bentuk kehidupan baru dan sangat berbeda dengan manusia di Dunia Sebelumnya. Entah itu manusia di dunia ini, monster, roh, iblis, malaikat, atau bahkan dewa sekalipun …. Kalian semua hanyalah tiruan umat manusia yang asli.”
Odo meletakkan jari telunjuknya ke kening Goblin yang ketakutan setengah mati di hadapannya. Sembari memasang senyum tipis dirinya berkata, “Kalian tahu, makhluk hidup seharusnya tidak memiliki Unfar, sesuatu yang semua makhluk di dunia ini sebut Mana. Huh ….”
Pemuda itu menyeringai kecil dan merasa gila membicarakan itu dengan seekor monster. Menarik napas dengan resah, ia mengetuk kening Goblin di hadapannya dan langsung menggunakan Aitisal Almaelumat untuk mematikan seluruh fungsi otak monster tersebut.
Tanpa mendaratkan satu pun luka atau bahkan goresan ke tubuhnya, Odo mengakhiri kehidupan Goblin tersebut. Tubuh monster hijau kerdil itu ambruk ke belakang, langsung kaku seperti mayat yang telah mati selama beberapa jam lamanya.
Melirik ke arah Goblin lain di sekitar, Odo hanya memperlihatkan tatapan datar layaknya memandang mereka semua sangat rendah. Seperti halnya melihat hewan-hewan yang sudah siap untuk disembelih, namun tidak ingin memakan daging mereka.
“Tak perlu cemas, akan aku berikan kematian yang layak. Kalian tidak salah …. Dunia ini yang salah karena telah menciptakan kalian,” ujar Odo sembari berjalan ke arah salah satu Goblin lainnya.
Meski tahu hidup mereka akan berakhir di tangan sang pemuda, monster-monster kerdil tersebut sama sekali tidak bisa bergerak dari tempat. Bahkan para Goblin yang melihat kejadian itu dari dalam Gua tidak bisa melangkah menjauh atau menyerangnya, benar-benar dibuat mati kutu saat masuk ke dalam radius sekitar sepuluh meter dari pemuda itu.
Satu persatu, dengan pasti dan tidak terburu-buru Odo membunuh mereka semua. Menggunakan cara yang sama seperti saat menghabisi Goblin pertama di kelompok monster tersebut, ia mengakhiri kehidupan mereka. Hanya menghapus ikatan roh dari tubuh mereka dan membiarkan kepingan jiwa kembali ke aliran kehidupan.
Dalam waktu kurang dari seperempat jam, lebih dari 34 Goblin tergeletak tak bernyawa di sekitar dan dalam Gua. Memasuki sarang mereka yang memiliki bekas terbakar di dinding-dinding, Odo pun melakukan hal yang sama kepada para Goblin yang dirinya temui di dalam. Membuat mereka terdiam ketakutan, lalu menghabisi para Goblin hanya dengan menyentuh kening dan menghabisi mereka.
Sampai di ujung Gua, itu ruang yang tertutup dinding kayu dan diikat dengan sangat tidak rapi dengan akar-akar serta tanaman merambat. Di balik pintu yang cenderung lebih seperti pagar kecil, Odo sekilas melihat tumpukan jerami kering yang sangat kotor.
Mencium aroma tak sedang yang semakin tajam, keningnya seketika mengerut dan merasa sedikit muak saat memperkirakan apa yang ada di balik dinding kayu tersebut. Mengingat kembali apa yang telah Odo lakukan pada Gua tahun kemarin, ia merasa seharusnya tempat berdiri sekarang memiliki lubang besar pada ujung karena sihir yang telah digunakan untuk membunuh Giftmelata.
“Kalian belajar dengan cepat meski tidak ada yang mengajari, jujur ini sedikit mengejutkan,” gumam Odo dengan suara sedikit serak.
Ia memegang pundak salah satu Goblin yang berdiri membelakangi, lalu sedikit membungkuk dan memusatkan intimidasi kepadanya. Goblin tersebut adalah Tingkat Lanjut dan merupakan pemimpin kelompok di dalam sarang, memiliki tanda-tanda mutasi berupa tulang yang mencuat keluar dari kedua siku dan tampak tajam seperti pedang.
Tidak seperti apa yang dirinya lakukan kepada para Goblin yang ditemui di dalam ataupun luar Gua, Odo langsung menggorok leher monster kerdil yang telah mencapai Tingkat Lanjut tersebut. Untuk beberapa alasan, rasa muak benar-benar menguasai benaknya setelah paham fungi dari ruangan di balik tembok kayu yang ada di hadapannya.
Goblin yang disembelihnya jatuh ke depan, lalu darah yang sedikit hijau mengalir deras dan mulai menggenang. Melihat mayat Goblin yang berlinang darah, Odo sesaat memasang senyum kecil dan berkata, “Maaf, aku terbawa suasana …. Padahal aku paham tak ada gunanya marah pada makhluk seperti kalian.”
Terbiasa membunuh, sifat tersebut perlahan mulai menyerap ke dalam Odo dan membuatnya ingat dengan suasana perang yang pernah dirinya lalu di Dunia Sebelumnya. Untuk sesaat membuatnya menyeringai gelap, menciptakan tekanan mematikan yang seketika membuat para Goblin yang berdiri di sekitarnya menggigil dan menjerit tanpa bisa bergerak dari tempat.
Suara mereka yang dipenuhi ketakutan mengisi Gua, mengerang dalam ketidakberdayaan layaknya hewan-hewan ternak yang menemui ajal mereka di tempat pemotongan. Tanpa belas kasihan dan menaruh rasa iba, Odo tetap menghabisi mereka semua dengan menghilangkan ikatan roh mereka dengan tubuh dan membiarkan potongan jiwa kembali ke Aliran Kehidupan.
Sesudah menghabisi semua Goblin yang ada di dalam sarang, Odo memotong ikatan penyangga dinding kayu dan menariknya supaya tidak jatuh menimpa apa yang ada di belakang. Tepat seperti apa yang dirinya duga, di balik sana terdapat orang-orang yang diculik para Goblin, para perempuan yang terdiri dari manusia dan Demi-human.
Sebagian ada yang sudah melahirkan anak-anak Goblin, masih hamil, baru saja diperkosa, dan ada juga yang masih aman karena baru saja tertangkap. Melihat tiga bayi Goblin di pojok ruang peranakan para monster tersebut, Odo memasukkan pedangnya ke dalam dimensi penyimpanan.
Sejenak menghela napas, ia pun langsung membuka telapak tangan ke arah mereka dan melebarkan persepsi kekuatannya menggunakan Unsur Aktivasi ke penjuru Gua.
“Putus …!”
Saat jangkauan kekuatan memenuhi Gua, Odo menjentikkan jari dan memutus ikatan roh mereka dengan tubuh. Membunuh para bayi Goblin tersebut dengan cepat tanpa rasa sakit. Berbeda dengan para Goblin dewasa, bayi memiliki ikatan roh yang sangat lemah dengan tubuh dan dengan mudah dilepas. Karena itulah Odo dengan cepat bisa mengakhiri kehidupan mereka tanpa kontak fisik.
Melihat ke arah para perempuan yang diculik, Odo hanya menatap datar dan bingung harus mengatakan apa kepada mereka. “Delapan perempuan …. Tiga sudah hamil beberapa kali, satu baru melahirkan, dua baru ditiduri para Goblin, dan dua lainnya belum disentuh sama sekali karena mungkin baru ditangkap,” benak Putra Tunggal Keluarga Luke tersebut sembari mengamati mereka.
\==============
Fakta 001: Helena atau dikenal juga Dewi Penata Ulang sedikit mengidap gangguan mental, Transtorno Bipolar.
Itu membuat suasana hatinya bisa berubah dengan sangat cepat, mulai dari kondisi terendah seperti depresif/tertekan dan langsung naik ke tertinggi/euforia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 228 Episodes
Comments
『Minecraft』
bida= bisa
2022-05-21
0
『Minecraft』
berkuran= berkurang
2022-05-21
0
Ken Arrock
dewi;God di inggris. harafiah tuhan. bipolar 😆
what a something 😁😁☕
2021-03-29
1