[73] The Prepare 2 of 3 (Part 01)

 

 

 

 

Seseorang dari masa lalu pernah berkata, “Tidak ada hal baik dalam peperangan, ataupun sebuah kekerasan. Tidak ada kecuali akhir dari hal tersebut.”

 

 

Meski mereka telah menyadarinya sejak lama, orang-orang tidak pernah belajar pada kenyataan tersebut. Sebagian yang paham hanya diam karena tidak bisa mengubah apa-apa serta takut untuk melakukannya, lalu sebagian lagi yang belum memahaminya malah terus berbuat kesalahan tanpa ada yang mengingatkan.

 

 

Jauh di masa depan dari masa orang bijak yang mengatakan gagasan tersebut, orang dungu yang mengatasnamakan kehormatan mengumumkan, “Perang adalah sejarah kita! Perang membuat peradaban kita menjadi semakin maju! Pengetahuan kita berkembang pesat karena konflik yang ada!” Seakan tidak melihat semua hasil buruk yang terbentang di hadapan mereka semua, sebagian besar pemimpin meyakini hal tersebut. Karena memang seperti itulah yang terjadi, perang juga membawa sebuah perkembangan pesat bagi peradaban manusia.

 

 

Seorang yang mendalami bidang psikologi mengemukakan, bahwa ada beberapa tahapan yang harus dilalui untuk mencapai perdamaian. Pertama adalah sebuah pertemuan antara kedua kubu, saling mengidentifikasi satu sama lain dan berusaha untuk mengeri tentang perbedaan yang ada.

 

 

Namun jika titik dimana kedua kubu tak bisa mengerti satu sama lain dan toleransi tidak bisa dicapai, maka sebuah konflik akan terjadi. Proses tersebut akan terpecah menjadi dua kategori antara semakin memburuk atau membaik. Jika konflik akan berkembang ke arah yang buruk, maka peperangan pun akan terjadi. Tetapi jika konflik mereda, maka perdamaian pun tercapai.

 

 

Tetap kebanyakan toleransi tidak bisa dicapai tanpa adanya sebuah konflik terlebih dahulu. Pada kenyataannya sangat sukar untuk kedua pihak yang baru pertama bertemu langsung bisa memahami satu sama lain, kepentingan yang ada pasti saling bertabrakan dan konflik pun tidak bisa dihindari.

 

 

Karena itulah tingkat komunikasi untuk meraih perdamaian memasuki tahap kedua, yaitu mulai berusaha untuk saling memahami. Meskipun tahap ini bisa dicapai setelah konflik pertama dan orang-orang bisa memahami satu sama lain, namun itu bukan berarti mereka dapat menerima. Dendam, kebencian, trauma, dan rasa benci, serta segala emosi negatif yang tertinggal dan tertumpuk di hati mereka akan terus mengikuti. Semua hal tersebut membuat orang-orang akan sulit untuk melanjutkan ke tahap berikutnya.

 

 

Namun jika mereka bisa menerima dan mulai memaafkan, perdamaian tinggal satu langkah di depan mata mereka. Sayangnya sampai kapan pun orang-orang tidak bisa sepenuhnya saling menerima dan memaafkan. Meski pun kedua negeri berdamai secara hitam di atas putih dan berjanji untuk saling membantu, rasa benci atau emosi negatif pasti masih bersemayam di hati rakyat mereka.

 

 

Jika sebagian orang ada yang memilih untuk memaafkan, maka sebagian orang ada juga yang memilih untuk menanamkan dendam mereka di hati.

 

 

Karen itulah, tepat seperti apa yang orang-orang bijak dari masa lalu katakan. Tidak ada hal baik dari peperangan. Meski melihat segala dampak positif yang ada, semua itu bisa dicapai dengan cara lain yang lebih baik tanpa pengorbanan dalam jumlah yang tidak masuk akal. Bukan dengan menumpuk mayat-mayat dan membiarkan saudara mereka tergeletak menyedihkan.

.

.

.

.

 

 

Pada sebuah Realm yang terbentuk di Celah Dimensi, mereka saling menatap dan membicarakan hal baik-buruknya peperangan. Menggunakan kalimat orang-orang bijak dari masa lampau, mereka membenturkan argumen dan tetap kukuh pada argumen masing-masing.

 

 

Dewi Penata Ulang dan Dewi Kota, pencipta dan ciptaannya, itulah hubungan kedua individu tersebut.

 

 

Kedua Dewi duduk saling berhadapan pada sebuah sofa, di dalam ruangan dengan aksen abad ke-17 yang klasik. Saling menatap tajam, meja berisi camilan yang tidak tersentuh menjadi pembatas di antara mereka. Suasana tegang menguasai ruang, seakan mencerminkan kekukuhan mereka yang sama sekali tidak berniat untuk mundur dengan masing-masing pendapat.

 

 

“Meski pun Anda berkata demikian, saya tetap tidak bisa senang saat mendengar Anda ingin menyeret Kerajaan Felixia ke dalam kobaran api peperangan.” Dewi Asmali benar-benar menatap kesal, rasa cemas bercampur dalam mimik wajahnya. Sedikit memalingkan pandangan dan sedikit takut untuk menatap langsung mata penciptanya, Dewi Kota kembali berkata, “Negeri itu adalah tempat yang diriku jaga sejak dulu …! Diriku sangat menyayangi mereka! Entah seburuk apapun sisi gelap yang orang-orang Felixia miliki, masih banyak yang baik di sana!”

 

 

Tetap bersikukuh, Asmali Oraș, sang Dewi Kota mengerutkan kening dan menatap tajam ke arah Dewi Helena. Ia segera bangun dari tepat duduk dengan amarah yang mulai naik ke permukaan, membuat kedua matanya melotot dan ingin membentak keras.

 

 

Meski sebelumnya Asmali terlihat tenang dan hormat kepada lawan bicaranya, sekarang Dewi tersebut benar-benar tidak bisa diam saja setelah mendengar pernyataan sang Dewi Penata Ulang.

 

 

“Ketahuilah, wahai ciptaan ku ….” Helena sama sekali tidak mengubah ekspresi wajahnya yang datar. Perlahan mengangkat telunjuk dan meletakkannya ke depan mulut, Dewi dengan kesan gotik kuat tersebut kembali menyampaikan, “Meski diriku ini tidak ikut campur, takdir yang telah ditentukan sejak dunia ini ditata ulang tak bisa engkau ubah. Diriku hanya memberitahukan hal ini, bukan untuk meminta izin ataupun memperingatkan engkau.”

 

 

Menurunkan tangannya kembali ke atas pangkuan, Dewi Penata Ulang kembali menegaskan, “Hanya memberitahu …. Benar sekali, hanya menyampaikan ketentuan ini.”

 

 

Ucapan tersebut terkesan tidak memedulikan amarah dari salah satu makhluk kayangan ciptaannya. Dewi dengan gaun gotik hitam tersebut tetap memasang ekspresi sedingin es, menatap kosong dan begitu hampa. Tampak tidak peduli, tidak tertarik, dan tidak ingin berargumen lebih jauh lagi soal ketentuan yang harus dibayar Asmali karena ikut campur masalah makhluk-makhluk mortal terlalu jauh.

 

 

Melihat reaksi itu Asmali sangat paham, percuma baginya untuk terus berargumen dan meminta Dewi Penata Ulang mengurungkan keputusannya atau sekadar memberikan sedikit toleransi. Takdir yang telah ditentukan memang tidak bisa diubah oleh mereka yang tertulis di dalam ketentuan sang Dewi Penata Ulang.

 

 

Namun saat terdiam sesaat, Dewi Kota teringat dengan seseorang yang beberapa saat lalu dikatakan penciptanya bahwa sosok tersebut berada di luar takdir. Pemuda yang dikenal sebagai Unsur Hitam, dikenal dengan nama Odo Luke. Unsur tersebut dengan jelas disebut dalam Catatan Dunia akan membawa perubahan pada ketentuan takdir yang telah ada.

 

 

Melihat mimik wajah yang tapak pada Dewi Kota, Dewi Helena tidak bisa menyembunyikan emosinya dan mulai tersenyum kecil. Hal tersebut seakan memang dirinya dengan sengaja mempengaruhi ciptaannya tersebut untuk bergerak mengikuti kehendaknya.

 

 

Meletakkan tangan kanan ke pipi, perempuan rambut hitam yang sebagian telah memutih itu segera memasang mimik wajah pura-pura bingung. Lalu niat mendorong makhluk ciptaannya tersebut mengambil keputusan yang dirinya inginkan, sang Dewi Penata pulang pun berkata, “Jika engkau benar-benar tidak ingin Kerajaan Felixia jatuh dalam kekacauan yang telah diriku tulis pada Catatan Dunia, maka lakukanlah yang terbaik dengan apa yang sedang engkau pikirkan.”

 

 

Dewi Asmali tersentak, merasa pikirannya telah dibaca dan segera kembali duduk di sofa. Sembari menatap dengan cemas, perempuan rambut biru tersebut pun bertanya, “Apa Anda tidak ingin mencegahnya? Jika diriku ingin memanfaatkan pemuda itu, apa … Anda tidak marah?”

 

 

“Kenapa diriku harus marah? Pemuda itu ⸻ Jiwa yang agung tersebut berada di luar ketentuan takdir dunia. Jika engkau ingin memanfaatkannya dan mengubah takdir, diriku takkan melarang atau mencegah. Engkau berhak atas hal tersebut ….” Sesaat Dewi Helena terdiam, ia menurunkan tangan dari pipi dan mengangkat jari telunjuknya ke depan. Sembari memasang seringai lebar tipis sang Dewi Penata Ulang pun memperingatkan, “Namun, ingatlah konsekuensi yang ada saat engkau memilih untuk melakukan hal tersebut.”

 

 

“Konsekuensi?” Asmali sedikit cemas mendengar peringatan itu.

 

 

“Benar ….” Dewi Helena menurunkan jarinya, meletakkan kedua telapak tangan ke atas pangkuan dan kembali menyampaikan, “Jika engkau ingin mendapatkan sesuatu, maka ada sesuatu yang harus dikorbankan. Setiap yang ada di dunia haruslah seimbang, konsisten dan tak boleh ada pengecualian dalam hal seperti itu.”

 

 

Peringatan yang dikeluarkan untuk kedua kalinya tersebut membuat Dewi Asmali semakin cemas dan kembali bimbang. “Memangnya konsekuensi semacam apa?” tanyanya untuk memastikan.

 

 

“Entahlah ….” Dewi Helena memalingkan pandangan, sama sekali tidak berniat memberitahukan hal tersebut dan hanya berkata, “Seperti yang telah diriku ucapkan, jiwa tersebut berada di luar Catatan Dunia. Ada di luar takdir yang telah diriku tulis ….”

 

 

Pembicaraan untuk sesaat terhenti, mereka pun saling menatap satu sama lain dalam sebuah keheningan. Di tengah jeda pembicaraan, dua malaikat yang berada di Realm itu berjalan menghampiri Dewi Penata Ulang. Satu di antara mereka meletakkan selimut kecil ke atas pangkuan sang Dewi, lalu satunya lagi hanya berdiri tanpa melakukan apa-apa.

 

 

Setelah melakukan tugas mereka, kedua malaikat itu kembali ke pojok ruangan dan baris bersama malaikat-malaikat lain. Jumlah mereka hanya belasan saja, memiliki sepasang sayap pada punggung, lalu wajah mereka mirip satu sama lain, bahkan tinggi dan berat pun sama.

 

 

Untuk sesaat sang Dewi Kota menatap cemas, merasa ada yang janggal dari semua malaikat tersebut. Berbeda dengan yang pernah dirinya lihat saat masih di kayangan, makhluk ilahi yang sekarang melayani sang Dewi Penata Ulang lebih cenderung mirip seperti boneka hidup. Tanpa kepribadian, tanpa kehendak, dan hanya melayani dengan sangat patuh.

 

 

Menelan air liur dengan berat, Asmali menarik napas dalam-dalam dan berusaha menenangkan diri. Mempertimbangkan konsekuensi yang telah disampaikan sebelumnya, Dewi Kota tersebut merasa hal itu pantas untuk dipertaruhkan daripada hanya menunggu negeri yang telah dirinya rawat terjun jatuh ke dalam kobaran api dan perlahan runtuh.

 

 

“Meski konsekuensi yang ada akan sangat berat, diriku lebih memilih untuk mengubah takdir! Wahai pemimpin kami, apakah Anda tidak keberatan dengan keputusan yang diriku ini ambil?” ujar Asmali dengan tegas.

 

 

Dewi Helena hanya memasang senyum kecil, sang Penata Ulang tersebut menyandarkan tubuh ke sofa dan memasang mimik wajah laga. “Jika itu kehendak engkau, diriku tak ingin berargumen atau melarang lagi …. Asalkan tujuan yang telah ditentukan tercapai, diriku tidak akan melarang,” sampainya Dewi Helena dengan nada begitu senang.

 

 

Melihat hal tersebut, Asmali pun ikut merasa senang karena penciptanya tidak menolak keinginan tersebut. Ia mengelus dada, lalu dengan suara lirih berkata, “Syukurlah, ini sangat patut disyukuri. Diriku masih bisa memenuhi janji dengannya, untuk menjaga keturunan-keturunan perempuan itu.”

 

 

Pembicaraan mereka pun sampai pada penghujung, itu ditutup dengan kesepakatan kedua belah pihak. Namun saat mereka berdua memusatkan untuk menutup pembicaraan, sebuah perkara baru muncul layaknya kabut pekat yang tiba-tiba menutupi jalan.

 

 

Dari belakang sang Dewi Penata Ulang, malaikat yang seharusnya tidak memiliki kepribadian perlahan berjalan mendekat dan meletakkan tangan ke pundak sang Dewi. Ia dari belakang mendekatkan mulut, lalu dengan suara yang terdengar sedikit serak berkata, “Enak sekali, ya …. Memutuskan satu arah seperti itu dan memanfaatkannya.”

 

 

Helena dan Asmali seketika tersentak. Seakan jiwa mereka diguncang kencang, dalam hitungan detik kesadaran kedua Dewi tersebut merasakan tekanan yang begitu kuat.

 

 

Hitam pekat, begitu kuat dan ukurannya sangat masif. Hanya merasakan keberadaan yang tiba-tiba muncul tersebut, kedua Dewi itu seketika merasa seperti seekor semut yang sedang dipandang oleh manusia. Bisa diinjak kapan saja dan dibinasakan.

 

 

Yang pertama melihat sosok tersebut adalah sang Dewi Kota, lalu Dewi Penata Ulang pun perlahan menoleh ke belakang dan bertambah memucat saat memastikan ketakutannya. Jiwa yang sebelumnya mereka bicarakan sekarang berdiri di sana, menggantikan malaikat yang sebelumnya meletakkan selimut ke pangkuan Dewi Helena.

 

 

“Ke-Kenapa … Odo Luke ada di sini?” Meski dikuasai rasa takut, Dewi Asmali yang bisa melihat bentuk jiwa langsung mengenali pemuda itu. Wujud fisiknya memang sangat berbeda dari yang pernah dirinya lihat, namun dengan jelas ia tahu bahwa itu adalah Odo Luke. Dengan gemetar kacau, Asmali berusaha untuk membuka mulut dan berbicara. Ia menatap lurus ke arah malaikat tersebut, lalu sembari dipenuhi rasa penasaran serta takut ia pun kembali berkata, “Seharusnya Realm ini ….”

 

 

“Aku melacak keberadaan kalian melalui Lileian ….”

 

 

Tanpa rasa cemas dan bertindak layaknya Realm tempatnya berada sekarang bukanlah sebuah ancaman, Odo mengangkat tangannya dari pundak Helena. Pemuda yang meminjam tubuh malaikat tersebut dengan santai berjalan ke depan sofa, lalu menghampiri sang Dewi Penata Ulang dan duduk di sebelahnya.

 

 

Odo sejenak memejamkan mata, kembali memperbaiki informasi yang dirinya tanamkan ke dalam tubuh malaikat tanpa kepribadian yang dirinya ambil alih. Saat kembali membuka kedua mata, wajah dan bentuk tubuh makhluk tanpa kepribadian yang dirinya ambil alih pun perlahan berubah menyesuaikan bentuknya. Sangat mirip dengan Odo Luke, tubuh malaikat itu benar-benar berubah mengikuti konstruksi jiwa pemuda itu. Ia dengan sempurna menulis ulang wujudnya ke dalam tubuh yang layaknya kertas kosong tersebut.

 

 

Selesai melakukan penyesuaian, Odo perlahan melirik tajam Dewi yang duduk di sebelahnya dan dengan suara ringan kembali menjelaskan, “Keberadaanku di sini bukanlah wujud asli, hanya berupa proyeksi jiwa. Mirip seperti apa yang sekarang Dewi Asmali lakukan …. Karena itu, untuk masuk ke Realm ini aku perlu menulis ulang informasi boneka ini dan mengambil merantasnya. Jujur, sangat susah melewati protektor Realm ini …. Yah, mau bagaimana lagi. Ini dibuat oleh makhluk paling berkuasa di jagat raya sekarang.”

 

 

Merasa sindiran kecil tersebut tidak bisa membuat Helena membuka mulutnya, Pemuda rambut hitam itu berhenti melirik dan mulai menyandarkan tubuh ke sofa. Ia memasang mimik wajah muram dan sekilas melihat sekeliling, mengamati apa saja yang telah diciptakan kembali oleh sang Dewi Penata Ulang di sebelahnya.

 

 

“Yah, kurasa belum terlalu banyak yang sudah diciptakan ulang.” Sembari kembali duduk tegap dan menatap ke arah Dewi Asmali, dengan menggunakan nada heran Odo kembali menyindir, “Tempat ini sungguh terpencil, ya? Jujur, cukup sulit melacaknya dari Celah Dimensi meski aku sudah mendapat koordinat spasial dari Lileian.”

 

 

Dewi Helena duduk gemetar mendengar hal tersebut, tampak ketakutan dan mulai menundukkan kepalanya dengan wajah yang semakin memucat. Sosok yang sebelumnya tampak paling berkuasa dan berbicara paling tinggi di Realm tersebut, sekarang benar-benar tampak tak berdaya setelah pemuda itu datang.

 

 

“Dari mana … kau belajar hal semacam itu? Lagi pula, bagaimana bisa Lileian mengizinkan engkau melacak kami? Bukannya dia ….”

 

 

“Siapa yang meminta izin?” Odo sekilas mengendus ringan mendengar perkataan Dewi Asmali, terlihat sedikit kesal dan dengan nada menggerutu berkata, “Aku menggunakannya secara paksa! Memangnya makhluk yang mengaku Dewi di sebelah aku ini mau menemui ku dengan suka rela? Tentu saja tidak, bukan?!”

 

 

“Itu ….” Asmali bingung harus memberikan respons seperti apa. Ia sama sekali tidak mengerti hubungan seperti apa yang terjalin antara pemuda itu dengan Dewi Penata Ulang.

 

 

Tanpa niat untuk mendengarkan ucapan sang Dewi Kota, pemuda rambut hitam tersebut mengangkat telunjuknya ke depan dan menyampaikan, “Hanya dengan kedatanganku di tempat ini, seharusnya hampir ¼ rencananya rusak dan harus ditata ulang. Karena itulah Dewi di sebelah ku memasang pelindung berlapis-lapis di Realm ini! Konyol sekali …, sungguh sombong dia mengaku sebagai Dewi Penata Ulang! Padahal semua informasi yang dirinya gunakan itu hanya copy-paste dari informasi milikku! Bodoh sekali memang!”

 

 

Meski digunjing secara terang-terangan di depan makhluk ciptaannya, Dewi Helena tetap tidak membalas dan hanya terdiam. Ia sama sekali tidak berniat untuk mempertahankan harga diri dan malah diselimuti rasa takut. Melihat hal itu, Dewi Asmali pun semakin bingung dan dalam benak mempertanyakan hubungan yang ada di antara mereka berdua.

 

 

Dewi Helena perlahan mengangkat wajah, melawan takut karena rasa bersalah dan menatap pemuda di sebelahnya. Dengan gemetar ia pun bertanya, “Apa … engkau sudah mengingat segalanya?”

 

 

Pertanyaan tersebut membuat Odo memutuskan untuk berhenti menggunjing, merasa tekanan yang diberikan kepada Helena sudah lebih dari cukup. Pemuda rambut hitam itu pun segera menoleh, lalu menatap Dewi di sebelahnya dengan sorot mata datar.

 

 

Kornea mata sang Dewi perlahan berubah, dari warna ungu menjadi merah darah. Tanda emosi yang ada pada dirinya perlahan mulai tidak stabil.

 

 

“Belum ….” Jawaban Odo tersebut membuat Dewi Helena tampak sedikit lega, kornea matanya pun berubah kembali menjadi ungu. “Untuk sekarang, aku hanya baru bisa mengingat sebagian,” lanjut sang pemuda seraya memalingkan pandangan dari Dewi Helena.

 

 

“Kalau begitu, engkau masih ….”

 

 

“Kemenanganku masih belum bisa dipastikan.” Odo menghela napas dan duduk dengan menegakkan punggungnya, meletakkan kedua tangan ke atas pahanya sendiri dan menggelengkan kepala beberapa kali. Kembali menatap ke arah Dewi Helena, pemuda rambut hitam itu menyampaikan, “Selama aku belum mengingat nama asli, kau tetap memiliki banyak kesempatan. Kau bahkan bisa mengulang segalanya dari awal …. Kau bisa mengulang siklus konyol ini sebanyak yang kau inginkan.”

 

 

Perkataan yang terkesan tidak peduli itu cukup membuat Helena tersentak. Ia memalingkan pandangan, menunduk dalam rasa bersalah dan menjawab, “Diriku rasa …, itu akan percuma.”

 

 

Dewi Penata Ulang tersebut kembali menatap lawan bicaranya, lalu dengan pasrah menyampaikan, “Selama Unsur Kemahatahuan masih menjadi milik engkau, semua rencana yang diriku buat dalam kurung waktu sangat lama pun akan dengan mudah dibalikkan. Semuanya akan berakhir sia-sia. Sama seperti dulu saat engkau memenangkan taruhan itu …. Diriku memang Mahakuasa, namun bukan Mahatahu.”

 

 

“Kurasa tidak juga. Saat ini, Kemahatahuan milikku belum bangkit sepenuhnya.” Odo memalingkan pandangan dan melihat ke arah Dewi Asmali. Menghela napas ringan, ia dengan penuh rasa resah mengungkapkan, “Nama, dengan kata lain sesuatu yang berhubungan dengan Awal Mula masih belum bisa aku ingat.”

 

 

Perkataan tersebut membuat Dewi Helena bingung, merasa ada yang aneh dengan kedatangan Odo ke tempatnya. “Maksud engkau apa berkata seperti itu? Bukankah engkau datang ke sini untuk menyatakan Sekakmat pada langkah yang diriku ini ambil?” tanya sang Dewi dengan sedikit geram.

 

 

“Aku datang bukan untuk hal seperti itu. Kedatangan ku hanya untuk bertanya sesuatu kepadamu.”

 

 

“Bertanya? “ Helena merasa terhina, ia mengerutkan kening dan balik bertanya, “Kalau Kemahatahuan yang engkau miliki tidak bisa mencapai jawabannya, apa lagi diriku? Engkau sedang menghina ⸻?”

 

 

“Ini hanya kau yang tahu, jadi tolong dengarkan dan jawab pertanyaan ini dengan sungguh-sungguh. Kumohon, wahai sang Dewi ….”

 

 

Mendengar sosok yang sangat membencinya tersebut mengucapkan kata memohon, untuk sesaat Helena terdiam dan menatap heran. “Seharusnya dia bukanlah pria yang mudah memohon seperti itu,” benak sang Dewi. Ia merasa kalau memang ketidaksempurnaan reinkarnasi membuat pemuda yang menarik perhatiannya tersebut sedikit berubah.

 

 

“Baiklah.” Dewi Helena mengangguk, sekilas memalingkan pandangan ke sudut ruangan dan kembali berkata, “Jika itu yang engkau minta, diriku ini akan berusaha menjawabnya.”

 

 

“Kenapa kau mengambil jiwaku ini dari Awal Mula dan merebut sebagian unsur dari sana? Jika memang tujuanmu hanya untuk meninggalkan jejak ke Dunia Selanjutnya, lalu mengapa kau ikut campur terlalu banyak? Bahkan sampai menerapkan konsep yang sama seperti Dunia Sebelumnya ….”

 

 

“Itu ….” Dewi Helena menatap lurus Odo, lalu untuk sesaat terdiam dan bingung harus memberikan jawaban seperti apa. Meski jawaban dengan cepat bisa dirinya dapat di dalam kepala dan tersusun rapi, namun untuk diucapkan itu terlalu berat baginya. Seraya kembali memalingkan pandangan, dengan penuh keraguan sang Dewi Penata Ulang menjawab, “Jagat Raya yang kita ketahui ini terlalu lama untuk terbentuk kembali, terlalu lama untuk kembali memulai awal baru …. Lalu, jika dibiarkan begitu saja …, dunia pasti akan mengikuti siklus yang telah ada. Terbentuk kembali, diisi oleh para makhluk hidup, berkembang, menemui titik kemunduran, lalu pada akhirnya musnah. Siklus seperti itu akan terus terulang ….”

 

 

Mendengar jawaban tersebut, Odo sedikit kehilangan kesabarannya dan menatap dengan sorot mata gelap. Ia dengan kesal berkata, “Bukankah kalian sudah paham hal itu sejak dulu?”

 

 

“Kami memang sudah paham! Tapi …!”

 

 

“Benar, kalian sudah paham,” potong Odo dengan tegas. Ia semakin kehilangan kesabarannya saat mendengar perkataan egois Helena. Namun saat kembali sadar bahwa kekerasan tidak boleh dilakukan saat berbicara dengan kenalan lamanya tersebut, setelah menarik napas dalam-dalam Odo pun hanya berkata, “Bukankah karena hal tersebut kalian menyerah? Karena hal itu, kalian memutuskan untuk mengirim informasi ke Dunia Selanjutnya saat Kiamat Sesungguhnya datang. Demi untuk meninggalkan jejak bahwa kita pernah ada di Dunia Sebelumnya ….”

 

 

“Diriku tak pernah mengharapkan hal tersebut!!” Dewi Helena bangun dari tempat duduknya, kehilangan ketenangannya lebih dulu dan benar-benar tidak bisa menahan hasrat impiannya. Dipenuhi emosi yang meluap-luap, sosok yang biasanya selalu terlihat tenang itu menghadap ke arah Odo dan kembali membentak, “Itu adalah keinginan rekan-rekanku di masa lalu! Itu juga keinginan engkau!! Sampai detik ini, diriku masih ingin menjaga semua ⸻!!”

 

 

“Kau sungguh-sungguh ingin mengatakan itu lagi?”

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

Ken Arrock

Ken Arrock

2021-03-25

1

ime Queen

ime Queen

crazy up thor

2021-02-01

2

Xeviorynz

Xeviorynz

Sensei, apa mungkin Odo itu Dewa Pengetahuan yg telah turun dari kursi nya?

2020-12-14

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog Arc 03 "War of Altair Vega" (Part 01)
2 Prolog Arc 03 "War of Altair Vega" (Part 02)
3 [72] The Prepare 1 of 3 (Part 01)
4 [72] The Prepare 1 of 3 (Part 02)
5 [72] The Prepare 1 of 3 (Part 03)
6 [72] The Prepare 1 of 3 (Part 04)
7 [73] The Prepare 2 of 3 (Part 01)
8 [73] The Prepare 2 of 3 (Part 02)
9 [73] The Prepare 2 of 3 (Part 03)
10 [73] The Prepare 2 of 3 (Part 04)
11 [73] The Prepare 2 of 3 (Part 05)
12 [74] The Prepare 3 of 3 (Part 01)
13 [74] The Prepare 3 of 3 (Part 02)
14 [74] The Prepare 3 of 3 (Part 03)
15 [74] The Prepare 3 of 3 (Part 04)
16 [74] The Prepare 3 of 3 (Part 05)
17 [74] The Prepare 3 of 3 (Part 06)
18 [75] Cogitation (Part 01)
19 [75] Cogitation (Part 02)
20 [75] Cogitation (Part 03)
21 [75] Cogitation (Part 04)
22 [75] Cogitation (Part 05)
23 [76] The Fear to Bear (Part 01)
24 [76] The Fear to Bear (Part 02)
25 [76] The Fear to Bear (Part 03)
26 [76] The Fear to Bear (Part 04)
27 [77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 01)
28 [77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 02)
29 [77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 03)
30 [77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 04)
31 [77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 05)
32 [78] Egosentrisme (Part 01)
33 [78] Egosentrisme (Part 02)
34 [78] Egosentrisme (Part 03)
35 [78] Egosentrisme (Part 04)
36 [78] Egosentrisme (Part 05)
37 [79] True, Truth, Turn (Part 01)
38 [79] True, Truth, Turn (Part 02)
39 [79] True, Truth, Turn (Part 03)
40 [79] True, Truth, Turn (Part 04)
41 [79] True, Truth, Turn (Part 05)
42 [79] True, Truth, Turn (Part 06)
43 [80] Antara malam dan fajar (Part 01)
44 [80] Antara malam dan fajar (Part 02)
45 [80] Antara malam dan fajar (Part 03)
46 [80] Antara malam dan fajar (Part 04)
47 [81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 01)
48 [81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 02)
49 [81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 03)
50 [81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 04)
51 [81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 05)
52 [82] Every path has its puddle (Part 01)
53 [82] Every path has its puddle (Part 02)
54 [82] Every path has its puddle (Part 03)
55 [82] Every path has its puddle (Part 04)
56 [82] Every path has its puddle (Part 05)
57 [83] Keturunan ular tua (Part 01)
58 [83] Keturunan ular tua (Part 02)
59 [83] Keturunan ular tua (Part 03)
60 [83] Keturunan ular tua (Part 04)
61 [84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 01)
62 [84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 02)
63 [84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 03)
64 [84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 04)
65 [84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 05)
66 [85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 01)
67 [85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 02)
68 [85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 03)
69 [85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 04)
70 [85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 05)
71 [86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 01)
72 [86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 02)
73 [86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 03)
74 [86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 04)
75 [86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 05)
76 [87] Dekadensi Kota Rockfield IV – Refleksi Diri (Part 01)
77 [87] Dekadensi Kota Rockfield IV – Refleksi Diri (Part 02)
78 [87] Dekadensi Kota Rockfield IV – Refleksi Diri (Part 03)
79 [87] Dekadensi Kota Rockfield IV – Refleksi Diri (Part 04)
80 [88] Dekadensi Kota Rockfield V – Entropi Kota (Part 01)
81 [88] Dekadensi Kota Rockfield V – Entropi Kota (Part 02)
82 [88] Dekadensi Kota Rockfield V – Entropi Kota (Part 03)
83 [88] Dekadensi Kota Rockfield V – Entropi Kota (Part 04)
84 [89] Dekadensi Kota Rockfield VI – Paradigm (Part 01)
85 [89] Dekadensi Kota Rockfield VI – Paradigm (Part 02)
86 [89] Dekadensi Kota Rockfield VI – Paradigm (Part 03)
87 [89] Dekadensi Kota Rockfield VI – Paradigm (Part 04)
88 [90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 01)
89 [90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 02)
90 [90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 03)
91 [90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 04)
92 [90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 05)
93 [91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 01)
94 [91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 02)
95 [91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 03)
96 [91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 04)
97 [91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 05)
98 [92] Dekadensi Kota Rockfield IX – Dosa (Part 01)
99 [92] Dekadensi Kota Rockfield IX – Dosa (Part 02)
100 [92] Dekadensi Kota Rockfield IX – Dosa (Part 03)
101 [92] Dekadensi Kota Rockfield IX – Dosa (Part 04)
102 [93] Dekadensi Kota Rockfield X – Mulai Menyimpang (Part 01)
103 [93] Dekadensi Kota Rockfield X – Mulai Menyimpang (Part 02)
104 [93] Dekadensi Kota Rockfield X – Mulai Menyimpang (Part 03)
105 [93] Dekadensi Kota Rockfield X – Mulai Menyimpang (Part 04)
106 [94] Dekadensi Kota Rockfield XI – Merembas (Part 01)
107 [94] Dekadensi Kota Rockfield XI – Merembas (Part 02)
108 [94] Dekadensi Kota Rockfield XI – Merembas (Part 03)
109 [94] Dekadensi Kota Rockfield XI – Merembas (Part 04)
110 [95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 01)
111 [95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 02)
112 [95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 03)
113 [95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 04)
114 [95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 05)
115 [96] Angelus I – Red Arrival (Part 01)
116 [96] Angelus I – Red Arrival (Part 02)
117 [96] Angelus I – Red Arrival (Part 03)
118 [96] Angelus I – Red Arrival (Part 04)
119 [97] Angelus II – Blue Action (Part 01)
120 [97] Angelus II – Blue Action (Part 02)
121 [97] Angelus II – Blue Action (Part 03)
122 [97] Angelus II – Blue Action (Part 04)
123 [97] Angelus II – Blue Action (Part 05)
124 [98] Angelus III – Grey Duty (Part 01)
125 [98] Angelus III – Grey Duty (Part 02)
126 [98] Angelus III – Grey Duty (Part 03)
127 [98] Angelus III – Grey Duty (Part 04)
128 [98] Angelus III – Grey Duty (Part 05)
129 [98] Angelus III – Grey Duty (Part 06)
130 [99] Angelus IV – Magenta Warmth (Part 01)
131 [99] Angelus IV – Magenta Warmth (Part 02)
132 [99] Angelus IV – Magenta Warmth (Part 03)
133 [99] Angelus IV – Magenta Warmth (Part 04)
134 [100] Angelus V – Green Slumber (Part 01)
135 [100] Angelus V – Green Slumber (Part 02)
136 [100] Angelus V – Green Slumber (Part 03)
137 [100] Angelus V – Green Slumber (Part 04)
138 [100] Angelus V – Green Slumber (Part 05)
139 [101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 01)
140 [101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 02)
141 [101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 03)
142 [101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 04)
143 [101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 05)
144 [102] Serpent II – Dipenuhi Keinginan (Part 01)
145 [102] Serpent II – Dipenuhi Keinginan (Part 02)
146 [102] Serpent II – Dipenuhi Keinginan (Part 03)
147 [102] Serpent II – Dipenuhi Keinginan (Part 04)
148 [103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 01)
149 [103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 02)
150 [103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 03)
151 [103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 04)
152 [103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 05)
153 [104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 01)
154 [104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 02)
155 [104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 03)
156 [104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 04)
157 [104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 05)
158 [105] Serpent V – Malam Putih (Part 01)
159 [105] Serpent V – Malam Putih (Part 02)
160 [105] Serpent V – Malam Putih (Part 03)
161 [105] Serpent V – Malam Putih (Part 04)
162 [105] Serpent V – Malam Putih (Part 05)
163 [106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 01)
164 [106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 02)
165 [106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 03)
166 [106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 04)
167 [106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 05)
168 [107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 01)
169 [107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 02)
170 [107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 03)
171 [107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 04)
172 [107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 05)
173 [108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 01)
174 [108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 02)
175 [108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 03)
176 [108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 04)
177 [108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 05)
178 [109] Serpent IX – Dikara (Part 01)
179 [109] Serpent IX – Dikara (Part 02)
180 [109] Serpent IX – Dikara (Part 03)
181 [109] Serpent IX – Dikara (Part 04)
182 [109] Serpent IX – Dikara (Part 05)
183 [110] Serpent X – Fionnuala (Part 01)
184 [110] Serpent X – Fionnuala (Part 02)
185 [110] Serpent X – Fionnuala (Part 03)
186 [110] Serpent X – Fionnuala (Part 04)
187 [110] Serpent X – Fionnuala (Part 05)
188 [111] Serpent XI – Remorse (Part 01)
189 [111] Serpent XI – Remorse (Part 02)
190 [111] Serpent XI – Remorse (Part 03)
191 [111] Serpent XI – Remorse (Part 04)
192 [111] Serpent XI – Remorse (Part 05)
193 [112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 01)
194 [112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 02)
195 [112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 03)
196 [112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 04)
197 [112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 05)
198 [113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 01)
199 [113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 02)
200 [113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 03)
201 [113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 04)
202 [113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 05)
203 [114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 01)
204 [114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 02)
205 [114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 03)
206 [114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 04)
207 [114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 05)
208 [115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 01)
209 [115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 02)
210 [115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 03)
211 [115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 04)
212 [115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 05)
213 [116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 01)
214 [116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 02)
215 [116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 03)
216 [116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 04)
217 [116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 05)
218 [117] Flamboyan Akhir Zaman VI – Inkarnasi (Part 01)
219 [117] Flamboyan Akhir Zaman VI – Inkarnasi (Part 02)
220 [117] Flamboyan Akhir Zaman VI – Inkarnasi (Part 03)
221 [117] Flamboyan Akhir Zaman VI – Inkarnasi (Part 04)
222 [118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 01)
223 [118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 02)
224 [118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 03)
225 [118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 04)
226 [118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 05)
227 Epilog Arc 03 - Vega - (Part 01)
228 Epilog Arc 03 -Vega - (Part 02)
Episodes

Updated 228 Episodes

1
Prolog Arc 03 "War of Altair Vega" (Part 01)
2
Prolog Arc 03 "War of Altair Vega" (Part 02)
3
[72] The Prepare 1 of 3 (Part 01)
4
[72] The Prepare 1 of 3 (Part 02)
5
[72] The Prepare 1 of 3 (Part 03)
6
[72] The Prepare 1 of 3 (Part 04)
7
[73] The Prepare 2 of 3 (Part 01)
8
[73] The Prepare 2 of 3 (Part 02)
9
[73] The Prepare 2 of 3 (Part 03)
10
[73] The Prepare 2 of 3 (Part 04)
11
[73] The Prepare 2 of 3 (Part 05)
12
[74] The Prepare 3 of 3 (Part 01)
13
[74] The Prepare 3 of 3 (Part 02)
14
[74] The Prepare 3 of 3 (Part 03)
15
[74] The Prepare 3 of 3 (Part 04)
16
[74] The Prepare 3 of 3 (Part 05)
17
[74] The Prepare 3 of 3 (Part 06)
18
[75] Cogitation (Part 01)
19
[75] Cogitation (Part 02)
20
[75] Cogitation (Part 03)
21
[75] Cogitation (Part 04)
22
[75] Cogitation (Part 05)
23
[76] The Fear to Bear (Part 01)
24
[76] The Fear to Bear (Part 02)
25
[76] The Fear to Bear (Part 03)
26
[76] The Fear to Bear (Part 04)
27
[77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 01)
28
[77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 02)
29
[77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 03)
30
[77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 04)
31
[77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 05)
32
[78] Egosentrisme (Part 01)
33
[78] Egosentrisme (Part 02)
34
[78] Egosentrisme (Part 03)
35
[78] Egosentrisme (Part 04)
36
[78] Egosentrisme (Part 05)
37
[79] True, Truth, Turn (Part 01)
38
[79] True, Truth, Turn (Part 02)
39
[79] True, Truth, Turn (Part 03)
40
[79] True, Truth, Turn (Part 04)
41
[79] True, Truth, Turn (Part 05)
42
[79] True, Truth, Turn (Part 06)
43
[80] Antara malam dan fajar (Part 01)
44
[80] Antara malam dan fajar (Part 02)
45
[80] Antara malam dan fajar (Part 03)
46
[80] Antara malam dan fajar (Part 04)
47
[81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 01)
48
[81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 02)
49
[81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 03)
50
[81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 04)
51
[81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 05)
52
[82] Every path has its puddle (Part 01)
53
[82] Every path has its puddle (Part 02)
54
[82] Every path has its puddle (Part 03)
55
[82] Every path has its puddle (Part 04)
56
[82] Every path has its puddle (Part 05)
57
[83] Keturunan ular tua (Part 01)
58
[83] Keturunan ular tua (Part 02)
59
[83] Keturunan ular tua (Part 03)
60
[83] Keturunan ular tua (Part 04)
61
[84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 01)
62
[84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 02)
63
[84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 03)
64
[84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 04)
65
[84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 05)
66
[85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 01)
67
[85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 02)
68
[85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 03)
69
[85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 04)
70
[85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 05)
71
[86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 01)
72
[86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 02)
73
[86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 03)
74
[86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 04)
75
[86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 05)
76
[87] Dekadensi Kota Rockfield IV – Refleksi Diri (Part 01)
77
[87] Dekadensi Kota Rockfield IV – Refleksi Diri (Part 02)
78
[87] Dekadensi Kota Rockfield IV – Refleksi Diri (Part 03)
79
[87] Dekadensi Kota Rockfield IV – Refleksi Diri (Part 04)
80
[88] Dekadensi Kota Rockfield V – Entropi Kota (Part 01)
81
[88] Dekadensi Kota Rockfield V – Entropi Kota (Part 02)
82
[88] Dekadensi Kota Rockfield V – Entropi Kota (Part 03)
83
[88] Dekadensi Kota Rockfield V – Entropi Kota (Part 04)
84
[89] Dekadensi Kota Rockfield VI – Paradigm (Part 01)
85
[89] Dekadensi Kota Rockfield VI – Paradigm (Part 02)
86
[89] Dekadensi Kota Rockfield VI – Paradigm (Part 03)
87
[89] Dekadensi Kota Rockfield VI – Paradigm (Part 04)
88
[90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 01)
89
[90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 02)
90
[90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 03)
91
[90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 04)
92
[90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 05)
93
[91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 01)
94
[91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 02)
95
[91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 03)
96
[91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 04)
97
[91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 05)
98
[92] Dekadensi Kota Rockfield IX – Dosa (Part 01)
99
[92] Dekadensi Kota Rockfield IX – Dosa (Part 02)
100
[92] Dekadensi Kota Rockfield IX – Dosa (Part 03)
101
[92] Dekadensi Kota Rockfield IX – Dosa (Part 04)
102
[93] Dekadensi Kota Rockfield X – Mulai Menyimpang (Part 01)
103
[93] Dekadensi Kota Rockfield X – Mulai Menyimpang (Part 02)
104
[93] Dekadensi Kota Rockfield X – Mulai Menyimpang (Part 03)
105
[93] Dekadensi Kota Rockfield X – Mulai Menyimpang (Part 04)
106
[94] Dekadensi Kota Rockfield XI – Merembas (Part 01)
107
[94] Dekadensi Kota Rockfield XI – Merembas (Part 02)
108
[94] Dekadensi Kota Rockfield XI – Merembas (Part 03)
109
[94] Dekadensi Kota Rockfield XI – Merembas (Part 04)
110
[95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 01)
111
[95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 02)
112
[95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 03)
113
[95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 04)
114
[95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 05)
115
[96] Angelus I – Red Arrival (Part 01)
116
[96] Angelus I – Red Arrival (Part 02)
117
[96] Angelus I – Red Arrival (Part 03)
118
[96] Angelus I – Red Arrival (Part 04)
119
[97] Angelus II – Blue Action (Part 01)
120
[97] Angelus II – Blue Action (Part 02)
121
[97] Angelus II – Blue Action (Part 03)
122
[97] Angelus II – Blue Action (Part 04)
123
[97] Angelus II – Blue Action (Part 05)
124
[98] Angelus III – Grey Duty (Part 01)
125
[98] Angelus III – Grey Duty (Part 02)
126
[98] Angelus III – Grey Duty (Part 03)
127
[98] Angelus III – Grey Duty (Part 04)
128
[98] Angelus III – Grey Duty (Part 05)
129
[98] Angelus III – Grey Duty (Part 06)
130
[99] Angelus IV – Magenta Warmth (Part 01)
131
[99] Angelus IV – Magenta Warmth (Part 02)
132
[99] Angelus IV – Magenta Warmth (Part 03)
133
[99] Angelus IV – Magenta Warmth (Part 04)
134
[100] Angelus V – Green Slumber (Part 01)
135
[100] Angelus V – Green Slumber (Part 02)
136
[100] Angelus V – Green Slumber (Part 03)
137
[100] Angelus V – Green Slumber (Part 04)
138
[100] Angelus V – Green Slumber (Part 05)
139
[101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 01)
140
[101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 02)
141
[101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 03)
142
[101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 04)
143
[101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 05)
144
[102] Serpent II – Dipenuhi Keinginan (Part 01)
145
[102] Serpent II – Dipenuhi Keinginan (Part 02)
146
[102] Serpent II – Dipenuhi Keinginan (Part 03)
147
[102] Serpent II – Dipenuhi Keinginan (Part 04)
148
[103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 01)
149
[103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 02)
150
[103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 03)
151
[103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 04)
152
[103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 05)
153
[104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 01)
154
[104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 02)
155
[104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 03)
156
[104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 04)
157
[104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 05)
158
[105] Serpent V – Malam Putih (Part 01)
159
[105] Serpent V – Malam Putih (Part 02)
160
[105] Serpent V – Malam Putih (Part 03)
161
[105] Serpent V – Malam Putih (Part 04)
162
[105] Serpent V – Malam Putih (Part 05)
163
[106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 01)
164
[106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 02)
165
[106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 03)
166
[106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 04)
167
[106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 05)
168
[107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 01)
169
[107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 02)
170
[107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 03)
171
[107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 04)
172
[107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 05)
173
[108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 01)
174
[108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 02)
175
[108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 03)
176
[108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 04)
177
[108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 05)
178
[109] Serpent IX – Dikara (Part 01)
179
[109] Serpent IX – Dikara (Part 02)
180
[109] Serpent IX – Dikara (Part 03)
181
[109] Serpent IX – Dikara (Part 04)
182
[109] Serpent IX – Dikara (Part 05)
183
[110] Serpent X – Fionnuala (Part 01)
184
[110] Serpent X – Fionnuala (Part 02)
185
[110] Serpent X – Fionnuala (Part 03)
186
[110] Serpent X – Fionnuala (Part 04)
187
[110] Serpent X – Fionnuala (Part 05)
188
[111] Serpent XI – Remorse (Part 01)
189
[111] Serpent XI – Remorse (Part 02)
190
[111] Serpent XI – Remorse (Part 03)
191
[111] Serpent XI – Remorse (Part 04)
192
[111] Serpent XI – Remorse (Part 05)
193
[112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 01)
194
[112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 02)
195
[112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 03)
196
[112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 04)
197
[112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 05)
198
[113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 01)
199
[113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 02)
200
[113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 03)
201
[113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 04)
202
[113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 05)
203
[114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 01)
204
[114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 02)
205
[114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 03)
206
[114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 04)
207
[114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 05)
208
[115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 01)
209
[115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 02)
210
[115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 03)
211
[115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 04)
212
[115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 05)
213
[116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 01)
214
[116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 02)
215
[116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 03)
216
[116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 04)
217
[116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 05)
218
[117] Flamboyan Akhir Zaman VI – Inkarnasi (Part 01)
219
[117] Flamboyan Akhir Zaman VI – Inkarnasi (Part 02)
220
[117] Flamboyan Akhir Zaman VI – Inkarnasi (Part 03)
221
[117] Flamboyan Akhir Zaman VI – Inkarnasi (Part 04)
222
[118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 01)
223
[118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 02)
224
[118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 03)
225
[118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 04)
226
[118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 05)
227
Epilog Arc 03 - Vega - (Part 01)
228
Epilog Arc 03 -Vega - (Part 02)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!