[72] The Prepare 1 of 3 (Part 03)

 

 

 

 

ↈↈↈ

 

 

 

 

Duduk di meja kerja yang dipenuhi dokumen yang bertumpuk-tumpuk, dalam keheningan Mavis Luke menggerakan penanya di atas perkamen. Kantong mata wanita rambut pirang tersebut sedikit menghitam tanda dirinya kurang tidur, wajahnya sedikit pucat dan tampak lemas.

 

 

Sudah hampir 15 jam sang Marchioness mengurus semua dokumen yang datang dari Ibukota. Berisi laporan, validasi, konfirmasi, serta peninjauan yang berkaitan dengan persiapan perang yang akan terjadi dalam waktu dekat.

 

 

Sebagai wilayah pemilik otoritas paling besar dalam bidang kekuatan militer di Kerajaan Felixia, kesibukan administrasi persiapan perang sudah sewajarnya dilimpahkan dan diurus oleh Keluarga Luke.

 

 

Karena beberapa hal, memang selama satu dekade terakhir tugas administrasi militer sebagian diserahkan kepada Keluarga Rein. Namun setelah Mavis dinyatakan perlahan pulih dari kondisi yang membuatnya tidak bisa melakukan tugas sebagai Marchioness, kewajiban yang seharusnya menjadi tanggung jawab penuh Keluarga Luke pun dikembalikan kepadanya.

 

 

Dibantu oleh beberapa Shieal yang memiliki keahlian dalam bidang administrasi, sang Nyonya Rumah secara bertahap mengurangi jumlah tumpukan dokumen yang ada di atas meja dan lantai ruangan.

 

 

Minda dan Imania duduk di sofa untuk mengurus penggolongan dokumen, antara yang perlu stempel persetujuan, harus dibalas segera, ataupun hanya berupa konfirmasi dari pihak militer serta perusahaan datang yang memberikan dana tambahan. Itu dipisahkan berdasarkan sumber dan jenis surat, lalu ditumpuk secara terpisah pada meja di depan mereka. Setelah menggolongkan surat-surat, yang perlu penangan khusus akan dibawakan kepada Mavis. Untuk surat yang memerlukan balasan, itu akan diurus oleh Fiola yang bertugas untuk membuat surat respons.

 

 

Huli Jing tersebut duduk berhadapan dengan Minda dan Imania. Ia dibantu oleh Xua Lin yang tidak terlalu pandai mengurus surat-surat yang berkaitan dengan bidang militer. Saat Fiola menulis surat respons, Demi-human tipe beruang di sebelahnya menyiapkan amplop surat serta cap lilin untuk memberikan segel resmi.

 

 

Meski tugas-tugas dibagi secara merata dan sangat terkoordinir, pekerjaan mereka masih belum juga selesai sejak kemarin. Jumlah surat yang sangat banyak membuat pekerjaan seakan tidak ada habisnya.

 

 

Memang seharusnya pekerjaan tersebut diurus oleh badan khusus di ranah keluarga cabang seperti Shieal, dikerjakan oleh banyak orang dengan keahlian mereka masing-masing. Namun karena semua keluarga cabang dari Luke semuanya benar-benar terputus garis keturunannya selama masa Perang Besar, konsep kerja tersebut runtuh dan berakhir diserahkan kepada Keluarga Rein untuk waktu yang lama.

 

 

Pengembalian tugas yang sekarang dibebankan kepada Mavis dan para Shieal generasi baru sekarang ini merupakan sebuah uji coba untuk mengembalikan sistem kerja seperti dulu. Hal tersebut diputuskan pada hari yang bersamaan saat pertunangan Tuan Putri Arteria oleh sang Raja. Tentu, dengan maksud untuk mempersiapkan Keluarga Luke bila Putra semata wayang mereka naik takhta supaya tidak terlalu membebaninya kelak nanti di masa depan.

 

 

Namun, pemberian pekerjaan tanpa persiapan sumber daya manusia yang matang memang berat untuk diselesaikan. Bagi mereka yang memiliki fisik dan stamina kuat seperti para Shieal memang tidak masalah. Tetapi, bagi Mavis untuk hampir selama 15 jam sangatlah berat dan membuatnya tampak sangat lemas. Bukan berarti di antara para Shieal tidak ada yang menyarankan majikan mereka tersebut untuk beristirahat terlebih dulu, namun memang bekerja sampai lelah sudah dikehendaki oleh Penyihir Cahaya sendiri.

 

 

Untuk memperlancar dan menyokong pekerjaan suaminya di lapangan, Mavis merasa perlu berusaha keras dengan semua dokumen yang ada. Supaya administrasi logistik serta personel berjalan lancar dan mempermudah koordinasi di garis depan.

 

 

Fiola yang tidak tenang melihat Mavis yang terlalu memaksakan diri. Sang Huli Jing segera berdiri, lalu ia berjalan menuju majikannya dan berkata, “Nyonya, sebaiknya Anda memang istirahat dulu. Nyonya sudah bekerja sejak kemarin dan sama sekali belum tidur. Kalau begini terus, bisa-bisa kesehatan Anda jatuh lagi.”

 

 

“Fiola, diriku pun tahu itu ….” Mavis menurunkan penanya ke wadah tinta yang hampir mengering sepenuhnya, lalu menatap ke arah salah satu pelayannya tersebut dan dengan suara lemas menyampaikan, “Meski ini melelahkan, kita harus menyelesaikan ini dengan segera. Suamiku di Ibukota juga pasti sibuk, ia mungkin sedang mengerjakan hal yang tidak cocok dengan sifatnya. Karena itu …, diriku sebagai istrinya harus meringankan beban Dart. Diriku tak ingin menjadi wanita yang hanya menjadi beban untuknya.”

 

 

“Tapi⸻!”

 

 

Di tengah-tengah pembicaraan mereka, Odo tanpa mengetuk pintu tiba-tiba langsung masuk ke dalam ruangan dan berkata, “Itu benar, Bunda! Sebaiknya Bunda istirahat dulu ….”

 

 

Semua orang di dalam ruangan langsung menoleh ke arahnya, menatap heran pemuda dengan setelan formal celana hitam dan kemeja putih yang dirangkap rompi merah tersebut. Melangkah masuk diikuti Julia, Putra Tunggal Keluarga Luke tersebut kembali berkata, “Kalau Bunda jatuh sakit lagi dan Ayahanda mendengar itu saat di medan perang, bagaimana bisa beliau bisa berperang dengan tenang tanpa beban pikiran?”

 

 

Tanpa memedulikan tatapan para Shieal, Odo berjalan ke arah ibunya. Ia memasang ekspresi penuh rasa percaya diri, memasang seringai tipis dan sekali lagi menegaskan, “Istirahatlah sebentar, Bunda. Aku tak ingin melihat Bunda jatuh sakit.”

 

 

“Tapi, Odo …. Semua dokumen ini harus selesai minggu ini dan dikirimkan sesegera mungkin. Kalau telat satu hari saja⸻”

 

 

“Biar aku yang mengurusnya,” potong Odo dengan cepat.

 

 

Perkataan itu membuat Mavis memasang mimik wajah heran, begitu pula Fiola dan para Shieal di ruangan tersebut. Meski dirinya sangat mengantuk dan lelah, Mavi masih bisa mendengar perkataan Odo dengan baik dan tetap saja tidak paham apa yang putranya tersebut maksud.

 

 

“A-Apa yang kamu bicarakan, anakku? Apa kamu ingin bilang mau mengerjakan pekerjaan ini selagi Bunda istirahat? Me-Memangnya kamu tahu mana keputusan yang perlu diambil untuk setiap suratnya?”

 

 

“Tentu saja tidak, aku paham kemampuan ku sendiri.” Odo menggelengkan kepala. Segera mengangkat telunjuk setinggi dada dan menatap ibunya, pemuda rambut hitam tersebut menyampaikan, “Namun! Aku tahu alternatif yang memudahkan Bunda! Masalah dari semua dokumen ini sebenarnya ada pada waktu pengiriman, bukan? Setelah selesai dikerjakan semuanya, surat-surat balasan harus dikirimkan dan sesegera mungkin sampai di Ibukota! Benar begitu?”

 

 

“Benar …. Setelah ini selesai, Xua Lin, Linkaron, dan Kinkarta akan mengirimkan surat-suratnya ke Ibukota.”

 

 

Mendengar itu, Odo segera melipat kedua tangan ke depan dan memasang wajah sedikit angkuh. Pemuda itu dengan sangat percaya diri berkata, “Perjalanan dari sini ke Ibukota memakan waktu sampai beberapa hari, ‘kan? Kalau begitu, Bunda berikan saja tugas itu kepadaku! Jika dibandingkan mereka, aku bisa sampai ke Ibukota dalam hitungan menit.”

 

 

“Eh? Apa yang kamu ⸻?”

 

 

Perkataan Mavis terhenti, ia langsung mengingat kejadian di hari pertunangan putranya tersebut. Ketika rombongan Raja baru saja sampai di kediaman Luke, putranya tersebut dengan sangat tiba-tiba muncul entah dari mana bersama genangan air yang dengan cepat menghilang setelah kedatangannya.

 

 

Memikirkan beberapa kemungkinan yang ada, Mavis dengan sedikit menaruh harapan bertanya, “Putraku, apa kamu … sudah menguasai sihir teleportasi?”

 

 

Odo memasang mimik wajah heran dan pura-pura tidak tahu. Tak ingin Ibunya tahu soal kekuatan Native Overhoul yang telah dimilikinya, Putra Tunggal Keluarga Luke tersebut menggelengkan kepala dan menyampaikan, “Tentu saja belum, mana mungkin aku bisa menguasai sihir tingkat tinggi seperti itu. Asal Bunda tahu, konsep sihir dimensi yang aku kuasai belum sempurna sepenuhnya. Jadi, tidak mungkin aku menguasai tingkat lanjutan seperti itu.”

 

 

Untuk sesaat Mavis menatap curiga. Melihat putranya telah menguasai berbagai macam sihir dengan pembelajaran semi-otodidak, ia merasa sihir semacam itu tidak mustahil untuk dikuasai Odo dalam waktu singkat.

 

 

“Lalu, kenapa kamu sangat yakin bisa sampai lebih cepat?” tanya Mavis mengesampingkan keraguan dalam hati.

 

 

“Salah satu karyawan ku. Bunda pasti pernah mendengarnya dari Mbak ⸻ Maksudku, dari Julia atau Fiola …. Dia seorang Nativ, kemampuannya hampir mirip dengan sihir teleportasi yang Bunda maksud.”

 

 

“Ah …, pria dengan mata heterochromia itu, ya?”

 

 

Mavis meletakkan tangan ke depan mulut, memalingkan pandangan dan baru menyadari hal tersebut. Meski dirinya tahu di antara karyawan putranya ada yang memiliki kekuatan seperti itu, ia sama sekali tidak memikirkannya untuk dijadikan kurir dan mempercepat pengiriman.

 

 

“Bagaimana? Bunda mau ambil saranku ini?” tanya Odo memastikan.

 

 

“Apa kamu yakin dia bisa dipercaya untuk mengirim suratnya sampai ke Ibukota? Kekuatannya itu …, tidak ada batasan jarak memangnya?” Mavis meragukan.

 

 

Odo mengacungkan jarinya ke depan, lalu sembari tersenyum kecil menyampaikan, “Kalau tidak yakin, mana mungkin aku mengajukan usulan ini? Mana mungkin aku yang berniat membantu malah membuat Bunda semakin cemas, ‘kan?”

 

 

Mavis menurunkan tangannya ke pangkuan, memikirkan usulan tersebut baik-baik dan mempertimbangkannya. Secara pribadi, Mavis juga sudah tidak tahan terus duduk dan mengurus semua tumpukan dokumen yang ada dan dikejar-kejar tenggang waktu. Dengan mengikuti usulan putranya, sang Penyihir Cahaya merasa bisa sangat meringankan pekerjaan karena waktu pengiriman bisa dipangkas.

 

 

“Kira-kira …, orang itu bisa mengirimnya kapan?”

 

 

“Saat Bunda selesai, aku bisa langsung meminta Matius. Tapi, paling tidak Bunda mengabari ku satu hari sebelum mau mengirim. Supaya dia bisa bersiap terlebih dalu dan menyelesaikan pekerjaan yang lain. Seperti yang Bunda tahu, dia karyawan ku dan punya pekerjaan harian.”

 

 

“Begitu, ya …. Hmm, baiklah. Bunda akan setuju usulan kamu, Putraku. Jujur …, rasanya menyakitkan untuk punggung Bunda saat duduk terus seperti ini.”

 

 

Odo bertepuk tangan satu kali, lalu segera melirik ke arah Fiola dan tersenyum tipis seakan ingin bersombong karena bisa menyingkirkan kecemasan Huli Jing tersebut. Kembali menatap ke arah Ibunya, Putra Tunggal Keluarga Luke tersebut berkata, “Kalau begitu, kira-kira pekerjaan Bunda selesai kapan? Biar aku bisa menyesuaikan jadwal Matius juga ….”

 

 

“Hmm, kalau dipotong waktu pengiriman, berarti … sekitar hari ke-4 minggu ini sudah selesai. Sekitar 3 hari lagi ….”

 

 

Odo langsung mengacungkan jempol, lalu sembari tersenyum ringan berkata, “Baiklah! Aku akan segera pergi ke Mylta dan bilang ke Arca untuk mengosongkan jadwal Matius! Bunda sekarang istirahat saja! Jaga kesehatan loh! Kalau sakit nanti yang susah juga orang-orang di sekitar Bunda.”

 

 

Setelah mengatakan hal tersebut, pemuda itu segera pergi dari ruangan. Untuk sesaat suasana kembali terasa hening, bahkan lebih hening dari sebelumnya. Shieal yang dari tadi bekerja di dalam ruangan merasa kedatangan Tuan Muda mereka bagaikan sebuah angin badai yang lewat dengan cepat.

 

 

Namun, di antara mereka semua, Julia tampak bingung karena dirinya tahu bahwa Arca dan Matius baru saja pergi ke Kota Mylta beberapa menit lalu. Merasa aneh dengan urutan orang yang ditemui oleh Odo pagi ini, Nekomata tersebut melamun dan berpikir keras.

 

 

“Jika Tuan Arca dan orang itu sudah pergi dulu, cara Tuan Odo pergi ke Kota Mylta bagaimana? Apa lari-lari seperti biasanya? Bukannya beliau mengalami penurunan kemampuan sihir? Untuk latihan fisik? Eng, rasanya bukan …. Tuan tidak punya banyak waktu untuk mengurus yang lain kalau lari.”

 

 

Berpikir, berpikir, dan terus berpikir dengan sangat keras untuk mempersempit kemungkinan, pada akhirnya Julia dituntun pada satu kesimpulan. Kedua matanya terbuka lebar dan ekornya berdiri tegak, lalu ia pun segera menatap ke arah Mavis dan berkata, “Jangan-jangan Tuan Odo ⸻ Ak?!”

 

 

Fiola langsung menginjak kaki Julia dengan tumitnya, untuk menghentikan Nekomata yang tidak peka tersebut menanyakan hal yang tidak perlu.

 

 

“Hmm? Ada apa, Julia?”

 

 

Mavis yang baru saja bangun dari tempat duduk menatap heran melihat tingkat kedua pelayannya tersebut. Namun sebelum Julia menjawab, Fiola segera berkata, “Tidak apa, Nyonya. Mungkin Julia hanya sedang murung seperti biasanya karena Tuan Odo sekarang tidak lagi memanggilnya ‘Mbak’ seperti dulu.”

 

 

“Yah, anak itu bertambah dewasa dengan sangat cepat. Nanti saat waktunya tiba, mungkin Odo juga tidak akan lagi memanggil diriku ini Bunda.”

 

 

“Saya rasa itu masih akan sangat lama ….” Fiola mendekati majikannya tersebut dan membantunya berdiri, lalu kembali berkata, “Sudahlah, Nyonya. Mari pergi ke kamar, Anda harus segera istirahat.”

 

 

“Hmm ….”

 

 

Saat Mavis dan Fiola sudah keluar dari ruangan, Julia baru sadar kalau hal yang hendak dirinya tanyakan tadi bisa membuat majikannya kembali cemas ataupun penasaran. Hal itu bisa membuat Mavis mengejar Odo dan bertanya kepada putranya tersebut untuk memastikan, lalu pada akhirnya memangkas waktu untuk istirahatnya.

 

 

“Ah, hampir saja ….” Ekor Julia yang berdiri tegak langsung turun, menundukkan kepala dan dengan sedikit murung bergumam, “Entah mengapa …, belakangan ini saya selalu berpikir tentang Tuan Odo. Sebenarnya apa yang terjadi padaku?”

 

 

Mendengar curahan hati sang Nekomata, Minda yang sedang kembali mengurus penggolongan dokumen melirik datar dan tertegun. Ia sedikit merasa heran mengapa makhluk berumur panjang seperti Julia bisa sangat tidak peka dengan perasaannya sendiri.

 

 

“Apa-apaan sih para Demi-human itu? Serius? Dia tidak paham hal sesederhana itu?” benak Minda.

.

.

.

.

Dengan begitu salah satu beban pikirannya pun berkurang. Namun tidak seperti yang diucapkan kepada Mavis sebelumnya, ia tidak segera pergi ke Kota Mylta. Pemuda dengan rompi merah tersebut kembali ke kamarnya, lalu tanpa melepas sepatu segera membaringkan tubuh di atas tempat tidur dan malah memejamkan mata.

 

 

Odo kembali bukan untuk tidur, melainkan melakukan salah satu keharusan lain. Secara perlahan, pemuda itu mengakses salah satu salinan informasi kekuatan Native Overhoul yang tersimpan di dalam Inti Sihir. Menyelam masuk ke dalam alam bawah sadar, pembagian kekuatan para Native yang telah disalin dirinya bagi menjadi sebuah papan-papan tablet dengan susunan informasi aktivasi.

 

 

Itu seperti sebuah batu prasasti yang melayang di ruang kosong, berjumlah belasan namun yang sudah memiliki isi hanya berupa dua buah.

 

 

Meraih salah satu papan tablet tersebut, Odo mengakses kekuatan Radd Sendangi untuk melakukan telepati dengan Elulu. Saat kembali membuka mata, ia langsung berkata, “Elulu, ada hal yang perlu aku bicarakan. Berhenti bekerja dulu dan duduk, aku akan langsung bicara ke intinya …. Ini tentang beberapa tugas untukmu. Karena sepertinya hari ini aku tidak bisa datang ke Mylta, jadi aku tugaskan kau sebagai perwakilan ku saat pertemuan dengan orang-orang pemerintahan nanti ….”

 

 

Setelah itu, dalam percakapan telepati yang sering Odo lakukan dengan Elulu, mereka membicarakan beberapa hal mengenai agenda yang ada. Selain menyampaikan untuk mengosongkan pekerjaan Matius tiga hari lagi, Odo juga memberikan tugas kepada salah satu karyawannya tersebut untuk mewakilinya bersama Nanra dalam rapat yang akan dilakukan dengan orang-orang pemerintahan.

 

 

Dalam waktu hampir setengah jam lamanya, pemuda itu berbicara melalui telepati dan menyampaikan banyak penjelasan terkait tugas  yang diberikan. Ia memberikan beberapa arahan terkait topik pembicaraan dan tuntutan yang harus dipenuhi dalam rapat, lalu memberitahu apa saja yang perlu disiapkan untuk menghadapi rapat tersebut.

 

 

Selesai membahas tugas utama yang harus diselesaikan, Elulu sedikit bingung dengan beberapa masalah dan segera bertanya, “Saya paham soal rapat tersebut, akan kami usahakan supaya mereka memenuhi tuntutan Tuan. Namun, untuk Nona Lisiathus … apa Anda yakin tidak mengajaknya supaya sepenuhnya mendukung kita? Meski orang pemerintahan, bukannya Nona Lisiathus berhutang banyak kepada Anda? Kalau kita mendorongnya sedikit, mungkin beliau akan langsung mau bergabung. Kemarin … Tuan Arca juga sempat berpendapat seperti itu.”

 

 

Mendengar saran tersebut, Odo segera menyeringai kecil dan merasa senang salah satu karyawannya memiliki pemikiran kritis. Segera bangun dan duduk sila di atas tempat tidur, seringai pada wajahnya melebar dan ia pun menyampaikan, “Aku suka pendapatmu. Seperti yang aku harapkan, cara pandang kalian memang tidak sempit. Namun …, kali ini juga kita pakai cara ku saja. Aku masih tak ingin menuntut banyak dari Lisia. Biarkan dia berpikir dan berkembang sendiri tanpa ikut campur ku, sebagai pemimpin Lisia harus bisa membuat keputusannya sendiri dan bertanggung jawab untuk itu. Sekali-kali biarkan dia membuat kesalahan besar lagi.”

 

 

“Apa …? Tidak masalah? Kalau dampaknya ke kita juga, bukannya itu akan menyusahkan Tuan Odo?” Suara Elulu di dalam kepala Odo mulai terdengar sedikit bingung.

 

 

“Tak masalah, itu malah yang aku harapkan.”

 

 

Tidak menjelaskan lebih lanjut dan berniat membiarkan karyawannya tersebut terus berpikir kritis, Odo hanya mendiamkan tanpa menjelaskan kembali. Setelah beberapa pembahasan kecil lainnya, mereka pun mengakhiri pembicaraan dan memutuskan koneksi telepati.

 

 

ↈↈↈ

 

 

Hutan Pando. Dalam sejarah di Dunia Sebelumnya, vegetasi tersebut juga disebut dengan The Trembling Giant ⸻ Raksasa bergetar, dikenal sebagai organisme tertua dan terbesar yang pernah ada karena memiliki akar yang saling terhubung satu sama lain seperti ekosistem pohon bambu.

 

 

Pada awal musim panas, warna kuning dedaunan mendominasi hutan yang secara mendasar merupakan satu organisme. Akar-akar yang biasanya tertutup tanah seakan naik ke permukaan karena terus teterpa air hujan. Itu membuat akar-akar besar yang saling menghubungkan pohon tampak jelas di permukaan, lalu menjadikan jalan di antara pepohonan menjadi sulit untuk dilewati. Meski di hutan tersebut juga tumbuh pohon lain seperti aspen, cemara dan oak, namun warna kuning dari pohon Pando begitu mendominasi seakan-akan tinta emas yang tumpah di atas kanvas putih.

 

 

Pada hutan yang secara geografis terletak di kaki Pegunungan Perbatasan itu, tersembunyi sebuah kediaman dari salah satu mantan penghuni kayangan, The Witch of Orgin. Ketika matahari telah naik dan menyingkirkan kabut serta embun dari dedaunan, dari ketinggian terlihat sebuah istana kastel yang begitu megah seakan itu diukir dan dibentuk indah dari bukit kapur raksasa.

 

 

Saat masih musim dingin lalu memang danau yang mengelilinginya membeku dan memberikan jalan untuk menuju kastel. Namun ketika musim panas seperti sekarang, air danau sepenuhnya mencair dan rute tersebut benar-benar hilang. Tidak ada jembatan, tidak ada jalan setapak, dan tidak ada perahu yang bisa digunakan untuk menyeberangi danau di sekeliling kastel.

 

 

Dari semua kesulitan yang ada, hal seperti itu bukanlah kendala utama untuk bisa sampai ke tempat tinggal dari sosok yang lebih dikenal sebagai The Witch of Orgin.

 

 

Penghalang Kesadaran juga disebut Medan Sihir ⸻ Sebuah semacam barier yang membuat setiap orang yang ingin mendekat malah memutar arah. Itulah kendala utama untuk sampai ke tempat tersebut, bahkan hampir menjadikannya mustahil untuk didatangi.

 

 

Meski pun beberapa orang tahu kalau Witch tinggal di Hutan Pando, hanya segelintir orang saja yang bisa mencapai tempat tersebut dalam kurung waktu puluhan bahkan sampai ratusan tahun terakhir. Di tambah posisi geografisnya yang khusus, dari tempat tinggi dan jauh pun tempat tersebut hanya bisa dilihat selama beberapa jam saja dalam sehari. Kabut, sudut, pantulan cahaya dari warna kuning dedaunan, faktor-faktor tersebut menciptakan ilusi optik alami dan membuatnya sukar untuk dilihat dari kejauhan.

 

 

Seperti yang kendala yang ada, bukan berarti tempat tersebut tidak bisa didatangi orang luar. Salah satu bisa sampai di tempat tersebut adalah dengan diundang langsung oleh Witch ataupun memiliki akses wewenang khusus untuk menembus medan sihir. Seperti yang terjadi pada Odo Luke, lalu juga seperti apa yang dilakukan oleh Di’in dan Ra’an yang datang mengatasnamakan pemuda yang mengutus mereka.

 

 

Pada halaman kastel yang dipenuhi oleh bunga-bunga aster, dua perempuan Moloia dengan penampilan layaknya pelayan kalangan bangsawan tampak sedang merapikan kebun depan. Di’in dan Ra’an, dua perwira dari Unit Khusus PTP (Pengembangan Teknologi dan Penelitian) Kerajaan Moloia tersebut tampak begitu wajar melakukan tugas pelayan dengan penampilan mereka sekarang. Gaun hitam dengan rangkap celemek putih, bandana dan membawa alat kebun seperti gunting besar serta sapu.

 

 

Alat-alat yang mereka gunakan diambil dari salah satu menara di sekitar kastel. Lalu seakan sudah sangat terbiasa dengan rutinitas tersebut, Di’in dan Ra’an merapikan halaman tanpa mengeluh atau mempertanyakan gaya hidup mereka sekarang.

 

 

Sesaat terdiam dan saling menatap setelah merapikan pagar tanaman serta merawat bunga-bunga aster, untuk sesaat mereka berdua menarik napas dalam-dalam. Saling memalingkan pandangan dan sama-sama merasa mulai menikmati gaya hidup tersebut, kedua perwira itu merasa malu pada diri mereka sendiri.

 

 

Marnali Ra’an berjalan ke bangku taman, merapikan gaunnya dan duduk. Setelah meletakkan gunting kebun di sebelahnya, perempuan rambut pirang panjang sebahu itu menatap ke arah atasannya dan bertanya, “Letnan …, entah mengapa saya mulai menikmatinya. Bagaimana ini? Berkebun ternyata cukup mengasyikkan!”

 

 

“Eng ….” Di’in memalingkan pandangan dan bingung harus memberikan jawaban seperti apa karena ia pun juga merasakan hal sama. Dengan nada sedikit kaku, perempuan rambut cokelat panjang sepunggung tersebut menjawab, “Setelah mengirim kita ke sini lagi, Pemuda itu sama sekali tidak memberikan kita kabar atau perintah selanjutnya. Jujur diriku juga mulai meragukan rencananya. Namun …, yah …. Kita juga tidak menyangka kalau sosok The Witch of Orgin itu orang yang sangat ramah. Meski harus menjadi pelayan di sini, paling tidak kita dapat tempat tidur dan tak perlu berkemah setiap malam.”

 

 

“Orang?” Ra’an menatap kecut, merasa kata tersebut tak cocok digunakan untuk wanita yang membiarkan mereka tinggal di kastel.

 

 

“Ah, aku tahu maksud kamu ….” Letnan Dua memalingkan pandangan, menghela napas panjang dan berkata, “Makhluk itu, jujur diriku juga ragu mengatakannya sama seperti kita. Rasanya dia sudah keluar dari kodratnya. Bagaimana menyebutnya …, makhluk ilahi?”

 

 

“Meski kita dibiarkan tinggal setelah menyampaikan bahwa Odo yang menyuruh kita datang, wanita itu hanya menemui kita saat pertama kali menyuruh masuk saja. Setelah itu, meski kita cari ke penjuru kastel ia tidak ada.”

 

 

Sembari mendengar perkataan rekannya, Di’in menyandarkan sapu ke pagar tanaman dan menatap datar ke arah anak-anak kembar yang melihat mereka dari pilar-pilar kastel. Meskipun telah tinggal sejak musim semi, kedua perwira Kerajaan Moloia tersebut sama sekali tidak tahu berapa jumlah anak-anak kembar yang tinggal di kastel Witch.

 

 

Di mata Di’in ataupun Ra’an, semua anak kembar tersebut terlihat sangat identik satu sama lain. Bahkan jika anak-anak itu tidak mengenakan pakaian yang berbeda, mereka berdua tidak akan tahu jenis kelamin anak-anak tersebut.

 

 

Mengesampingkan penampilan identik anak-anak kembar itu, Di’in merasa mereka juga sangat mirip dengan The Witch of Orgin. Kembali menatap ke arah rekannya, Letnan Dua tersebut bertanya, “Kalau dilihat-lihat, mereka mirip Witch, bukan? Apa mereka itu anak-anaknya?”

 

 

“Entahlah, mungkin saja mereka anaknya atau mungkin saja tidak. Dalam dongeng yang ada di Wilayah Luke juga dikatakan kalau Witch pernah jatuh cinta dengan kepala sipir. Jadi, kemungkinan dirinya punya anak cukup tinggi,” jawab Ra’an dengan nada tidak terlalu tertarik. Ia menyandarkan tubuh ke bangku, lalu memasang senyum senang saat mengamati bunga-bunga yang telah dirinya rawat sejak musim semi.

 

 

Melihat bawahannya mabuk dengan rutinitas barunya, Di’in memasang mimik wajah cemberut dan menghela napas dengan berat. Ia kembali menatap ke arah anak-anak kembar yang bersembunyi di balik pilar-pilar, lalu mengingat-ingat kembali dongeng tentang sang Witch.

 

 

Isi dongeng yang beredar di Wilayah Luke berbeda dengan yang ada di kampung halaman Di’in. Jika dalam versi orang-orang Luke menceritakan kisah Witch sebagai tragedi, Kerajaan Moloia menceritakan dongeng tersebut dengan akhir bahagia.

 

 

“Cerita yang aku dengar saat masih di panti asuhan sangat berbeda dengan versi Kerajaan Felixia. Bahkan, tokoh utama dalam dongeng juga disebut dengan cara yang berbeda. The Witch of Orgin, kalau di sini hanya Witch dan kesannya jahat. Versi yang sering aku dengar berakhir bahagia, sedangkan yang ada di sini malah tragedi yang sangat tragis untuk tokoh utama..”

 

 

Untuk sesaat, Di’in sedikit penasaran dengan hal tersebut. Mungkin karena ia tinggal di tempat dari sosok dalam dongeng pengantar tidurnya saat kecil, Letnan Dua tersebut merasa sedikit nostalgia dan ingin menguak kebenarannya.

 

 

“Ah, benar juga. Tinggal tanya saja langsung ke sumbernya,” gumam Di’in.

 

 

Dengan dorongan rasa penasaran tersebut, ia segera berjalan menuju anak-anak yang bersembunyi di balik pilar kastel dengan niat menanyakan keingintahuannya. Melihat perempuan itu mendekat, anak-anak kembar tersebut berlarian layaknya sekawanan rusa yang ketakutan karena hewan buas. Ada yang langsung masuk ke dalam kastel, ada yang berlari melalui teras, dan ada yang hanya berjalan santai meninggalkan tempat dan berpura-pura tidak takut.

 

 

Melihat mereka sangat menghindarinya, langkah kaki Di’in terhenti dan sesaat merasa tersinggung karena diperlakukan seperti itu. Ia mengerutkan kening, lalu segera menaikkan gaunnya dan berlari mengejar mereka. Melihat itu, anak yang tadinya hanya berjalan santai segera berlari mengikuti saudara-saudarinya.

 

 

Namun, itu sudah terlambat dan langkahnya terlalu pelan jika dibandingkan dengan seorang perwira militer bersungguh-sungguh ingin menangkapnya. Salah satu anak perempuan tersebut diterkam dari belakang dan dijatuhkan, ditindih dan kedua tangannya dikunci supaya tidak bisa melawan.

 

 

“Le-Lepaskan …! Lepaskan!”

 

 

Anak perempuan rambut pirang tersebut menangis tengkurap, tidak bisa melepaskan diri karena memang kekuatan fisiknya masihlah setara dengan anak umur 14 tahun pada umumnya. Gaunnya mulai kusut saat meronta-ronta, rambutnya pun berantakan, dan air mata mulai mengalir membasahi wajah penuh rasa takut.

 

 

“Huhuh! Jadi kamu juga bisa bicara rupanya, hah? Sejak pertama kali kami datang, kenapa kalian saat dipanggil-panggil tidak pernah menjawab? Huh? Beraninya kamu mengacuhkan Nona Letnan Dua yang terhormat ini. Kamu harus diberi pelajaran supaya bisa lebih sopan kepada para tamu, wahai Nona Kecil.”

 

 

Cara bicara Di’in benar-benar terdengar seperti penjahat kelamin yang siap melecehkan anak tersebut. Ia benar-benar kehilangan kendali, layaknya hewan buas yang mulai meraba-raba bagian yang tidak seharusnya dirinya sentuh.

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

Xeviorynz

Xeviorynz

Di'in itu cewe atau cowok, sensei?

2020-12-14

0

Lu Pa

Lu Pa

Kangen Odo yg dulu ...
Kalo pake topeng, rasanya ...

2020-11-09

0

SleepySloth

SleepySloth

ini dia Prajurit udah berubah aja, yang satu jadi Maid yang satu jadi Penjahat kelamin, apa jadinya nanti kalo udah ketemu Odo lagi.

Semangat terus Thor, ditunggu lanjutannya~

2020-09-20

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog Arc 03 "War of Altair Vega" (Part 01)
2 Prolog Arc 03 "War of Altair Vega" (Part 02)
3 [72] The Prepare 1 of 3 (Part 01)
4 [72] The Prepare 1 of 3 (Part 02)
5 [72] The Prepare 1 of 3 (Part 03)
6 [72] The Prepare 1 of 3 (Part 04)
7 [73] The Prepare 2 of 3 (Part 01)
8 [73] The Prepare 2 of 3 (Part 02)
9 [73] The Prepare 2 of 3 (Part 03)
10 [73] The Prepare 2 of 3 (Part 04)
11 [73] The Prepare 2 of 3 (Part 05)
12 [74] The Prepare 3 of 3 (Part 01)
13 [74] The Prepare 3 of 3 (Part 02)
14 [74] The Prepare 3 of 3 (Part 03)
15 [74] The Prepare 3 of 3 (Part 04)
16 [74] The Prepare 3 of 3 (Part 05)
17 [74] The Prepare 3 of 3 (Part 06)
18 [75] Cogitation (Part 01)
19 [75] Cogitation (Part 02)
20 [75] Cogitation (Part 03)
21 [75] Cogitation (Part 04)
22 [75] Cogitation (Part 05)
23 [76] The Fear to Bear (Part 01)
24 [76] The Fear to Bear (Part 02)
25 [76] The Fear to Bear (Part 03)
26 [76] The Fear to Bear (Part 04)
27 [77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 01)
28 [77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 02)
29 [77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 03)
30 [77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 04)
31 [77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 05)
32 [78] Egosentrisme (Part 01)
33 [78] Egosentrisme (Part 02)
34 [78] Egosentrisme (Part 03)
35 [78] Egosentrisme (Part 04)
36 [78] Egosentrisme (Part 05)
37 [79] True, Truth, Turn (Part 01)
38 [79] True, Truth, Turn (Part 02)
39 [79] True, Truth, Turn (Part 03)
40 [79] True, Truth, Turn (Part 04)
41 [79] True, Truth, Turn (Part 05)
42 [79] True, Truth, Turn (Part 06)
43 [80] Antara malam dan fajar (Part 01)
44 [80] Antara malam dan fajar (Part 02)
45 [80] Antara malam dan fajar (Part 03)
46 [80] Antara malam dan fajar (Part 04)
47 [81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 01)
48 [81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 02)
49 [81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 03)
50 [81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 04)
51 [81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 05)
52 [82] Every path has its puddle (Part 01)
53 [82] Every path has its puddle (Part 02)
54 [82] Every path has its puddle (Part 03)
55 [82] Every path has its puddle (Part 04)
56 [82] Every path has its puddle (Part 05)
57 [83] Keturunan ular tua (Part 01)
58 [83] Keturunan ular tua (Part 02)
59 [83] Keturunan ular tua (Part 03)
60 [83] Keturunan ular tua (Part 04)
61 [84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 01)
62 [84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 02)
63 [84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 03)
64 [84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 04)
65 [84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 05)
66 [85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 01)
67 [85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 02)
68 [85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 03)
69 [85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 04)
70 [85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 05)
71 [86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 01)
72 [86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 02)
73 [86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 03)
74 [86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 04)
75 [86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 05)
76 [87] Dekadensi Kota Rockfield IV – Refleksi Diri (Part 01)
77 [87] Dekadensi Kota Rockfield IV – Refleksi Diri (Part 02)
78 [87] Dekadensi Kota Rockfield IV – Refleksi Diri (Part 03)
79 [87] Dekadensi Kota Rockfield IV – Refleksi Diri (Part 04)
80 [88] Dekadensi Kota Rockfield V – Entropi Kota (Part 01)
81 [88] Dekadensi Kota Rockfield V – Entropi Kota (Part 02)
82 [88] Dekadensi Kota Rockfield V – Entropi Kota (Part 03)
83 [88] Dekadensi Kota Rockfield V – Entropi Kota (Part 04)
84 [89] Dekadensi Kota Rockfield VI – Paradigm (Part 01)
85 [89] Dekadensi Kota Rockfield VI – Paradigm (Part 02)
86 [89] Dekadensi Kota Rockfield VI – Paradigm (Part 03)
87 [89] Dekadensi Kota Rockfield VI – Paradigm (Part 04)
88 [90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 01)
89 [90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 02)
90 [90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 03)
91 [90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 04)
92 [90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 05)
93 [91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 01)
94 [91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 02)
95 [91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 03)
96 [91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 04)
97 [91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 05)
98 [92] Dekadensi Kota Rockfield IX – Dosa (Part 01)
99 [92] Dekadensi Kota Rockfield IX – Dosa (Part 02)
100 [92] Dekadensi Kota Rockfield IX – Dosa (Part 03)
101 [92] Dekadensi Kota Rockfield IX – Dosa (Part 04)
102 [93] Dekadensi Kota Rockfield X – Mulai Menyimpang (Part 01)
103 [93] Dekadensi Kota Rockfield X – Mulai Menyimpang (Part 02)
104 [93] Dekadensi Kota Rockfield X – Mulai Menyimpang (Part 03)
105 [93] Dekadensi Kota Rockfield X – Mulai Menyimpang (Part 04)
106 [94] Dekadensi Kota Rockfield XI – Merembas (Part 01)
107 [94] Dekadensi Kota Rockfield XI – Merembas (Part 02)
108 [94] Dekadensi Kota Rockfield XI – Merembas (Part 03)
109 [94] Dekadensi Kota Rockfield XI – Merembas (Part 04)
110 [95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 01)
111 [95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 02)
112 [95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 03)
113 [95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 04)
114 [95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 05)
115 [96] Angelus I – Red Arrival (Part 01)
116 [96] Angelus I – Red Arrival (Part 02)
117 [96] Angelus I – Red Arrival (Part 03)
118 [96] Angelus I – Red Arrival (Part 04)
119 [97] Angelus II – Blue Action (Part 01)
120 [97] Angelus II – Blue Action (Part 02)
121 [97] Angelus II – Blue Action (Part 03)
122 [97] Angelus II – Blue Action (Part 04)
123 [97] Angelus II – Blue Action (Part 05)
124 [98] Angelus III – Grey Duty (Part 01)
125 [98] Angelus III – Grey Duty (Part 02)
126 [98] Angelus III – Grey Duty (Part 03)
127 [98] Angelus III – Grey Duty (Part 04)
128 [98] Angelus III – Grey Duty (Part 05)
129 [98] Angelus III – Grey Duty (Part 06)
130 [99] Angelus IV – Magenta Warmth (Part 01)
131 [99] Angelus IV – Magenta Warmth (Part 02)
132 [99] Angelus IV – Magenta Warmth (Part 03)
133 [99] Angelus IV – Magenta Warmth (Part 04)
134 [100] Angelus V – Green Slumber (Part 01)
135 [100] Angelus V – Green Slumber (Part 02)
136 [100] Angelus V – Green Slumber (Part 03)
137 [100] Angelus V – Green Slumber (Part 04)
138 [100] Angelus V – Green Slumber (Part 05)
139 [101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 01)
140 [101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 02)
141 [101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 03)
142 [101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 04)
143 [101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 05)
144 [102] Serpent II – Dipenuhi Keinginan (Part 01)
145 [102] Serpent II – Dipenuhi Keinginan (Part 02)
146 [102] Serpent II – Dipenuhi Keinginan (Part 03)
147 [102] Serpent II – Dipenuhi Keinginan (Part 04)
148 [103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 01)
149 [103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 02)
150 [103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 03)
151 [103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 04)
152 [103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 05)
153 [104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 01)
154 [104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 02)
155 [104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 03)
156 [104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 04)
157 [104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 05)
158 [105] Serpent V – Malam Putih (Part 01)
159 [105] Serpent V – Malam Putih (Part 02)
160 [105] Serpent V – Malam Putih (Part 03)
161 [105] Serpent V – Malam Putih (Part 04)
162 [105] Serpent V – Malam Putih (Part 05)
163 [106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 01)
164 [106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 02)
165 [106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 03)
166 [106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 04)
167 [106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 05)
168 [107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 01)
169 [107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 02)
170 [107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 03)
171 [107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 04)
172 [107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 05)
173 [108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 01)
174 [108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 02)
175 [108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 03)
176 [108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 04)
177 [108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 05)
178 [109] Serpent IX – Dikara (Part 01)
179 [109] Serpent IX – Dikara (Part 02)
180 [109] Serpent IX – Dikara (Part 03)
181 [109] Serpent IX – Dikara (Part 04)
182 [109] Serpent IX – Dikara (Part 05)
183 [110] Serpent X – Fionnuala (Part 01)
184 [110] Serpent X – Fionnuala (Part 02)
185 [110] Serpent X – Fionnuala (Part 03)
186 [110] Serpent X – Fionnuala (Part 04)
187 [110] Serpent X – Fionnuala (Part 05)
188 [111] Serpent XI – Remorse (Part 01)
189 [111] Serpent XI – Remorse (Part 02)
190 [111] Serpent XI – Remorse (Part 03)
191 [111] Serpent XI – Remorse (Part 04)
192 [111] Serpent XI – Remorse (Part 05)
193 [112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 01)
194 [112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 02)
195 [112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 03)
196 [112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 04)
197 [112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 05)
198 [113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 01)
199 [113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 02)
200 [113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 03)
201 [113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 04)
202 [113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 05)
203 [114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 01)
204 [114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 02)
205 [114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 03)
206 [114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 04)
207 [114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 05)
208 [115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 01)
209 [115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 02)
210 [115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 03)
211 [115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 04)
212 [115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 05)
213 [116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 01)
214 [116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 02)
215 [116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 03)
216 [116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 04)
217 [116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 05)
218 [117] Flamboyan Akhir Zaman VI – Inkarnasi (Part 01)
219 [117] Flamboyan Akhir Zaman VI – Inkarnasi (Part 02)
220 [117] Flamboyan Akhir Zaman VI – Inkarnasi (Part 03)
221 [117] Flamboyan Akhir Zaman VI – Inkarnasi (Part 04)
222 [118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 01)
223 [118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 02)
224 [118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 03)
225 [118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 04)
226 [118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 05)
227 Epilog Arc 03 - Vega - (Part 01)
228 Epilog Arc 03 -Vega - (Part 02)
Episodes

Updated 228 Episodes

1
Prolog Arc 03 "War of Altair Vega" (Part 01)
2
Prolog Arc 03 "War of Altair Vega" (Part 02)
3
[72] The Prepare 1 of 3 (Part 01)
4
[72] The Prepare 1 of 3 (Part 02)
5
[72] The Prepare 1 of 3 (Part 03)
6
[72] The Prepare 1 of 3 (Part 04)
7
[73] The Prepare 2 of 3 (Part 01)
8
[73] The Prepare 2 of 3 (Part 02)
9
[73] The Prepare 2 of 3 (Part 03)
10
[73] The Prepare 2 of 3 (Part 04)
11
[73] The Prepare 2 of 3 (Part 05)
12
[74] The Prepare 3 of 3 (Part 01)
13
[74] The Prepare 3 of 3 (Part 02)
14
[74] The Prepare 3 of 3 (Part 03)
15
[74] The Prepare 3 of 3 (Part 04)
16
[74] The Prepare 3 of 3 (Part 05)
17
[74] The Prepare 3 of 3 (Part 06)
18
[75] Cogitation (Part 01)
19
[75] Cogitation (Part 02)
20
[75] Cogitation (Part 03)
21
[75] Cogitation (Part 04)
22
[75] Cogitation (Part 05)
23
[76] The Fear to Bear (Part 01)
24
[76] The Fear to Bear (Part 02)
25
[76] The Fear to Bear (Part 03)
26
[76] The Fear to Bear (Part 04)
27
[77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 01)
28
[77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 02)
29
[77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 03)
30
[77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 04)
31
[77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 05)
32
[78] Egosentrisme (Part 01)
33
[78] Egosentrisme (Part 02)
34
[78] Egosentrisme (Part 03)
35
[78] Egosentrisme (Part 04)
36
[78] Egosentrisme (Part 05)
37
[79] True, Truth, Turn (Part 01)
38
[79] True, Truth, Turn (Part 02)
39
[79] True, Truth, Turn (Part 03)
40
[79] True, Truth, Turn (Part 04)
41
[79] True, Truth, Turn (Part 05)
42
[79] True, Truth, Turn (Part 06)
43
[80] Antara malam dan fajar (Part 01)
44
[80] Antara malam dan fajar (Part 02)
45
[80] Antara malam dan fajar (Part 03)
46
[80] Antara malam dan fajar (Part 04)
47
[81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 01)
48
[81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 02)
49
[81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 03)
50
[81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 04)
51
[81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 05)
52
[82] Every path has its puddle (Part 01)
53
[82] Every path has its puddle (Part 02)
54
[82] Every path has its puddle (Part 03)
55
[82] Every path has its puddle (Part 04)
56
[82] Every path has its puddle (Part 05)
57
[83] Keturunan ular tua (Part 01)
58
[83] Keturunan ular tua (Part 02)
59
[83] Keturunan ular tua (Part 03)
60
[83] Keturunan ular tua (Part 04)
61
[84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 01)
62
[84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 02)
63
[84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 03)
64
[84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 04)
65
[84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 05)
66
[85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 01)
67
[85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 02)
68
[85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 03)
69
[85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 04)
70
[85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 05)
71
[86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 01)
72
[86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 02)
73
[86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 03)
74
[86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 04)
75
[86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 05)
76
[87] Dekadensi Kota Rockfield IV – Refleksi Diri (Part 01)
77
[87] Dekadensi Kota Rockfield IV – Refleksi Diri (Part 02)
78
[87] Dekadensi Kota Rockfield IV – Refleksi Diri (Part 03)
79
[87] Dekadensi Kota Rockfield IV – Refleksi Diri (Part 04)
80
[88] Dekadensi Kota Rockfield V – Entropi Kota (Part 01)
81
[88] Dekadensi Kota Rockfield V – Entropi Kota (Part 02)
82
[88] Dekadensi Kota Rockfield V – Entropi Kota (Part 03)
83
[88] Dekadensi Kota Rockfield V – Entropi Kota (Part 04)
84
[89] Dekadensi Kota Rockfield VI – Paradigm (Part 01)
85
[89] Dekadensi Kota Rockfield VI – Paradigm (Part 02)
86
[89] Dekadensi Kota Rockfield VI – Paradigm (Part 03)
87
[89] Dekadensi Kota Rockfield VI – Paradigm (Part 04)
88
[90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 01)
89
[90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 02)
90
[90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 03)
91
[90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 04)
92
[90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 05)
93
[91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 01)
94
[91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 02)
95
[91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 03)
96
[91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 04)
97
[91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 05)
98
[92] Dekadensi Kota Rockfield IX – Dosa (Part 01)
99
[92] Dekadensi Kota Rockfield IX – Dosa (Part 02)
100
[92] Dekadensi Kota Rockfield IX – Dosa (Part 03)
101
[92] Dekadensi Kota Rockfield IX – Dosa (Part 04)
102
[93] Dekadensi Kota Rockfield X – Mulai Menyimpang (Part 01)
103
[93] Dekadensi Kota Rockfield X – Mulai Menyimpang (Part 02)
104
[93] Dekadensi Kota Rockfield X – Mulai Menyimpang (Part 03)
105
[93] Dekadensi Kota Rockfield X – Mulai Menyimpang (Part 04)
106
[94] Dekadensi Kota Rockfield XI – Merembas (Part 01)
107
[94] Dekadensi Kota Rockfield XI – Merembas (Part 02)
108
[94] Dekadensi Kota Rockfield XI – Merembas (Part 03)
109
[94] Dekadensi Kota Rockfield XI – Merembas (Part 04)
110
[95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 01)
111
[95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 02)
112
[95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 03)
113
[95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 04)
114
[95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 05)
115
[96] Angelus I – Red Arrival (Part 01)
116
[96] Angelus I – Red Arrival (Part 02)
117
[96] Angelus I – Red Arrival (Part 03)
118
[96] Angelus I – Red Arrival (Part 04)
119
[97] Angelus II – Blue Action (Part 01)
120
[97] Angelus II – Blue Action (Part 02)
121
[97] Angelus II – Blue Action (Part 03)
122
[97] Angelus II – Blue Action (Part 04)
123
[97] Angelus II – Blue Action (Part 05)
124
[98] Angelus III – Grey Duty (Part 01)
125
[98] Angelus III – Grey Duty (Part 02)
126
[98] Angelus III – Grey Duty (Part 03)
127
[98] Angelus III – Grey Duty (Part 04)
128
[98] Angelus III – Grey Duty (Part 05)
129
[98] Angelus III – Grey Duty (Part 06)
130
[99] Angelus IV – Magenta Warmth (Part 01)
131
[99] Angelus IV – Magenta Warmth (Part 02)
132
[99] Angelus IV – Magenta Warmth (Part 03)
133
[99] Angelus IV – Magenta Warmth (Part 04)
134
[100] Angelus V – Green Slumber (Part 01)
135
[100] Angelus V – Green Slumber (Part 02)
136
[100] Angelus V – Green Slumber (Part 03)
137
[100] Angelus V – Green Slumber (Part 04)
138
[100] Angelus V – Green Slumber (Part 05)
139
[101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 01)
140
[101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 02)
141
[101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 03)
142
[101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 04)
143
[101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 05)
144
[102] Serpent II – Dipenuhi Keinginan (Part 01)
145
[102] Serpent II – Dipenuhi Keinginan (Part 02)
146
[102] Serpent II – Dipenuhi Keinginan (Part 03)
147
[102] Serpent II – Dipenuhi Keinginan (Part 04)
148
[103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 01)
149
[103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 02)
150
[103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 03)
151
[103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 04)
152
[103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 05)
153
[104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 01)
154
[104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 02)
155
[104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 03)
156
[104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 04)
157
[104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 05)
158
[105] Serpent V – Malam Putih (Part 01)
159
[105] Serpent V – Malam Putih (Part 02)
160
[105] Serpent V – Malam Putih (Part 03)
161
[105] Serpent V – Malam Putih (Part 04)
162
[105] Serpent V – Malam Putih (Part 05)
163
[106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 01)
164
[106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 02)
165
[106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 03)
166
[106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 04)
167
[106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 05)
168
[107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 01)
169
[107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 02)
170
[107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 03)
171
[107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 04)
172
[107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 05)
173
[108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 01)
174
[108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 02)
175
[108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 03)
176
[108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 04)
177
[108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 05)
178
[109] Serpent IX – Dikara (Part 01)
179
[109] Serpent IX – Dikara (Part 02)
180
[109] Serpent IX – Dikara (Part 03)
181
[109] Serpent IX – Dikara (Part 04)
182
[109] Serpent IX – Dikara (Part 05)
183
[110] Serpent X – Fionnuala (Part 01)
184
[110] Serpent X – Fionnuala (Part 02)
185
[110] Serpent X – Fionnuala (Part 03)
186
[110] Serpent X – Fionnuala (Part 04)
187
[110] Serpent X – Fionnuala (Part 05)
188
[111] Serpent XI – Remorse (Part 01)
189
[111] Serpent XI – Remorse (Part 02)
190
[111] Serpent XI – Remorse (Part 03)
191
[111] Serpent XI – Remorse (Part 04)
192
[111] Serpent XI – Remorse (Part 05)
193
[112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 01)
194
[112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 02)
195
[112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 03)
196
[112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 04)
197
[112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 05)
198
[113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 01)
199
[113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 02)
200
[113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 03)
201
[113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 04)
202
[113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 05)
203
[114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 01)
204
[114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 02)
205
[114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 03)
206
[114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 04)
207
[114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 05)
208
[115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 01)
209
[115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 02)
210
[115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 03)
211
[115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 04)
212
[115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 05)
213
[116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 01)
214
[116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 02)
215
[116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 03)
216
[116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 04)
217
[116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 05)
218
[117] Flamboyan Akhir Zaman VI – Inkarnasi (Part 01)
219
[117] Flamboyan Akhir Zaman VI – Inkarnasi (Part 02)
220
[117] Flamboyan Akhir Zaman VI – Inkarnasi (Part 03)
221
[117] Flamboyan Akhir Zaman VI – Inkarnasi (Part 04)
222
[118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 01)
223
[118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 02)
224
[118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 03)
225
[118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 04)
226
[118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 05)
227
Epilog Arc 03 - Vega - (Part 01)
228
Epilog Arc 03 -Vega - (Part 02)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!