[72] The Prepare 1 of 3 (Part 01)

 

 

 

 

“Jika dunia ini dipenuhi oleh dosa, maka diriku akan menyucikan segalanya. Jika memang di hati orang-orang dipenuhi dengan kebencian dan sifat buruk, maka diriku akan menerima semua itu.”

 

 

Seorang perempuan dari kalangan puritan mengatakan hal tersebut tanpa tahu kekejaman dunia yang sesungguhnya, tanpa tahu bahwa dunia tempatnya dilahirkan hanya dipenuhi kekejaman tanpa akhir. Sebuah dunia tidak sempurna penuh dosa dan kutukan.

 

 

Jelek, buruk, dekil, menjijikkan, memuakkan, dan menggelikan ⸻ Meski setiap orang pernah menganggap dunia adalah tempat yang menyenangkan dan bersyukur telah diberikan kesempatan untuk hidup, namun ketika mereka dewasa pandangan semacam itu akan berakhir.

 

 

Anak-anak tidak akan menjadi anak-anak untuk selamanya, mereka akan semakin bertambah dewasa dan paham bahwa dunia dipenuhi hal buruk ⸻ Hukum rimba dimana yang kuat berkuasa, sifat tamak dari orang-orang berkuasa, ketidakberdayaan yang lemah, dosa yang terus bertambah setiap saatnya dan hiruk pikuk kehidupan yang penuh masalah.

 

 

Saat bertambah dewasa dan memahami dunia, anak-anak sadar betapa menyenangkan saat mereka masih polos dan tidak tahu apa-apa tentang kenyataan. Mereka akan bertanya-tanya, mengapa dulu mereka sangat berharap untuk cepat dewasa?

 

 

Lalu, pada akhirnya meninggalkan penyesalan dalam hati.

 

 

Putri Duyung, sebuah dongeng yang sering diceritakan kepada anak-anak oleh orang tua atau kakek-nenek mereka. Sebuah kisah cinta menyedihkan yang membuat seorang perempuan menjadi rusak, kisah pengkhianatan dari orang yang dicintai.

 

 

Dalam cerita sang Putri Duyung rela membuang siripnya sebagai ganti kedua kaki untuk berjalan di darat. Namun, pengorbanan itu malah dibalas dengan pengkhianatan sang Pangeran yang malah lebih memilih wanita lain.

 

 

Menyedihkan, menggelikan dan tampak bodoh bagi sebagian orang dewasa saat kembali mendengar cerita tersebut. Anak-anak tidak tahu apa-apa dan tidak ingin mencari tahu, mereka hanya menganggap cerita tersebut sebagai cerita pengantar tidur dan dilupakan ketika mereka terbangun di pagi hari.

 

 

Namun, apakah benar begitu?

 

 

Menjadi bui laut tanpa mendapatkan cinta dari pria yang dirinya kasihi. Putri Duyung hanya mendapat kesedihan, kesakitan, lalu merintih di ujung perbatasan antara dua dunia, laut dan daratan.

 

 

“Apakah engkau tidak merasa kasihan?” Sebagai pendengar ataupun pembaca, mungkin itulah yang diharapkan dari sang Putri Duyung dari Pangeran yang dirinya cintai.

 

 

Sebagai seorang penikmat dari kisah yang menyedihkan itu, kita seakan mengadili dari satu sudut pandang. Bahwa Putri Duyung adalah kisah tragedi, kisah menyedihkan seorang perempuan yang pria terkasihnya direbut oleh wanita lain.

 

 

Namun, apakah benar Putri Duyung benar-benar merasa demikian? Mungkin saja, ia hanya ingin merasakan daratan dan hanya menjadikan Pangeran sebagai alasannya naik ke permukaan. Namun ketika dirinya tahu daratan tak seindah yang dirinya kira, Putri Duyung menyesal dan memilih untuk kembali ke laut.

 

 

Meski hanya sebagai bui yang lenyap begitu saja karena perjanjian yang telah dirinya buat sebelum pergi ….

 

 

Bisa saja, meski diliputi kekecewaan Putri Duyung merasa bahagia karena bisa memenuhi mimpinya untuk pergi ke daratan. Ia juga bisa kembali ke lautan dan berakhir di sana, tempatnya berasal.

 

 

Lalu, dimana letak kesedihannya?

 

 

Ya, itu adalah sang Pangeran. Pangeran lah yang membuat kisah Putri Duyung menjadi sedih.

 

 

Sebuah kisah yang hanya berisi kebahagiaan saja, apa yang akan tersisa dalam benak para penikmat? Apa yang bisa diingat kembali? Apa kesannya?

 

 

Cerita yang memberikan kesan kuat pasti memiliki unsur kesedihan, karena hal itu secara sadar ataupun tidak pasti diharapkan oleh setiap orang.

 

 

Penderitaan seseorang adalah hiburan bagi orang lain. Meski terdengar kejam, itu adalah sebuah fakta samar yang ada di setiap diri seseorang. Naluri sebagai makhluk hidup untuk menikmati nasib buruk orang lain.

 

 

Tak perlu munafik dan berkata dirimu berbeda. Setiap orang, satu atau dua kali pernah merasa bersyukur atas kesialan atau kegagalan orang lain.

 

 

Itulah dunia, seperti itulah orang-orang yang tinggal di dalamnya. Mengubah kenyataan sesuai kepentingan mereka, menikmati kesedihan orang lain, mengkhianati dan menyesali ….

 

 

Terlalu banyak hal buruk yang ada, kata-kata bahkan tak cukup untuk menggambarkannya. Namun, meski dunia ini begitu buruk kita akan terus tetap hidup sampai jiwa ini kembali pada tempatnya berasal.

 

 

Terus hidup, membuat kesalahan, membuat dosa, dendam, mendendam, mencintai, dicintai, berkeluarga, dan melakukan banyak hal lainnya sampai semuanya berakhir.

 

 

Dunia tidak akan berubah seberapa keras pun kita berusaha, itu berubah dengan sendirinya ketika kita mengubah sudut pandang. Layaknya perkataan dari orang bijak di masa lalu, bahwa dunia hanyalah seluas kaki pernah melangkah dan mata memandang. Jika kita semakin jauh melangkah dan melihat ke depan, maka dunia pun akan berubah.

.

.

.

.

Musim panas datang menggantikan musim semi dengan sinar terik. Hujan masih silih berganti dengan hari cerah, membuat embun pada dedaunan tampak seperti permata berkilau saat terpapar sinar. Taman dengan rerumputan pendek, bunga-bunga mekar di antara tanaman herbal yang terbentang, serta burung-burung hinggap di pagar mengincar cacing-cacing yang menyuburkan tanah.

 

 

Di antara semua yang tampak damai tersebut, seorang pemuda mengayunkan pedang kayunya dan mencucurkan keringat. Bahkan sebelum matahari terbit sepenuhnya, ia telah berdiri di sana dan terus menempa tubuh, mengasah keahlian, lalu dengan tekun mengembangkan kemampuannya.

 

 

Puluhan, ratusan, bahkan sampai ribuan kali pemuda itu terus mengayunkan pedangnya. Tubuh penuh keringat membuat pakaiannya tampak melekat, membuat lekuk kasar dari otot-otot di balik tunik tipis terlihat jelas.

 

 

Kedua telapak tangannya kasar dan keras, kulitnya pun sedikit menghitam karena terus terkena paparan sinar matahari. Meski begitu, seakan tidak memedulikan hal tersebut sang Pemuda terus melatih tubuhnya.

 

 

Tak jauh dari tempat pemuda itu berlatih, seorang perempuan rambut biru panjang duduk di atas teras dengan tatapan sayu. Ia hanya terdiam tanpa memanggil, memasang senyum tipis dan tampak bahagia. Menyangga kepala dengan kedua tangan, sang perempuan mengawasi tanpa satu pun niat untuk mengganggunya.

 

 

Sesekali ia membuka mulut dan ingin memanggil. Namun, itu hanya berubah menjadi hela napas karena dirinya paham tak memiliki hak untuk menegur pemuda itu.

 

 

“Itu hal yang baik untuknya, diperlukan untuknya. Diriku tak bisa mengganggu.”

 

 

Meyakinkan diri dengan kalimat yang tak terucap dari mulut lembutnya, sang Roh Agung pun hanya terdiam dan menunggu pemuda itu selesai. Melamun, tanpa mengerti apa yang sebenarnya ingin pemuda itu lakukan dengan melatih tubuh sangat tekun seperti itu.

 

 

“Vil, sedang apa kau melamun di sana?!”

 

 

Mendengar pemuda itu memanggil namanya, sang perempuan sedikit tersentak dan sadar waktu telah berjalan cukup lama. Matahari sudah mulai meninggi, sinarnya memapar daratan dan mengusir embun bagi pada dedaunan.

 

 

Merapikan gaun abu-abu yang sedikit kusut serta membenarkan renda yang terlipat, Vil bangun dan segera menuruni tangga teras. Satu, dua, dan saat langkah ketiga setelah turun. ia pun berhenti dan menatap ke arah pemuda. Dengan tatapan sayu Vil bertanya, “Melatih tubuhmu sampai seperti itu …, memangnya Odo ingin ikut terjun ke medan perang? Sama seperti ayah kamu, Dart Luke ….”

 

 

Odo melepas pakaian atas, meletakkannya ke bahu dan berjalan naik dari rerumputan halaman, menuju Roh Agung tersebut di atas jalan susunan batu. Berdiri di hadapannya, pemuda rambut hitam tersebut sekilas menatap tajam. Seakan-akan melihat masuk ke dalam pikiran perempuan yang ditatapnya.

 

 

“Persiapan, ini hanya persiapan ….” Perkataan tersebut terdengar hanya sebagai alasan semata, lalu dengan nada sedikit enggan memberitahu yang sebenarnya ia pun mengelak, “Seperti yang kau tahu …, musim gugur atau dingin nanti aku harus pergi ke Kota Pien’ta. Melaksanakan kewajiban seorang Viscount.”

 

 

Pemuda yang lahir dari kalangan bangsawan tersebut terlalu muda untuk menyandang gelar tersebut. Meskipun dirinya berasal dari keluarga Marquess Luke, gelar Viscount tampak terlalu berat untuk ditanggung oleh anak sepertinya.

 

 

Tampang yang tidak sesuai dengan usianya, pikiran yang dewasa dan cerdas daripada anak-anak seusia dirinya, dan bahkan kekuatan yang dimiliki bisa melebihi sang Ahli Pedang, ayahnya sendiri. Pada usianya yang baru saja menginjak 9 tahun sekitar sebulan yang lalu, pemuda itu terlalu tak wajar dan sangat jauh dari kata anak-anak pada umumnya.

 

 

Tubuh dengan tinggi yang hampir mencapai 180 sentimeter, proposi badan kekar dengan otot yang terbentuk secara merata, serta telapak tangan kasar seperti orang dewasa. Bagi sang Roh Agung yang sudah bersamanya sejak Odo sejak masih bayi, ia merasa pemuda tersebut tubuh terlalu cepat. Bahkan untuk tolak ukur waktu para manusia.

 

 

“Tak ada salahnya jika kamu mempersiapkan banyak hal ….” Vil sedikit memalingkan pandangan dengan diikuti hela napas kecil. Lalu sembari menunjuk ke arah sang pemuda, ia pun dengan nada menegur berkata, “Tapi! Lihat dirimu sekarang! Padahal dulu kamu punya kulit yang tampak cerah dan halus, namun malah menggelap dan kusam seperti buruh! Belakangan Mavis juga mulai khawatir melihat kamu berlatih terus! Ia takut kamu mewarisi sifat suaminya yang selalu memaksakan diri.”

 

 

“Yah ….” Tuan Muda dari Kediaman Luke tersebut memalingkan pandangan, mengingat-ingat kembali kapan pertama kalinya memulai latihan rutin untuk membentuk tubuh. Kembali melihat ke arah Vil dan memegang jari telunjuk perempuan itu yang terarah kepadanya, Odo menyampaikan, “Ini hal yang aku perlukan. Sebagai ganti sihir yang semakin melemah, aku harus melatih tubuhku ini. Tak lucu kalau orang yang mendapat julukan Pembunuh Naga malah menjadi orang lemah.”

 

 

Vil menarik telunjuknya dan segera mengambil satu langkah ke belakang, lalu berbalik dan kembali naik ke atas teras. Sembari berjalan ke arah pintu menara perpustakaan sihir, Roh Agung tersebut menyampaikan, “Sejak kapan Odo tertarik dengan hal menyusahkan seperti itu? Mirip seperti para bangsawan saja …. Bukannya kamu tidak peduli dengan cara pandang orang lain?”

 

 

Langkah Vil terhenti, kembali menoleh dengan rasa penasaran dengan reaksi sang Tuan Muda Luke. Namun seakan perkataan tersebut tidak menyentuh hatinya, sang pemuda hanya memasang wajah datar dan perlahan membuka mulutnya untuk berkata.

 

 

“Aku sekarang memang bangsawan loh.”

 

 

Jawaban tersebut membuat Vil sedikit terkejut. Namun tidak memberikan kesempatan untuknya bertanya, Odo kembali berkata, “Tapi, yah …. Seperti yang diharapkan dari Roh yang aku pilih, kau paham betul apa yang sedang aku pikirkan sekarang.” Pemuda itu mengangkat jari telunjuk ke depan mulut, lalu perlahan menyeringai lebar dan berkata, “Sebentar lagi aku akan memulai perang ku sendiri, untuk itulah latihan rutin ini kulakukan. Jangan bilang ke siapa-siapa ya, Vil ….”

 

 

“Perang? Perang untuk apa?”

 

 

Perempuan rambut biru itu kembali menghadap ke arah sang pemuda. Menatap dengan rasa penasaran, anehnya keinginan untuk menghentikan pemuda itu terjun ke tempat berbahaya tidak muncul dalam hatinya.

 

 

Ingin mengikuti, mengabulkan kehendaknya dan menemani. Layaknya seorang pelayan yang ingin mendukung tuannya, Roh Agung tersebut hanya diisi dengan rasa ingin tahu tentang tujuan pemuda yang menjalin kontrak dengannya.

 

 

“Untuk memperbaiki dunia ke wujud yang seharusnya,” jawab Odo. Ia menurunkan jari telunjuk, sedikit memalingkan tatapan ke arah taman dan kembali berkata, “Ini demi diriku dan keluargaku, dan juga demi semua kebaikan dunia. Mungkin memang terdengar membingungkan untukmu, namun dunia ini sangat memerlukan sebuah perbaikan. Perlu dikembalikan ke bentuk selayaknya ….”

 

 

Kalimat tersebut membuat Vil terdiam, kilas balik ketika dirinya masih menjadi seorang Putri Duyung mulai naik ke permukaan layaknya buih-buih laut. Dirinya kembali mengingat penyesalan dan kesalahan di masa lalu.

 

 

Pada saat itu juga, Vil merasa ada sesuatu yang mulai terhapus dari kehidupannya. Kesedihan dan kesendirian, hal yang selalu dirinya rasakan sejak pertama kali naik ke daratan tersebut perlahan hilang berkat kedatangan Odo dalam hidupnya.

 

 

“Terserah saja ….” Vil memalingkan pandangan dan mengendus ringan. Dengan nada seakan-akan tidak peduli, ia pun berkata, “Diriku adalah Roh yang kamu kontrak! Selama itu masih berlaku, Mantan Penguasa Laut Utara ini akan selalu berada di pihak mu …. Selama itu tidak bertentangan dengan kehendak Penyihir Cahaya, diriku akan selalu membantu Odo.”

 

 

Sembari tersenyum ringan Odo pun meledek, “Malu-malu kucing seperti itu, padahal kau ikan ….”

 

 

“Berisik kamu, dasar wadah kadal!” balas Vil.

 

 

Seakan telah memastikan sesuatu, Odo memasang senyum tipis dan sesaat memejamkan mata. Tampak senang, lega, dan kembali membuka matanya dengan wajah yang berseri-seri.

 

 

“Terima kasih, Vil.” Setelah mengatakan itu dengan suara pelan, Odo menatap tajam ke arahnya dan menyampaikan, “Sebentar lagi persiapannya akan selesai. Setelah itu, kita akan bertempur untuk memenuhi salah satu janji ku. Sebaiknya … kau juga sedikit mengasah kemampuan sihirmu, Vil.”

 

 

“Hmm, tentu!” Vil mengacungkan jarinya, lalu dengan ceria ia menyampaikan, “Diriku juga sudah menyiapkan beberapa hal dengan tongkat Veränderung.”

 

 

“Baguslah, aku tak sabar menunggu apa yang kau siapkan.”

 

 

Setelah mengatakan hal tersebut, Odo melangkahkan kakinya menuju Mansion. Meninggalkan sang Roh Agung yang kembali termenung karena kembali memikirkan perkataan sang pemuda soal peperangan yang akan dimulainya.

 

 

Sebelum menginjakkan kaki di Mansion, pada teras dari bangunan utama kediamannya tersebut telah menunggu salah satu Kepala Pelayan, Julia Shieal.

 

 

Nekomata dengan satu ekor tersebut membawakan handuk untuk sang Tuan Muda, membungkuk hormat dan memberikannya dengan penuh kesopanan. Berdiri di hadapan perempuan yang sekarang malah lebih pendek darinya, Odo memasang senyum hangat dan mengambil handuk untuk menyeka keringat.

 

 

“Bukannya sudah ku bilang sebelumnya? Mbak Julia tak perlu terlalu sopan seperti itu. Meski sekarang aku seorang Viscount, Mbak Julia sudah aku anggap kakak sendiri kok.”

 

 

Mendengar hal tersebut, Julia menggelengkan kepala dan menyampaikan, “Maafkan saya, Tuan Muda. Ini sudah perintah Nyonya, saya tidak bisa membantahnya. Karena kedekatan saya dan Fiola dengan Anda, para Shieal lain mulai menganggap remeh Anda. Tidak menghormati dan bahkan memperlakukan Anda dengan santai, layaknya setara. Bagi Anda ataupun kami para Shieal, hal tersebut tidak baik.”

 

 

Mendengar ketentuan yang telah ditetapkan tanpa mendengar pendapatnya, Odo merasa seperti dipaksakan dengan perbedaan kasta yang harus dijunjung oleh keluarga bangsawan. Orang yang biasanya akrab dan merawatnya sejak kecil layaknya seorang kakak yang penuh kasih sayang telah berubah, menjadi pelayan yang setia dan kaku seperti sekarang.

 

 

“Bahkan kalian lebih mementingkan perbedaan kasta, ya?”

 

 

Setelah bergumam kesal seperti itu, Odo segera mengembalikan handuk dan berjalan melewati Julia. Rasa kesal benar-benar tampak pada mimik wajahnya, sampai kening dan alisnya mengerut. Seakan tidak menghiraukan rasa kesalnya, Julia berjalan mengikuti Tuan Mudanya masuk ke dalam Mansion.

 

 

Dalam langkah kakinya menuju kamar, untuk sesaat Odo merasa banyak hal yang telah berubah dalam lingkungannya hanya dalam waktu lebih dari satu bulan terakhir. Sejak hari pertunangan dan pemberian gelar terlewat, hampir semua orang di lingkungan Mansion menatapnya dengan cara yang berbeda. Bahkan dua Kepala Pelayan yang biasanya memperlakukannya dengan akrab pun sekarang terus berbicara formal, dengan alasan yang Nekomata tersebut sampaikan sebelumnya.

 

 

Sesampainya di depan pintu kamar, Odo menghentikan langkahnya dan berbalik. “Kau ingin terus mengikutiku sampai ke dalam, Julia?” tanyanya dengan nada ketus.

 

 

Tidak dipanggil dengan imbuhan ‘Mbak’ seperti sebelumnya, Julia sedikit tersentak dan paham Tuan Mudanya tersebut menyerah untuk mengingatkan. Seharusnya ia senang karena bisa menghormati Odo sebagaimana mestinya seorang pelayan. Namun ketika pemuda di hadapannya berbicara dengan nada layaknya asing dengan jarak yang lebar, dalam hati Julia terasa sedikit sakit yang menyengat.

 

 

“Ti-Tidak … Saya akan membawakan pakaian untuk Anda.”

 

 

Julia mengucapkan itu dengan gemetar. Tanpa berani menatap mata Tuannya, Kepala Pelayan tersebut pun segera pergi dari hadapannya dan berjalan menuju dapur. Sinar matahari yang masuk melalui kaca hias membuat perempuan itu diwarnai dengan biru, seakan memberitahukan kesedihannya.

 

 

“Tch! Bertingkah layaknya bangsawan memang melelahkan ….”

 

 

Odo membuka pintu dan berjalan masuk ke kamarnya. Setelah melempar tunik ke atas tempat tidur, ia langsung menarik kursi dan duduk di depan meja. Bersandar dengan rasa letih serta beban pikiran memenuhi kepala, Putra Tunggal Keluarga Luke tersebut menghela napas dengan penuh keresahan.

 

 

Untuk sesaat ia melihat isi kamarnya dan termenung. Meski ditinggal dalam kondisi berantakan hanya dalam waktu beberapa jam saja, kamar miliknya sekarang tampak rapi. Seprai sudah diganti dengan yang baru, jendela serta gorden dibuka untuk membiarkan udara dan cahaya matahari masuk, lalu perkamen serta perkakas yang sebelumnya berserakan pada lantai pun sudah dirapikan.

 

 

Sekilas mengingat kembali ada sebuah noda tinta pada lengan pakaian Julia, pemuda rambut hitam tersebut menghela napas ringan ketika tahu yang merapikan adalah Nekomata tersebut. Ia paham bahwa suasana canggung yang ada juga tidak diinginkan oleh Julia, namun memang tuntutan situasi.

 

 

Mendongak dan melihat langit-langit kamar, Odo sesaat terdiam dan merasa harus terlebih dahulu menyelesaikan masalah yang ada di lingkungannya. Ia bangun dari tempat duduk dan membuka lemari, lalu mengambil sarung tangan untuk menutupi angka romawi di telapak tangan yang sekarang telah berubah menjadi bentuk C, tanda jumlah Nyawa Cadangan di Dunia Kabut telah mencapai seratus.

 

 

Sebelum memakai sarung tangan kanan, sesaat Odo terdiam dan menatap telapak tangannya sendiri dengan sedikit penasaran. Dalam perhitungan normal ketika dirinya pertama kali mendapat konsep Nyata Cadangan dari Mahia, angka pada telapak tangannya terus bertambah dan bahkan dalam satu hari bisa sampai tiga kali.

 

 

Namun, sekarang angka tersebut berhenti pada angka seratus dalam bilangan romawi. Sebagai ganti jumlah angka tersebut berhenti bertambah, warna pada Rajah di telapak tangannya berubah dari hitam menjadi merah darah dan malah mulai menghisap Mana dalam tubuhnya secara berkala.

 

 

Kondisinya sekarang yang terus mengalami penurunan kemampuan sihir pun karena hal tersebut. Membuatnya harus lebih mengasah kemampuan fisik, sebab tidak tahu cara untuk mencegah Mana miliknya terhisap ke Dunia Kabut melalui jalur pada Rajah di telapak tangannya. Jika terus dibiarkan, tak ada jaminan Odo tidak akan kehilangan kemampuan sihirnya.

 

 

Berusaha mengaktifkan Inti Sihir untuk mengumpulkan semua Mana pada telapak tangan, apa yang bisa Odo ciptakan hanyalah percikan listrik kecil. Bahkan itu tidak bertahan untuk sepuluh detik dan lenyap dengan cepat.

 

 

Keterbatasan tersebut bukan hanya dalam bidang menggunakan sihir, namun juga manipulasi Mana untuk teknik pemadatan pun terganggu sangat parah. Itu sudah sampai pada titik dimana ia benar-benar tidak bisa menciptakan pedang dengan teknik tersebut.

 

 

“Mungkin .... kalau aku mati dan mengurangi satu angkanya, bisa saja efek ini hilang dan Rajah ini berhenti menyerap Mana. Tapi …, sayangnya belakangan ini tidak ada situasi yang membuatku sampai mati. Terlebih lagi …, aku juga bukan maniak bunuh diri.”

 

 

Lekas memakai sarung tangan kanan, Odo mengaktifkan sihir dimensi penyimpanan pada salah satu alat sihirnya tersebut. Ia memakai alat sihir serupa pada tangan kiri, lalu mengaktifkan lingkaran sihir sejenis yang ada di punggung sarung tangannya..

 

 

“Hmm, asal ini masih bisa ku akses dengan Mana minim, kurasa tak masalah untuk sekarang.”

 

 

Pemuda rambut hitam tersebut mengulurkan kedua tangannya ke depan, melihat lingkaran sihir pada punggung kedua sarung tangan. Berbeda dengan sebelumnya saat Odo masih menggunakan satu sarung tangan sebagai akses dimensi penyimpanan, dua alat sihir yang dirinya kenakan sekarang memiliki fungsi lain.

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

Ken Arrock

Ken Arrock

👍😁

2021-03-23

1

ime Queen

ime Queen

crazy up thor sehat selalu

2021-01-31

2

Xeviorynz

Xeviorynz

Nice

2020-12-14

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog Arc 03 "War of Altair Vega" (Part 01)
2 Prolog Arc 03 "War of Altair Vega" (Part 02)
3 [72] The Prepare 1 of 3 (Part 01)
4 [72] The Prepare 1 of 3 (Part 02)
5 [72] The Prepare 1 of 3 (Part 03)
6 [72] The Prepare 1 of 3 (Part 04)
7 [73] The Prepare 2 of 3 (Part 01)
8 [73] The Prepare 2 of 3 (Part 02)
9 [73] The Prepare 2 of 3 (Part 03)
10 [73] The Prepare 2 of 3 (Part 04)
11 [73] The Prepare 2 of 3 (Part 05)
12 [74] The Prepare 3 of 3 (Part 01)
13 [74] The Prepare 3 of 3 (Part 02)
14 [74] The Prepare 3 of 3 (Part 03)
15 [74] The Prepare 3 of 3 (Part 04)
16 [74] The Prepare 3 of 3 (Part 05)
17 [74] The Prepare 3 of 3 (Part 06)
18 [75] Cogitation (Part 01)
19 [75] Cogitation (Part 02)
20 [75] Cogitation (Part 03)
21 [75] Cogitation (Part 04)
22 [75] Cogitation (Part 05)
23 [76] The Fear to Bear (Part 01)
24 [76] The Fear to Bear (Part 02)
25 [76] The Fear to Bear (Part 03)
26 [76] The Fear to Bear (Part 04)
27 [77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 01)
28 [77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 02)
29 [77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 03)
30 [77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 04)
31 [77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 05)
32 [78] Egosentrisme (Part 01)
33 [78] Egosentrisme (Part 02)
34 [78] Egosentrisme (Part 03)
35 [78] Egosentrisme (Part 04)
36 [78] Egosentrisme (Part 05)
37 [79] True, Truth, Turn (Part 01)
38 [79] True, Truth, Turn (Part 02)
39 [79] True, Truth, Turn (Part 03)
40 [79] True, Truth, Turn (Part 04)
41 [79] True, Truth, Turn (Part 05)
42 [79] True, Truth, Turn (Part 06)
43 [80] Antara malam dan fajar (Part 01)
44 [80] Antara malam dan fajar (Part 02)
45 [80] Antara malam dan fajar (Part 03)
46 [80] Antara malam dan fajar (Part 04)
47 [81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 01)
48 [81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 02)
49 [81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 03)
50 [81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 04)
51 [81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 05)
52 [82] Every path has its puddle (Part 01)
53 [82] Every path has its puddle (Part 02)
54 [82] Every path has its puddle (Part 03)
55 [82] Every path has its puddle (Part 04)
56 [82] Every path has its puddle (Part 05)
57 [83] Keturunan ular tua (Part 01)
58 [83] Keturunan ular tua (Part 02)
59 [83] Keturunan ular tua (Part 03)
60 [83] Keturunan ular tua (Part 04)
61 [84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 01)
62 [84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 02)
63 [84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 03)
64 [84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 04)
65 [84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 05)
66 [85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 01)
67 [85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 02)
68 [85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 03)
69 [85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 04)
70 [85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 05)
71 [86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 01)
72 [86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 02)
73 [86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 03)
74 [86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 04)
75 [86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 05)
76 [87] Dekadensi Kota Rockfield IV – Refleksi Diri (Part 01)
77 [87] Dekadensi Kota Rockfield IV – Refleksi Diri (Part 02)
78 [87] Dekadensi Kota Rockfield IV – Refleksi Diri (Part 03)
79 [87] Dekadensi Kota Rockfield IV – Refleksi Diri (Part 04)
80 [88] Dekadensi Kota Rockfield V – Entropi Kota (Part 01)
81 [88] Dekadensi Kota Rockfield V – Entropi Kota (Part 02)
82 [88] Dekadensi Kota Rockfield V – Entropi Kota (Part 03)
83 [88] Dekadensi Kota Rockfield V – Entropi Kota (Part 04)
84 [89] Dekadensi Kota Rockfield VI – Paradigm (Part 01)
85 [89] Dekadensi Kota Rockfield VI – Paradigm (Part 02)
86 [89] Dekadensi Kota Rockfield VI – Paradigm (Part 03)
87 [89] Dekadensi Kota Rockfield VI – Paradigm (Part 04)
88 [90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 01)
89 [90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 02)
90 [90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 03)
91 [90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 04)
92 [90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 05)
93 [91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 01)
94 [91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 02)
95 [91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 03)
96 [91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 04)
97 [91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 05)
98 [92] Dekadensi Kota Rockfield IX – Dosa (Part 01)
99 [92] Dekadensi Kota Rockfield IX – Dosa (Part 02)
100 [92] Dekadensi Kota Rockfield IX – Dosa (Part 03)
101 [92] Dekadensi Kota Rockfield IX – Dosa (Part 04)
102 [93] Dekadensi Kota Rockfield X – Mulai Menyimpang (Part 01)
103 [93] Dekadensi Kota Rockfield X – Mulai Menyimpang (Part 02)
104 [93] Dekadensi Kota Rockfield X – Mulai Menyimpang (Part 03)
105 [93] Dekadensi Kota Rockfield X – Mulai Menyimpang (Part 04)
106 [94] Dekadensi Kota Rockfield XI – Merembas (Part 01)
107 [94] Dekadensi Kota Rockfield XI – Merembas (Part 02)
108 [94] Dekadensi Kota Rockfield XI – Merembas (Part 03)
109 [94] Dekadensi Kota Rockfield XI – Merembas (Part 04)
110 [95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 01)
111 [95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 02)
112 [95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 03)
113 [95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 04)
114 [95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 05)
115 [96] Angelus I – Red Arrival (Part 01)
116 [96] Angelus I – Red Arrival (Part 02)
117 [96] Angelus I – Red Arrival (Part 03)
118 [96] Angelus I – Red Arrival (Part 04)
119 [97] Angelus II – Blue Action (Part 01)
120 [97] Angelus II – Blue Action (Part 02)
121 [97] Angelus II – Blue Action (Part 03)
122 [97] Angelus II – Blue Action (Part 04)
123 [97] Angelus II – Blue Action (Part 05)
124 [98] Angelus III – Grey Duty (Part 01)
125 [98] Angelus III – Grey Duty (Part 02)
126 [98] Angelus III – Grey Duty (Part 03)
127 [98] Angelus III – Grey Duty (Part 04)
128 [98] Angelus III – Grey Duty (Part 05)
129 [98] Angelus III – Grey Duty (Part 06)
130 [99] Angelus IV – Magenta Warmth (Part 01)
131 [99] Angelus IV – Magenta Warmth (Part 02)
132 [99] Angelus IV – Magenta Warmth (Part 03)
133 [99] Angelus IV – Magenta Warmth (Part 04)
134 [100] Angelus V – Green Slumber (Part 01)
135 [100] Angelus V – Green Slumber (Part 02)
136 [100] Angelus V – Green Slumber (Part 03)
137 [100] Angelus V – Green Slumber (Part 04)
138 [100] Angelus V – Green Slumber (Part 05)
139 [101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 01)
140 [101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 02)
141 [101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 03)
142 [101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 04)
143 [101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 05)
144 [102] Serpent II – Dipenuhi Keinginan (Part 01)
145 [102] Serpent II – Dipenuhi Keinginan (Part 02)
146 [102] Serpent II – Dipenuhi Keinginan (Part 03)
147 [102] Serpent II – Dipenuhi Keinginan (Part 04)
148 [103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 01)
149 [103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 02)
150 [103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 03)
151 [103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 04)
152 [103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 05)
153 [104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 01)
154 [104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 02)
155 [104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 03)
156 [104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 04)
157 [104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 05)
158 [105] Serpent V – Malam Putih (Part 01)
159 [105] Serpent V – Malam Putih (Part 02)
160 [105] Serpent V – Malam Putih (Part 03)
161 [105] Serpent V – Malam Putih (Part 04)
162 [105] Serpent V – Malam Putih (Part 05)
163 [106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 01)
164 [106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 02)
165 [106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 03)
166 [106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 04)
167 [106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 05)
168 [107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 01)
169 [107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 02)
170 [107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 03)
171 [107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 04)
172 [107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 05)
173 [108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 01)
174 [108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 02)
175 [108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 03)
176 [108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 04)
177 [108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 05)
178 [109] Serpent IX – Dikara (Part 01)
179 [109] Serpent IX – Dikara (Part 02)
180 [109] Serpent IX – Dikara (Part 03)
181 [109] Serpent IX – Dikara (Part 04)
182 [109] Serpent IX – Dikara (Part 05)
183 [110] Serpent X – Fionnuala (Part 01)
184 [110] Serpent X – Fionnuala (Part 02)
185 [110] Serpent X – Fionnuala (Part 03)
186 [110] Serpent X – Fionnuala (Part 04)
187 [110] Serpent X – Fionnuala (Part 05)
188 [111] Serpent XI – Remorse (Part 01)
189 [111] Serpent XI – Remorse (Part 02)
190 [111] Serpent XI – Remorse (Part 03)
191 [111] Serpent XI – Remorse (Part 04)
192 [111] Serpent XI – Remorse (Part 05)
193 [112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 01)
194 [112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 02)
195 [112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 03)
196 [112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 04)
197 [112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 05)
198 [113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 01)
199 [113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 02)
200 [113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 03)
201 [113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 04)
202 [113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 05)
203 [114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 01)
204 [114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 02)
205 [114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 03)
206 [114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 04)
207 [114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 05)
208 [115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 01)
209 [115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 02)
210 [115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 03)
211 [115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 04)
212 [115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 05)
213 [116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 01)
214 [116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 02)
215 [116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 03)
216 [116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 04)
217 [116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 05)
218 [117] Flamboyan Akhir Zaman VI – Inkarnasi (Part 01)
219 [117] Flamboyan Akhir Zaman VI – Inkarnasi (Part 02)
220 [117] Flamboyan Akhir Zaman VI – Inkarnasi (Part 03)
221 [117] Flamboyan Akhir Zaman VI – Inkarnasi (Part 04)
222 [118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 01)
223 [118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 02)
224 [118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 03)
225 [118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 04)
226 [118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 05)
227 Epilog Arc 03 - Vega - (Part 01)
228 Epilog Arc 03 -Vega - (Part 02)
Episodes

Updated 228 Episodes

1
Prolog Arc 03 "War of Altair Vega" (Part 01)
2
Prolog Arc 03 "War of Altair Vega" (Part 02)
3
[72] The Prepare 1 of 3 (Part 01)
4
[72] The Prepare 1 of 3 (Part 02)
5
[72] The Prepare 1 of 3 (Part 03)
6
[72] The Prepare 1 of 3 (Part 04)
7
[73] The Prepare 2 of 3 (Part 01)
8
[73] The Prepare 2 of 3 (Part 02)
9
[73] The Prepare 2 of 3 (Part 03)
10
[73] The Prepare 2 of 3 (Part 04)
11
[73] The Prepare 2 of 3 (Part 05)
12
[74] The Prepare 3 of 3 (Part 01)
13
[74] The Prepare 3 of 3 (Part 02)
14
[74] The Prepare 3 of 3 (Part 03)
15
[74] The Prepare 3 of 3 (Part 04)
16
[74] The Prepare 3 of 3 (Part 05)
17
[74] The Prepare 3 of 3 (Part 06)
18
[75] Cogitation (Part 01)
19
[75] Cogitation (Part 02)
20
[75] Cogitation (Part 03)
21
[75] Cogitation (Part 04)
22
[75] Cogitation (Part 05)
23
[76] The Fear to Bear (Part 01)
24
[76] The Fear to Bear (Part 02)
25
[76] The Fear to Bear (Part 03)
26
[76] The Fear to Bear (Part 04)
27
[77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 01)
28
[77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 02)
29
[77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 03)
30
[77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 04)
31
[77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 05)
32
[78] Egosentrisme (Part 01)
33
[78] Egosentrisme (Part 02)
34
[78] Egosentrisme (Part 03)
35
[78] Egosentrisme (Part 04)
36
[78] Egosentrisme (Part 05)
37
[79] True, Truth, Turn (Part 01)
38
[79] True, Truth, Turn (Part 02)
39
[79] True, Truth, Turn (Part 03)
40
[79] True, Truth, Turn (Part 04)
41
[79] True, Truth, Turn (Part 05)
42
[79] True, Truth, Turn (Part 06)
43
[80] Antara malam dan fajar (Part 01)
44
[80] Antara malam dan fajar (Part 02)
45
[80] Antara malam dan fajar (Part 03)
46
[80] Antara malam dan fajar (Part 04)
47
[81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 01)
48
[81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 02)
49
[81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 03)
50
[81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 04)
51
[81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 05)
52
[82] Every path has its puddle (Part 01)
53
[82] Every path has its puddle (Part 02)
54
[82] Every path has its puddle (Part 03)
55
[82] Every path has its puddle (Part 04)
56
[82] Every path has its puddle (Part 05)
57
[83] Keturunan ular tua (Part 01)
58
[83] Keturunan ular tua (Part 02)
59
[83] Keturunan ular tua (Part 03)
60
[83] Keturunan ular tua (Part 04)
61
[84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 01)
62
[84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 02)
63
[84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 03)
64
[84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 04)
65
[84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 05)
66
[85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 01)
67
[85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 02)
68
[85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 03)
69
[85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 04)
70
[85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 05)
71
[86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 01)
72
[86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 02)
73
[86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 03)
74
[86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 04)
75
[86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 05)
76
[87] Dekadensi Kota Rockfield IV – Refleksi Diri (Part 01)
77
[87] Dekadensi Kota Rockfield IV – Refleksi Diri (Part 02)
78
[87] Dekadensi Kota Rockfield IV – Refleksi Diri (Part 03)
79
[87] Dekadensi Kota Rockfield IV – Refleksi Diri (Part 04)
80
[88] Dekadensi Kota Rockfield V – Entropi Kota (Part 01)
81
[88] Dekadensi Kota Rockfield V – Entropi Kota (Part 02)
82
[88] Dekadensi Kota Rockfield V – Entropi Kota (Part 03)
83
[88] Dekadensi Kota Rockfield V – Entropi Kota (Part 04)
84
[89] Dekadensi Kota Rockfield VI – Paradigm (Part 01)
85
[89] Dekadensi Kota Rockfield VI – Paradigm (Part 02)
86
[89] Dekadensi Kota Rockfield VI – Paradigm (Part 03)
87
[89] Dekadensi Kota Rockfield VI – Paradigm (Part 04)
88
[90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 01)
89
[90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 02)
90
[90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 03)
91
[90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 04)
92
[90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 05)
93
[91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 01)
94
[91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 02)
95
[91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 03)
96
[91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 04)
97
[91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 05)
98
[92] Dekadensi Kota Rockfield IX – Dosa (Part 01)
99
[92] Dekadensi Kota Rockfield IX – Dosa (Part 02)
100
[92] Dekadensi Kota Rockfield IX – Dosa (Part 03)
101
[92] Dekadensi Kota Rockfield IX – Dosa (Part 04)
102
[93] Dekadensi Kota Rockfield X – Mulai Menyimpang (Part 01)
103
[93] Dekadensi Kota Rockfield X – Mulai Menyimpang (Part 02)
104
[93] Dekadensi Kota Rockfield X – Mulai Menyimpang (Part 03)
105
[93] Dekadensi Kota Rockfield X – Mulai Menyimpang (Part 04)
106
[94] Dekadensi Kota Rockfield XI – Merembas (Part 01)
107
[94] Dekadensi Kota Rockfield XI – Merembas (Part 02)
108
[94] Dekadensi Kota Rockfield XI – Merembas (Part 03)
109
[94] Dekadensi Kota Rockfield XI – Merembas (Part 04)
110
[95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 01)
111
[95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 02)
112
[95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 03)
113
[95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 04)
114
[95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 05)
115
[96] Angelus I – Red Arrival (Part 01)
116
[96] Angelus I – Red Arrival (Part 02)
117
[96] Angelus I – Red Arrival (Part 03)
118
[96] Angelus I – Red Arrival (Part 04)
119
[97] Angelus II – Blue Action (Part 01)
120
[97] Angelus II – Blue Action (Part 02)
121
[97] Angelus II – Blue Action (Part 03)
122
[97] Angelus II – Blue Action (Part 04)
123
[97] Angelus II – Blue Action (Part 05)
124
[98] Angelus III – Grey Duty (Part 01)
125
[98] Angelus III – Grey Duty (Part 02)
126
[98] Angelus III – Grey Duty (Part 03)
127
[98] Angelus III – Grey Duty (Part 04)
128
[98] Angelus III – Grey Duty (Part 05)
129
[98] Angelus III – Grey Duty (Part 06)
130
[99] Angelus IV – Magenta Warmth (Part 01)
131
[99] Angelus IV – Magenta Warmth (Part 02)
132
[99] Angelus IV – Magenta Warmth (Part 03)
133
[99] Angelus IV – Magenta Warmth (Part 04)
134
[100] Angelus V – Green Slumber (Part 01)
135
[100] Angelus V – Green Slumber (Part 02)
136
[100] Angelus V – Green Slumber (Part 03)
137
[100] Angelus V – Green Slumber (Part 04)
138
[100] Angelus V – Green Slumber (Part 05)
139
[101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 01)
140
[101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 02)
141
[101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 03)
142
[101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 04)
143
[101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 05)
144
[102] Serpent II – Dipenuhi Keinginan (Part 01)
145
[102] Serpent II – Dipenuhi Keinginan (Part 02)
146
[102] Serpent II – Dipenuhi Keinginan (Part 03)
147
[102] Serpent II – Dipenuhi Keinginan (Part 04)
148
[103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 01)
149
[103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 02)
150
[103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 03)
151
[103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 04)
152
[103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 05)
153
[104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 01)
154
[104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 02)
155
[104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 03)
156
[104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 04)
157
[104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 05)
158
[105] Serpent V – Malam Putih (Part 01)
159
[105] Serpent V – Malam Putih (Part 02)
160
[105] Serpent V – Malam Putih (Part 03)
161
[105] Serpent V – Malam Putih (Part 04)
162
[105] Serpent V – Malam Putih (Part 05)
163
[106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 01)
164
[106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 02)
165
[106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 03)
166
[106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 04)
167
[106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 05)
168
[107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 01)
169
[107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 02)
170
[107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 03)
171
[107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 04)
172
[107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 05)
173
[108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 01)
174
[108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 02)
175
[108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 03)
176
[108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 04)
177
[108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 05)
178
[109] Serpent IX – Dikara (Part 01)
179
[109] Serpent IX – Dikara (Part 02)
180
[109] Serpent IX – Dikara (Part 03)
181
[109] Serpent IX – Dikara (Part 04)
182
[109] Serpent IX – Dikara (Part 05)
183
[110] Serpent X – Fionnuala (Part 01)
184
[110] Serpent X – Fionnuala (Part 02)
185
[110] Serpent X – Fionnuala (Part 03)
186
[110] Serpent X – Fionnuala (Part 04)
187
[110] Serpent X – Fionnuala (Part 05)
188
[111] Serpent XI – Remorse (Part 01)
189
[111] Serpent XI – Remorse (Part 02)
190
[111] Serpent XI – Remorse (Part 03)
191
[111] Serpent XI – Remorse (Part 04)
192
[111] Serpent XI – Remorse (Part 05)
193
[112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 01)
194
[112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 02)
195
[112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 03)
196
[112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 04)
197
[112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 05)
198
[113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 01)
199
[113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 02)
200
[113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 03)
201
[113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 04)
202
[113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 05)
203
[114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 01)
204
[114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 02)
205
[114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 03)
206
[114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 04)
207
[114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 05)
208
[115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 01)
209
[115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 02)
210
[115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 03)
211
[115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 04)
212
[115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 05)
213
[116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 01)
214
[116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 02)
215
[116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 03)
216
[116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 04)
217
[116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 05)
218
[117] Flamboyan Akhir Zaman VI – Inkarnasi (Part 01)
219
[117] Flamboyan Akhir Zaman VI – Inkarnasi (Part 02)
220
[117] Flamboyan Akhir Zaman VI – Inkarnasi (Part 03)
221
[117] Flamboyan Akhir Zaman VI – Inkarnasi (Part 04)
222
[118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 01)
223
[118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 02)
224
[118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 03)
225
[118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 04)
226
[118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 05)
227
Epilog Arc 03 - Vega - (Part 01)
228
Epilog Arc 03 -Vega - (Part 02)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!