[73] The Prepare 2 of 3 (Part 05)

 

 

“Tolong tenanglah!” Wiskel Porka kembali menggerbak meja sampai dokumen-dokumen yang ada di atasnya bergeser. “Biarkan Nona Lisiathus terlebih dahulu selesai membacakan tuntunan yang ada. Setelah itu, barulah kita akan mendiskusikan hal tersebut bersama,” ujar Wakil Walikota tersebut.

 

 

Arca dan pedagang dari Kekaisaran segera menurunkan tangan mereka, saling memalingkan pandangan dan menunjukkan permusuhan dalam mulut bungkam. Melihat kedua orang tersebut sudah sedikit tenang, Wiskel Porka kembali duduk dan berkata, “Silahkan, Nona Lisiathus ….”

 

 

“Hmm, terima kasih ….” Lisiathus menarik napas dalam-dalam, terlihat segera ingin keluar dari ruangan yang penuh dengan suasana tegang. Paham kewajiban tersebut tidak bisa dilempar begitu saja, ia dengan tegas kembali membacakan, “Tuntutan kedua dari pihak penuntut adalah untuk melarang beroperasinya para pedagang yang menggunakan gerobak milik Perusahaan Ordoxi Nigrum. Alasan kami, Pihak Pemerintahan, menyetujui hal tersebut adalah karena itu bisa mengganggu kenyamanan masyarakat. Titik-titik padat yang dibuat antrean pembeli pada pusat kota bisa membuat kemacetan alat transportasi, sebab itulah dari dulu dibuat peraturan bahwa kereta dengan ukuran tertentu saja yang boleh masuk ke jalan utama kota. Selian itu, alasan tersebut jugalah dasar dari terbentuknya Distrik Perniagaan yang dikhususkan untuk berdagang.”

 

 

Selesai membacakan tuntutan kedua dari pihak swasta, Lisiathus sejenak berhenti dan melihat gelagat orang-orang yang ada di ruangan. Beberapa ada yang saling berbisik, beberapa lainnya ada yang langsung menyampaikan pendapat ke perwakilan, lalu ada juga yang terlihat kesal dan tak sabar untuk mengungkapkan pendapatnya sendiri namun tak bisa karena paham harus melalui perwakilan terlebih dulu.

 

 

Membalik kertas ke lembar tuntutan pihak pemerintah, perempuan rambut merah itu kembali membacakan, “Untuk tuntutan dari Pihak Pemerintahan Kota, dengan adil kami pun hanya mengambil dua inti. Tuntutan pertama yang kami ajukan adalah pajak. Kami berharap bisa menaikkan pajak pendapatan bersih Ordoxi Nigrum sebesar 20% per bulan, kami setarakan dengan pajak Serikat Dagang. Lalu, untuk tuturan terakhir adalah untuk menasionalisasikan Perusahaan Ordoxi Nigrum mengingat pemiliknya sekarang adalah seorang Viscount. Meski wewenang bersumber dari Count Thomas Rein, tetapi perusahaan berada di Wilayah Luke dan diharapkan untuk bisa menjadi milik negeri.”

 

 

Selesai membacakan tuntutan, Lisiathus meletakkan papan berisi yang dipegangnya ke atas meja dan menutup, “Sekian tuntutan yang ada. Untuk memulai pembahasan, kita akan mendengar pendapat Pihak Perusahaan Ordoxi Nigrum dan Serikat Dagang Lorian mengenai tuntutan.”

 

 

Tepat setelah Walikota Pengganti tersebut kembali duduk, Arca langsung mengangkat tangannya dan berkata, “Kami keberatan dengan semua tuntutan!!” Nanra, Elulu, Aprilo, dan semua orang yang berada di pihaknya terkejut mendengar ucapan pemuda rambut pirang kecokelatan tersebut. Mereka merasa Putra Sulung Keluarga Rein itu telah mengajukan protes di luar rencana yang telah dibuat untuk menghadapi topik rapat.

 

 

Pada waktu yang sama, semua orang di kubu yang kontra terhadap mereka langsung menunjukkan respons negatif. Ada yang tampak marah, kesal, dan merasa terhina dengan ungkapan frontal Putra Sulung Keluarga Rein tersebut.

 

 

“Tuan Arca, tolong jangan mengacaukan rencananya,” bisik Elulu yang berusaha menenangkan pemuda itu.

 

 

Tidak mendengarkannya sama sekali, setelah menurunkan tangan Arca Rein segera berdiri tegak. Pemuda itu dengan kesal menunjuk ke arah Lisiathus dan berkata, “Apa-apaan semua tuntutan itu! Kalian semua hanya ingin melucuti kami semua! Lagi pula, yang terakhir itu apa maksudnya?! Itu sama saja kalian ingin menyita perusahaan kami! Beraninya kalian berkata seperti itu kepada perusahaan milik seorang Viscount! Apa kalian meremehkan hal ini karena Tuan Odo baru saja mendapat gelarnya?!”

 

 

Lisiathus tersentak, lalu ingin menjawab namun mulutnya kembali tertutup tanpa bisa mengucapkan satu kalimat pun. Dalam benak, ia memang tak ingin melawan mereka dan sesungguhnya ingin berada di pihak mereka.

 

 

“Kami tidak meremehkan ….” Wiskel Porka ikut berdiri saat paham perempuan itu tidak bisa membalas. Pria tua tersebut menatap ke arah Putra Sulung Keluarga Rein itu dan segera menyampaikan sanggahan, “Sudah sewajarnya bagi seorang bangsawan untuk mementingkan rakyatnya. Seperti yang telah disebutkan, meski wewenang Tuan Odo berasal dari Wilayah Rein tetapi perusahaannya berada di Kota Mylta. Di Wilayah Luke ini! Lalu, apa yang membuat dirinya tak berpikir untuk menyejahterakan masyarakat?! Jika kota ini maju, maka pendudukannya juga akan maju! Saat Perusahaan Ordoxi Nigrum dinasionalisasikan, keuntungan yang didapat akan digunakan untuk pembangunan kota dan kami tentu akan membaginya secara adil dengan pemilik asli.”

 

 

“Huh! Di saat seperti ini saja Anda berkata seperti itu, Tuan Wiskel ….” Arca muak mendengar perkataan yang dengar sangat munafik tersebut. Ia berhenti menunjuk, lalu membentangkan kedua tangannya dan menghadap ke arah para peserta rapat lainnya. Lalu, dengan lantang ia pun bertanya, “Tuan Wiskel! Apa Anda berani mengatakan hal seperti itu kepada para konglomerat dan aristokrat yang memiliki usaha di kota? Apa Anda akan mengatakan hal yang sama kepada para bangsawan dari luar kota yang memiliki perusahaan di Mylta ini?!”

 

 

Segera kembali menatap ke arah lawan bicaranya dan menunjuk, Arca dengan tegas bertanya, “Tidak, bukan?!”

 

 

“I-Itu … berbeda dengan pembicaraan ini,” jawab Wiskel dengan cemas. Mendapat tekanan dari pemuda itu secara frontal, bagi dirinya yang sudah lanjut usia memang terlalu berat untuk membalas dengan cara yang sama.

 

 

Tak memedulikan perkataan Wiskel yang tenggelam dalam suaranya, Arca dengan lantang kembali berkata, “Anda dari dulu terus membiarkan mereka! Tak pernah satu kali pun berpikir untuk melakukan nasionalisasi kepada tempat-tempat usaha milik pejabat dan aristokrat! Hanya karena kami yang membawa angin segar untuk kota, kalian ingin mematahkan sayap kami!! Tentu saja kami berhak untuk menolaknya!”

 

 

Sanggahan tersebut sulit dibantah oleh Pihak Pemerintah, membuat Wiskel duduk dan berdiskusi kembali bersama rekan-rekannya.

 

 

Sebelum rute dibuka dan kota mengalami regresif terus menerus, memang tidak ada satu pun dari pejabat yang mengajukan hal seperti itu. Seakan-akan memang tidak ada peduli. Namun sekarang, saat mereka menuntut untuk nasionalisasi perusahaan yang berkembang pesat, hal itu malah membuat kubu Pemerintah seperti sedang didorong oleh pihak ketiga. Seakan-akan mereka ditekan para investor dan aristokrat kota yang merasa dirugikan.

 

 

Di tengah diamnya Wiskel karena bingung harus membalas seperti apa, salah satu pedagang dari Kekaisaran mengangkat tangannya dan berdiri. Tanpa terlebih dulu dirinya diizinkan untuk bicara, pria paruh baya yang mengenakan pakaian khas Kekaisaran itu berkata, “Diriku juga merasakan hal yang sama dengan Tuan Arca. Itu …, terlalu berlebihan untuk menasionalisasikan perusahaan mereka.”

 

 

Mendengar ungkapan tersebut, Wiskel dan beberapa orang dari Pihak Pemerintah Kota terkejut. Mereka tak mengira ada orang lain yang akan menyanggah tuntutan tersebut. Namun sebelum salah satu di antara mereka melakukan pembelaan, pedagang dari Kekaisaran tersebut kembali berkata, “Namun, tentu saja saya tak bisa tinggal diam jika Tuan Arca membantah semua tuntutan yang dilayangkan …. Saya, Guan Mao, sebagai salah satu Tetua Sekte Dagang Teratai Danau tak bisa diam dan mengangguk begitu saja dalam rapat kali ini.”

 

 

Pria paruh baya tersebut memiliki ciri fisik paling kas dari orang-orang Kekaisaran, terdiri dari rambut dan mata hitam. Sedikit menarik napas dengan resah, ia kembali duduk sembari melingkis lengan Hanfu yang dikenakan.

 

 

Menatap tajam ke arah Arca, Guan Mao dengan tegas menyampaikan, “Seperti yang telah Anda sampaikan, memang kami seorang pendatang. Namun, di sisi lain kami adalah seorang pedagang. Setelah investasi yang diberikan pusat untuk rencana dagang kali ini, kami tidak bisa dengan santai pergi dengan tangan kosong. Saya akui sebelumnya memang beberapa anggota kami ada yang serakah dan memasang harga sangat rendah terhadap hasil laut. Tetapi, itu tidak menjadi alasan untuk membantah kepentingan kami secara frontal! Sebagai perwakilan para pedagang yang ada di sini, saya berhadap Anda bisa sedikit memberikan kelonggaran.”

 

 

Mendengar apa yang dikatakan pedagang tersebut, Elulu memasang wajah kecut dan dalam benak berpikir, “Dia pandai. Mengingat situasi yang dibuat Tuan Arca di awal rapat, tak mungkin untuk memenuhi semua tuntutan yang ada. Karena itu dia malah meminta alternatif lain kepada pihak kami. Tapi …, mempertimbangkan sifat Tuan Arca ….”

 

 

Arca memasang wajah angku, lalu dengan nada meremehkan bertanya, “Berarti Anda mengatakan bahwa Kerajaan Felixia harus menyumbang kepada kalian? Benar begitu?”

 

 

Arca benar-benar mengucapkan hal yang paling dicemaskan Elulu, memprovokasi pihak yang ingin berbicara dengan damai tersebut dengan pertanyaan menyinggung.

 

 

Wajah tenang yang diperlihatkan oleh Guan Mao sekilas berubah, dipenuhi amarah dan kebencian yang membuat orang-orang di sekitarnya tersentak. Kembali memasang ekspresi tenang, ia memasang senyum tipis yang tersirat hal menakutkan di baliknya.

 

 

“Bukan seperti itu, Tuan Arca ….” Tetua Sekte Dagang dari Kekaisaran tersebut kembali bangun dari tempat duduk, menatap ke arah Arca dengan sorot mata sipitnya dan kembali menyampaikan, “Kami hanya ingin berbisnis dengan Anda secara sehat. Saya dengar, perusahaan Anda juga membeli banyak rempah-rempah dari kami, bukan? Lihat, kita bisa saling menguntungkan.”

 

 

“Apa benar begitu?” Arca melipat kedua tangannya ke depan, duduk dengan kaki kanan di letakkan ke atas kaki kiri. Sembari tersenyum keci, Putra Sulung Keluarga Rein tersebut kembali berkata, “Kami membeli semua itu dari kalian hanya untuk sementara. Selanjutnya, kami akan memproduksi secara massal. Berbeda dengan makanan yang kami jual, rempah-rempah kalian tidak memiliki hak paten. Siapa pun bisa menanam asal memiliki bibitnya.”

 

 

Mendengar itu, alis kanan Guan Mao sempat berkedut dan mengingat ada beberapa pedagang dari Kekaisaran yang memang sudah memihak Serikat Dagang Lorian dan Perusahaan Ordoxi Nigrum. Tidak mundur untuk mendapatkan hak atas pelabuhan sebagai tuntutan utama, ia kembali berkata, “Anda yakin? Meski memiliki bibit, tak semua orang bisa menanam rempah-rempah dan mengolahnya sebaik kami.”

 

 

“Tak masalah, itu lebih baik daripada bergantung pada pedagang negeri tetangga. Kalian tak ingin setelah tak dibutuhkan tiba-tiba dibuang, ‘kan? Kami mirip seperti apa yang dilakukan oleh orang-orang pemerintah Kota Mylta, hanya ingin merangkul mereka yang memberikan keuntungan saja.”

 

 

Sindiran yang diucapkan Arca membuat Guan Mao melirik ke arah Wakil Walikota dan para pendukungnya, merasa ciri tersebut memang melekat pada pemerintahan Mylta. Mengingat kembali tuntutan pihak swasta baru disetujui dan diadakan rapat setelah memberikan sedikit sogokan, Tetua Sekte Dagang Teratai Danau menghela napas kecil dan kembali duduk.

 

 

“Apa tidak ada titik terangnya? Itu sama saja kalian mengusir kami dari Kota Mylta. Jika demikian, Sekte kami kemungkinan besar akan melakukan hal yang sama di Provinsi Iralal. Sekte kami akan mengusir semua pedagang dari Kerajaan Felixia. Anda tahu, para pedagang dari Kerajaan Ungea juga berpikir sama. Mereka ⸻ Maksud saya, kami semua datang untuk mendapatkan untung, bukan untuk merugi besar setelah semua modal yang kami keluarkan.”

 

 

Tentu saja Arca tahu kalau ancaman itu hanyalah bualan. Untuk mengusir para pedagang luar negeri dari sebuah provisi bisa berarti pelanggaran internasional, di sisi lain Arca juga tak bisa melakukan hal yang sama. Namun, dari awal memang yang Arca incar bukanlah untuk mengusir mereka.

 

 

Berhenti memasang senyum tipis dan menurunkan kaki ke lantai, Arca mengacungkan jari telunjuk ke depan dan dengan serius bertanya, “Kalau kalian datang untuk mencari keuntungan, tentu saja kalian juga harus mempertimbangkan keuntungan orang-orang dari tempat yang kalian datangi, ‘kan? Kalau tidak, itu namanya menjajah secara ekonomi.”

 

 

“Tentu saja kami akan mempertimbangkan hal tersebut.” Guan Mao sekilas merasakan firasat puruk dari pembicaraan yang diangkut. Namun tidak bisa berhenti di tengah jalan, ia kembali berkata, “Memang tempo lalu sebagai besar anggota kami membuat kesalahan dengan ingin memonopoli pelabuhan, mengendalikan para nelayan yang tak tahu harga pasar. Tetapi, saya sebagai salah satu Tetua Sekte Dagang Teratai Danau tak bermaksud untuk itu.”

 

 

“Kalau kalian tak bermaksud, turunkan semua tuntutan! Setelah itu, kami akan bekerja sama dengan Sekte kalian itu!”

 

 

“A⸻! Anda ini …. Bukannya itu keterlaluan?”

 

 

Guan Mao benar-benar salah mengira tentang kepribadian Arca. Pemuda dari Keluarga Rein tersebut sama sekali tidak memiliki sikap dan pemikiran seorang pedagang, malah mirip seperti seorang aristokrat tegas yang bulat pada keputusannya sendiri.

 

 

Meninjau pengalaman berdagang selama bertahun-tahun, Guan Mao benar-benar tak suka dengan orang semacam itu karena kehendaknya tidak bisa dibelokkan ataupun diajak toleransi.  Bahkan, dirinya pernah beberapa kali merugi besar karena orang semacam itu.

 

 

“Hmm, sepertinya kami benar-benar menarik tali yang salah. Apa benar seperti kata saudaraku, lebih baik pergi ke Rein daripada memilih Luke sebagai sasaran. Andai saja perang sipil di Kekaisaran berhenti, kami tak perlu susah-susah seperti ini dan terus merugi,” benak Guan Mao sembari memejamkan mata, berusaha memikirkan hal lain untuk alternatif.

 

 

Merasa wakil dari sala satu kelompok kehabisan kalimat, seorang pedagang dari Kerajaan Unega angkat tangan dan langsung bicara, “Meski begitu, menurut kami terlalu berlebihan untuk kalian menguasai pelabuhan.” Pria paruh baya tersebut menurunkan tangannya, lalu dengan tegas kembali berkata, “Meski bukan lagi pusat transit seperti dulu, pelabuhan Mylta bisa menjadi titik vital yang berpotensi tinggi bagi jalur laut. Jika ada dominasi kalian, itu bisa menyebabkan daya tarik pelabuhan berkurang di mata negeri tetangga.”

 

 

Mendengar pria berkulit gelap dengan serban di kepalanya berbicara, untuk sesaat Arca terdiam bingung. “Maaf …, Tuan ini …?” tanyanya dengan canggung. Tidak seperti orang-orang Kekaisaran yang telah dirinya tandai, Arca cenderung tidak mengingat para pedagang dari Ungea.

 

 

“Hmm, maaf karena saya tidak memperkenalkan diri terlebih dulu ….” Untuk sesaat pria berkulit gelap tersebut merasa heran karena orang seperti Arca tidak mengenal dirinya. Menarik napas dalam-dalam dan meletakkan jari telunjuk dan tengah kiri ke dada kanan, ia menundukkan kepala dan berkata, “Saya adalah Shihab Jamal Muidin bin Kholiq, salah satu petinggi Aliansi Samudera Majal. Anda bisa memanggil saya Shihab.

 

 

Meski mendengar nama dan marga khas yang disebutkan pria itu, Arca sama sekali tidak mengubah ekspresi wajah seakan memang tidak mengenalnya. Shihab sedikit memalingkan pandangan, merasa pengaruh Kerajaan Ungea memang mulai menipis sampai-sampai Putra Sulung keluarga besar seperti Rein tidak mengenal dirinya.

 

 

“Tuan Shihab, menurut yang Anda katakan sebelumnya, tindakan kami untuk memonopoli berlebihan. Kalau begitu, apa jika kalian yang orang luar memonopoli pelabuhan …, hal tersebut tidak berlebihan?”

 

 

Tanpa berusaha mengingat atau mencari tahu latar belakang pria dari Kerajaan Ungea tersebut, Arca langsung memberikan tekanan. Mendapat reaksi itu, Shihab yakin bahwa pemuda rambut pirang kecokelatan yang sedang berbicara dengannya sekarang sama sekali tidak mengetahui latar belakangnya.

 

 

Memasang senyum sedikit lega, Shihab merasa bisa memenangkan tuntutannya dalam pembicaraan. “Kami hanya ingin mengingatkan Anda tentang potensi pelabuhan yang dulu menjadi pusat jalur perairan. Jika kalian tetap bersikeras, kemungkinan besar tiap pedagang dari negeri tetangga enggan untuk datang dan perekonomian kalian hanya berputar pendek di sekitar lingkungan Mylta saja,” sampainya sembari menurunkan jarinya dari dada dan segera memasang senyum kecil.

 

 

“Potensi, ya ….”

 

 

Untuk sesaat Arca terdiam, melirik ke arah Aprilo yang sedari tadi hanya diam. Ia memberikan kode dengan menepuk meja dengan pelan sebanyak dua kali, bermaksud ingin mengoper pembicaraan kepada Eksekutif tersebut sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelum naik ke meja rapat.

 

 

Menangkap kode yang disampaikan, Aprilo segera mengangkat tangan kanannya sebagai tanda ingin berbicara. Sembari menurunkan tangan ia pun lekas bertanya, “Maaf menyela. Meski Anda berkata potensi seperti itu, tak ada alasan bagi kami untuk memilih kelompok kalian. Tuntutan yang kalian layangkan sudah kami anggap sebagai tanda bahwa kelompok kalian tak ingin akur dengan kami.”

 

 

“Kalau kami menarik tuntutan, apa kalian akan memberikan toleransi dan melepas monopoli di pelabuhan?” tanya Shihab.

 

 

Aprilo sekilas melirik ke arah Arca. Mereka berdua saling mengangguk, tanda mereka merasa momen tersebut sangat tepat untuk menggunakan salah satu kartu truf.

 

 

Kembali menatap ke arah Shihab, sang Eksekutif menjawab, “Kami akan pertimbangkan hal tersebut, tergantung keuntungan seperti apa yang akan kami dapat.”

 

 

“Keuntungan, ya?” Shihab meletakan tangan ke dagu, memainkan janggutnya sendiri dan berpikir, “Daripada harus kembali dengan tangan kosong, apa lebih baik bertaruh di sini sampai habis? Namun, jujur diriku tak terlalu paham dengan apa yang mereka incar. Perusahaan itu dipegang oleh Viscount, bukan? Terlebih lagi dikenal sebagai Pembunuh Naga, Putra Tunggal Keluarga Luke, dan bahkan kelak akan menjadi Raja karena ia sudah bertunangan dengan Tuan Putri kerajaan ini. Apa … tindakan kali ini hanya kepentingan pribadi Arca Rein? Atau ….”

 

 

“Bagaimana Tuan Shihab? Ada yang bisa yang Anda tawarkan?” tanya Aprilo.

 

 

“Sebenar, saya pikirkan terlebih dulu ….”

 

 

Sang eksekutif pindah menatap ke arah Guan Mao, lalu sembari tersenyum kecil juga menanyakan, “Tuan Mao juga bisa menawarkan sesuatu yang menguntungkan. Jika itu dinilai tidak menghalangi tujuan kami, dengan lapang dada Serikat Dagang dan Ordoxi Nigrum akan memberikan toleransi. Kami akan mempertimbangkan kembali tentang monopoli pelabuhan, tentu dengan mempertimbangkan keuntungan yang pantas.”

 

 

Mendengar apa yang diucapkan sang Eksekutif, kedua perwakilan kelompok pedagang tersebut benar-benar baru menyadarinya, bahwa pembicaraan sudah dipegang erat oleh pihak lawan dan diatur mereka. Mulai berkeringat dingin, kedua pria paruh baya dari kelompok berbeda tersebut saling menatap. Merasa akan kehilangan banyak jika tidak masuk dalam tawaran setelah semua modal yang dikeluarkan.

 

 

Mendahului Guan Mao, Shihab segera menatap ke arah Arca dan menawarkan, “Pihak kami akan menawarkan minyak! Kalian membutuhkan itu untuk membuat produk kalian, ‘bukan? Minyak zaitun, kelapa, dan sari bunga, kami bisa menyediakan semua itu. Meski Kepulauan Kritasil Bascal bisa menyediakan minyak kelapa sawit dalam jumlah banyak, namun mereka tidak punya dalam jumlah besar untuk zaitun dan lainnya.”

 

 

“Kalau kami, seperti yang disebutkan sebelumnya! Rempah-rempah yang bisa kami tawarkan! Meski kelak kalian bisa menanam rempah-rempah sendiri, namun untuk sekarang kalian butuh pasokan dari luar! Jika kami pergi, proses produksi kalian akan berhenti karena kekurangan bahan baku! Berhentinya sebuah produksi berarti merugi, karena pegawai telah dibayar dan bisa menurunkan kepercayaan pelanggan,” tawar Guan Mao yang tak ingin kalah.

 

 

Mendengar hal tersebut, Aprilo dan Arca benar-benar merasa puas dalam hati. Merasa pembicaraan yang diangkut bergerak ke arah yang mereka inginkan. Saling menatap satu sama lain, kedua laki-laki tersebut merasa sudah saatnya untuk menutup pembicaraan dengan kartu terakhir.

 

 

“Bagaimana kalau 20% dari hasil laut?” tawar Arca kepada mereka.

 

 

“Hmm …” Untuk sesaat Guan Mao terdiam dalam rasa tak puas, ia kembali mempertimbangkannya dan pada akhirnya berkata, Hanya 20% untuk pihak kami berdua? Hmm, rasanya itu terlalu sedikit. Tapi …, mau bagaimana lagi.”

 

 

“Hanya 20% yang dibolehkan, ya ….” Shiab sesaat kembali memainkan jenggotnya sendiri. Berhenti dan menghela napas dengan resah, ia pun berkata, “Kalau begitu, berarti 10% masing-masing.”

 

 

Mendengar ucapan mereka, Arca tersenyum kecil dan memutuskan untuk membalik kartu terakhir untuk melawan mereka. Menyangga kepala dengan punggung tangan, pemuda itu menyampaikan, “Bukan 20% untuk kalian berdua, tapi masing-masing 20% dari seluruh hasil pelabuhan. Dengan kata lain, kami melepas 40% atas monopoli pelabuhan. Tentu saja kalian harus membeli hasil laut mereka dengan harga yang kami keluarkan untuk para nelayan itu ….”

 

 

“A-Apa kalian tak masalah dengan itu?” tanya Shihab dengan cemas. Dirinya semakin tak mengerti tujuan Arca, merasa ada yang janggal dari langkah yang diambil mereka. Namun untuk waktu yang bersamaan, ia juga paham sudah tak bisa menarik tangan dari tawaran tersebut.

 

 

“Kenapa Anda malah mundur dengan mudah? Seharusnya … arah pembicaraan ini lebih menguntungkan kalian, bukan?” tanya Guan Mao.

 

 

Arca tidak menjawab pertanyaan mereka, ia kembali mengoper pembicaraan kepada Aprilo. Menggantikan rekannya tersebut, sang Eksekutif menyampaikan, “Tak masalah! Seperti yang Anda sekalian katakan sebelumnya, kami juga seorang pengusaha. Murni seorang pedagang yang ingin mendapat keuntungan dengan sehat. Sebab itu, bagaimana mungkin kami akan mengusir kalian yang berpotensi menguntungkan. Alasan kami memberikan tekanan selama pembicaraan hanya untuk memastikan, lalu mengubah alur supaya kalian tak buta dengan sekitar.”

 

 

“Itu benar!” Arca ikut kembali dalam pembicaraan, lalu dengan tatapan serius menyampaikan, “Kami ada di sini, kami adalah pengusaha asli di tempat ini dan sudah sepantasnya kami mendapat lebih! Bukan hanya itu saja! Kamilah yang juga memberikan banyak langkah inovasi untuk perubahan Mylta …. Sebenarnya, hanya itulah yang ingin kami sampaikan kepada kalian.”

 

 

Mendengar hal tersebut, Shihab dan Guan Mao merasa telah melewatkan hal tersebut. Dalam membuka usaha dan memiliki saingan, tindakan mengusir saingan dengan paksa hanya akan memberikan nama buruk. Apa yang bisa dilakukan hanyalah bertahan dan menunggu saingan tersebut pergi dengan sendirinya karena merasa tidak untung saat membuka usaha yang sama. Itulah salah satu dasar dalam melakukan usaha dagang.

 

 

“Sepertinya kami salah mengira. Karena Anda dari golongan aristokrat, saya kira Anda orang keras kepala,” ujar Guan Mao. Menggelengkan kepala satu kali, ia menatap ke arah rekan-rekannya di sebelah kiri dan mulai berdiskusi untuk mengambil keputusan.

 

 

Pada waktu yang sama, Shihab tanpa berdiskusi langsung memutuskan, “Baiklah, mari kita buat perjanjiannya. Untuk hitam di atas putih, lebih baik yang membuat kami atau pihak Anda sekalian?”

 

 

“Kami akan berusaha untuk percaya dan memberikan penilaian, karena itu akan kami serahkan hal tersebut kepada Anda sekalian,” sampai Arca.

 

 

Selesai berdiskusi dengan rekan-rekannya, Guan Mao pun menjawab, “Kami juga setuju dengan penawaran yang ada. Sama seperti pihak Tuan Shihab, kami ingin membuat surat perjanjiannya. Untuk pengesahan, saya berharap bisa melakukannya dengan segera.”

 

 

“Hmm!” Arca bertepuk tangan dengan keras satu kali, seperti sedang menutup sesuatu dan kembali bertanya, “Dengan begini, kalian berart setuju menarik semua tuntutan, ‘kan?”

 

 

“Kelompok saya menariknya,” jawab Shihab.

 

 

“Kami juga menariknya,” jawab Guan Mao.

 

 

Melihat pembicaran berkembang dan berakhir tanpa bisa masuk ke dalamnya, orang-orang dari Pihak Pemerintahan Mylta benar-benar terperangah. Merasa kehadiran dan pengaruh mereka sangatlah tipis sampai tidak dianggap.

 

 

“Maaf, tuan-tuan! Pembicaraan ini belum selesai!” ujar Wakil Walikota, Wiskel Porka.

 

 

Mendengar hal tersebut, Arca segera menatap ke arahnya dan berkata, “Tentu saja kami paham betul hal tersebut. Berarti, tinggal satu tuntutan kalian yang masih bertahan, bukan? Apa kalian masih ingin mempertahankan tuntutan untuk nasionalisasi?”

 

 

“Tidak, kami sekarang hanya ingin menuntut satu hal dari kalian.” Wiskel bangun dari tempat duduk, menatap ke arah Arca dan berkata, “Itu … adalah soal penaikan pajak menjadi 20% atas dasar penyetaraan penghasilan kalian yang menyaingi Serikat Dagang Lorian.”

 

 

Mendengar itu, tanpa ragu dan dengan cepat Arca menjawab, “Kami tidak keberatan untuk dinaikkan pajaknya.”

 

 

“Eh? Tidak keberatan …?”

 

 

Baik Wiskel ataupun orang-orang pemerintahan, semuanya cukup terkejut mendengar hal tersebut. Bahkan Lisiathus Mylta pun tidak percaya pemuda seperti Arca bisa mundur semudah itu dan tidak kembali protes.

 

 

Melihat reaksi orang-orang tersebut, Arca tersenyum kecil dan merasa ada hal yang masih bisa didapatkan dari mereka. Kembali melakukan hal di luar rencana yang telah disusun bersama rekan-rekannya, pemuda itu mengajukan, “Tapi …, tentu saja kalau pajak kami disetarakan dengan Serikat Lorian, maka hak dan wewenang perusahaan kami juga harus setara dengan mereka. Itulah syarat yang ingin kami ajukan.”

 

 

“Hak dan wewenang …? Maksud Tuan Arca itu ….” Wiskel sempat cemas mendengar hal tersebut.

 

 

“Ya, kami ingin sekaligus mengubah perusahaan menjadi serikat! Supaya bisa berdiri setara dengan semua kelompok yang ada di sini!”

 

 

Pernyataan tersebut memang terdengar konyol, untuk sebuah perusahaan yang bahkan belum berumur satu tahun menjadi sebuah serikat. Namun mengingat pendapatan mereka yang sangat tinggi, tidak ada satu pun orang yang bisa menertawakan dan malah merasa itu adalah sebuah langkah yang sangat bagus untuk mereka.

 

 

“Ta-Tapi, untuk menjadi serikat Anda harus memiliki paling tidak tiga atau empat perusahaan yang mau bergabung …. Memangnya, Anda punya⸻?”

 

 

“Kalau tak ada, kami tinggal cari!” jawab Arca dengan tegas. Ia ikut bangun dari tempat duduk, melihat ke arah beberapa pengusaha di ruangan rapat untuk melihat respons mereka. Tersenyum kecil setelah menemukan beberapa wajah yang terlihat tertarik dengan ucapannya, Arca kembali menatap lawan bicaranya dan menyampaikan, “Kalau tidak ada yang mau bergabung, kami bisa membuat anak perusahaan dan memasukkannya dalam kelompok dagang kami sendiri. Asal Tuan Wiskel tahu, pemilik perusahaan kami adalah orang kaya yang suka investasi ke banyak tempat! Tak sulit untuk mencari anggota.”

 

 

Dengan kalimat tersebut, tuntutan terakhir pun ditutup dengan hasil akhir disetujui oleh pihak Perusahaan Ordoxi Nigrum. Dari semua tuntutan yang dilayangkan, hanya penaikan pajak tersebut sajalah yang diterima oleh.

 

 

 

 

\================

Catatan :

 

 

Yoi! Bisnis dan bisnis!

 

 

Yah, sudah sewajarnya Arc 03 bakal isinya hal seperti ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

Ken Arrock

Ken Arrock

2021-03-25

1

ime Queen

ime Queen

semongko up thor

2021-02-01

2

drawan

drawan

akmwkwowkeo s3 manajemen perbisnisan

2021-01-12

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog Arc 03 "War of Altair Vega" (Part 01)
2 Prolog Arc 03 "War of Altair Vega" (Part 02)
3 [72] The Prepare 1 of 3 (Part 01)
4 [72] The Prepare 1 of 3 (Part 02)
5 [72] The Prepare 1 of 3 (Part 03)
6 [72] The Prepare 1 of 3 (Part 04)
7 [73] The Prepare 2 of 3 (Part 01)
8 [73] The Prepare 2 of 3 (Part 02)
9 [73] The Prepare 2 of 3 (Part 03)
10 [73] The Prepare 2 of 3 (Part 04)
11 [73] The Prepare 2 of 3 (Part 05)
12 [74] The Prepare 3 of 3 (Part 01)
13 [74] The Prepare 3 of 3 (Part 02)
14 [74] The Prepare 3 of 3 (Part 03)
15 [74] The Prepare 3 of 3 (Part 04)
16 [74] The Prepare 3 of 3 (Part 05)
17 [74] The Prepare 3 of 3 (Part 06)
18 [75] Cogitation (Part 01)
19 [75] Cogitation (Part 02)
20 [75] Cogitation (Part 03)
21 [75] Cogitation (Part 04)
22 [75] Cogitation (Part 05)
23 [76] The Fear to Bear (Part 01)
24 [76] The Fear to Bear (Part 02)
25 [76] The Fear to Bear (Part 03)
26 [76] The Fear to Bear (Part 04)
27 [77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 01)
28 [77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 02)
29 [77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 03)
30 [77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 04)
31 [77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 05)
32 [78] Egosentrisme (Part 01)
33 [78] Egosentrisme (Part 02)
34 [78] Egosentrisme (Part 03)
35 [78] Egosentrisme (Part 04)
36 [78] Egosentrisme (Part 05)
37 [79] True, Truth, Turn (Part 01)
38 [79] True, Truth, Turn (Part 02)
39 [79] True, Truth, Turn (Part 03)
40 [79] True, Truth, Turn (Part 04)
41 [79] True, Truth, Turn (Part 05)
42 [79] True, Truth, Turn (Part 06)
43 [80] Antara malam dan fajar (Part 01)
44 [80] Antara malam dan fajar (Part 02)
45 [80] Antara malam dan fajar (Part 03)
46 [80] Antara malam dan fajar (Part 04)
47 [81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 01)
48 [81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 02)
49 [81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 03)
50 [81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 04)
51 [81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 05)
52 [82] Every path has its puddle (Part 01)
53 [82] Every path has its puddle (Part 02)
54 [82] Every path has its puddle (Part 03)
55 [82] Every path has its puddle (Part 04)
56 [82] Every path has its puddle (Part 05)
57 [83] Keturunan ular tua (Part 01)
58 [83] Keturunan ular tua (Part 02)
59 [83] Keturunan ular tua (Part 03)
60 [83] Keturunan ular tua (Part 04)
61 [84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 01)
62 [84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 02)
63 [84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 03)
64 [84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 04)
65 [84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 05)
66 [85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 01)
67 [85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 02)
68 [85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 03)
69 [85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 04)
70 [85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 05)
71 [86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 01)
72 [86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 02)
73 [86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 03)
74 [86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 04)
75 [86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 05)
76 [87] Dekadensi Kota Rockfield IV – Refleksi Diri (Part 01)
77 [87] Dekadensi Kota Rockfield IV – Refleksi Diri (Part 02)
78 [87] Dekadensi Kota Rockfield IV – Refleksi Diri (Part 03)
79 [87] Dekadensi Kota Rockfield IV – Refleksi Diri (Part 04)
80 [88] Dekadensi Kota Rockfield V – Entropi Kota (Part 01)
81 [88] Dekadensi Kota Rockfield V – Entropi Kota (Part 02)
82 [88] Dekadensi Kota Rockfield V – Entropi Kota (Part 03)
83 [88] Dekadensi Kota Rockfield V – Entropi Kota (Part 04)
84 [89] Dekadensi Kota Rockfield VI – Paradigm (Part 01)
85 [89] Dekadensi Kota Rockfield VI – Paradigm (Part 02)
86 [89] Dekadensi Kota Rockfield VI – Paradigm (Part 03)
87 [89] Dekadensi Kota Rockfield VI – Paradigm (Part 04)
88 [90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 01)
89 [90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 02)
90 [90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 03)
91 [90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 04)
92 [90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 05)
93 [91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 01)
94 [91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 02)
95 [91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 03)
96 [91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 04)
97 [91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 05)
98 [92] Dekadensi Kota Rockfield IX – Dosa (Part 01)
99 [92] Dekadensi Kota Rockfield IX – Dosa (Part 02)
100 [92] Dekadensi Kota Rockfield IX – Dosa (Part 03)
101 [92] Dekadensi Kota Rockfield IX – Dosa (Part 04)
102 [93] Dekadensi Kota Rockfield X – Mulai Menyimpang (Part 01)
103 [93] Dekadensi Kota Rockfield X – Mulai Menyimpang (Part 02)
104 [93] Dekadensi Kota Rockfield X – Mulai Menyimpang (Part 03)
105 [93] Dekadensi Kota Rockfield X – Mulai Menyimpang (Part 04)
106 [94] Dekadensi Kota Rockfield XI – Merembas (Part 01)
107 [94] Dekadensi Kota Rockfield XI – Merembas (Part 02)
108 [94] Dekadensi Kota Rockfield XI – Merembas (Part 03)
109 [94] Dekadensi Kota Rockfield XI – Merembas (Part 04)
110 [95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 01)
111 [95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 02)
112 [95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 03)
113 [95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 04)
114 [95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 05)
115 [96] Angelus I – Red Arrival (Part 01)
116 [96] Angelus I – Red Arrival (Part 02)
117 [96] Angelus I – Red Arrival (Part 03)
118 [96] Angelus I – Red Arrival (Part 04)
119 [97] Angelus II – Blue Action (Part 01)
120 [97] Angelus II – Blue Action (Part 02)
121 [97] Angelus II – Blue Action (Part 03)
122 [97] Angelus II – Blue Action (Part 04)
123 [97] Angelus II – Blue Action (Part 05)
124 [98] Angelus III – Grey Duty (Part 01)
125 [98] Angelus III – Grey Duty (Part 02)
126 [98] Angelus III – Grey Duty (Part 03)
127 [98] Angelus III – Grey Duty (Part 04)
128 [98] Angelus III – Grey Duty (Part 05)
129 [98] Angelus III – Grey Duty (Part 06)
130 [99] Angelus IV – Magenta Warmth (Part 01)
131 [99] Angelus IV – Magenta Warmth (Part 02)
132 [99] Angelus IV – Magenta Warmth (Part 03)
133 [99] Angelus IV – Magenta Warmth (Part 04)
134 [100] Angelus V – Green Slumber (Part 01)
135 [100] Angelus V – Green Slumber (Part 02)
136 [100] Angelus V – Green Slumber (Part 03)
137 [100] Angelus V – Green Slumber (Part 04)
138 [100] Angelus V – Green Slumber (Part 05)
139 [101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 01)
140 [101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 02)
141 [101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 03)
142 [101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 04)
143 [101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 05)
144 [102] Serpent II – Dipenuhi Keinginan (Part 01)
145 [102] Serpent II – Dipenuhi Keinginan (Part 02)
146 [102] Serpent II – Dipenuhi Keinginan (Part 03)
147 [102] Serpent II – Dipenuhi Keinginan (Part 04)
148 [103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 01)
149 [103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 02)
150 [103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 03)
151 [103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 04)
152 [103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 05)
153 [104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 01)
154 [104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 02)
155 [104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 03)
156 [104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 04)
157 [104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 05)
158 [105] Serpent V – Malam Putih (Part 01)
159 [105] Serpent V – Malam Putih (Part 02)
160 [105] Serpent V – Malam Putih (Part 03)
161 [105] Serpent V – Malam Putih (Part 04)
162 [105] Serpent V – Malam Putih (Part 05)
163 [106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 01)
164 [106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 02)
165 [106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 03)
166 [106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 04)
167 [106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 05)
168 [107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 01)
169 [107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 02)
170 [107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 03)
171 [107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 04)
172 [107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 05)
173 [108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 01)
174 [108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 02)
175 [108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 03)
176 [108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 04)
177 [108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 05)
178 [109] Serpent IX – Dikara (Part 01)
179 [109] Serpent IX – Dikara (Part 02)
180 [109] Serpent IX – Dikara (Part 03)
181 [109] Serpent IX – Dikara (Part 04)
182 [109] Serpent IX – Dikara (Part 05)
183 [110] Serpent X – Fionnuala (Part 01)
184 [110] Serpent X – Fionnuala (Part 02)
185 [110] Serpent X – Fionnuala (Part 03)
186 [110] Serpent X – Fionnuala (Part 04)
187 [110] Serpent X – Fionnuala (Part 05)
188 [111] Serpent XI – Remorse (Part 01)
189 [111] Serpent XI – Remorse (Part 02)
190 [111] Serpent XI – Remorse (Part 03)
191 [111] Serpent XI – Remorse (Part 04)
192 [111] Serpent XI – Remorse (Part 05)
193 [112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 01)
194 [112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 02)
195 [112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 03)
196 [112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 04)
197 [112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 05)
198 [113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 01)
199 [113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 02)
200 [113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 03)
201 [113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 04)
202 [113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 05)
203 [114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 01)
204 [114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 02)
205 [114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 03)
206 [114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 04)
207 [114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 05)
208 [115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 01)
209 [115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 02)
210 [115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 03)
211 [115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 04)
212 [115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 05)
213 [116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 01)
214 [116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 02)
215 [116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 03)
216 [116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 04)
217 [116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 05)
218 [117] Flamboyan Akhir Zaman VI – Inkarnasi (Part 01)
219 [117] Flamboyan Akhir Zaman VI – Inkarnasi (Part 02)
220 [117] Flamboyan Akhir Zaman VI – Inkarnasi (Part 03)
221 [117] Flamboyan Akhir Zaman VI – Inkarnasi (Part 04)
222 [118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 01)
223 [118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 02)
224 [118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 03)
225 [118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 04)
226 [118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 05)
227 Epilog Arc 03 - Vega - (Part 01)
228 Epilog Arc 03 -Vega - (Part 02)
Episodes

Updated 228 Episodes

1
Prolog Arc 03 "War of Altair Vega" (Part 01)
2
Prolog Arc 03 "War of Altair Vega" (Part 02)
3
[72] The Prepare 1 of 3 (Part 01)
4
[72] The Prepare 1 of 3 (Part 02)
5
[72] The Prepare 1 of 3 (Part 03)
6
[72] The Prepare 1 of 3 (Part 04)
7
[73] The Prepare 2 of 3 (Part 01)
8
[73] The Prepare 2 of 3 (Part 02)
9
[73] The Prepare 2 of 3 (Part 03)
10
[73] The Prepare 2 of 3 (Part 04)
11
[73] The Prepare 2 of 3 (Part 05)
12
[74] The Prepare 3 of 3 (Part 01)
13
[74] The Prepare 3 of 3 (Part 02)
14
[74] The Prepare 3 of 3 (Part 03)
15
[74] The Prepare 3 of 3 (Part 04)
16
[74] The Prepare 3 of 3 (Part 05)
17
[74] The Prepare 3 of 3 (Part 06)
18
[75] Cogitation (Part 01)
19
[75] Cogitation (Part 02)
20
[75] Cogitation (Part 03)
21
[75] Cogitation (Part 04)
22
[75] Cogitation (Part 05)
23
[76] The Fear to Bear (Part 01)
24
[76] The Fear to Bear (Part 02)
25
[76] The Fear to Bear (Part 03)
26
[76] The Fear to Bear (Part 04)
27
[77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 01)
28
[77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 02)
29
[77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 03)
30
[77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 04)
31
[77] Tanpa sadar dirinya memandang rendah orang-orang (Part 05)
32
[78] Egosentrisme (Part 01)
33
[78] Egosentrisme (Part 02)
34
[78] Egosentrisme (Part 03)
35
[78] Egosentrisme (Part 04)
36
[78] Egosentrisme (Part 05)
37
[79] True, Truth, Turn (Part 01)
38
[79] True, Truth, Turn (Part 02)
39
[79] True, Truth, Turn (Part 03)
40
[79] True, Truth, Turn (Part 04)
41
[79] True, Truth, Turn (Part 05)
42
[79] True, Truth, Turn (Part 06)
43
[80] Antara malam dan fajar (Part 01)
44
[80] Antara malam dan fajar (Part 02)
45
[80] Antara malam dan fajar (Part 03)
46
[80] Antara malam dan fajar (Part 04)
47
[81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 01)
48
[81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 02)
49
[81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 03)
50
[81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 04)
51
[81] When they don't want to pass a path full of puddles (Part 05)
52
[82] Every path has its puddle (Part 01)
53
[82] Every path has its puddle (Part 02)
54
[82] Every path has its puddle (Part 03)
55
[82] Every path has its puddle (Part 04)
56
[82] Every path has its puddle (Part 05)
57
[83] Keturunan ular tua (Part 01)
58
[83] Keturunan ular tua (Part 02)
59
[83] Keturunan ular tua (Part 03)
60
[83] Keturunan ular tua (Part 04)
61
[84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 01)
62
[84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 02)
63
[84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 03)
64
[84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 04)
65
[84] Dekadensi Kota Rockfield I (Part 05)
66
[85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 01)
67
[85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 02)
68
[85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 03)
69
[85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 04)
70
[85] Dekadensi Kota Rockfield II – Arti bangsawan (Part 05)
71
[86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 01)
72
[86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 02)
73
[86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 03)
74
[86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 04)
75
[86] Dekadensi Kota Rockfield III – Perih (Part 05)
76
[87] Dekadensi Kota Rockfield IV – Refleksi Diri (Part 01)
77
[87] Dekadensi Kota Rockfield IV – Refleksi Diri (Part 02)
78
[87] Dekadensi Kota Rockfield IV – Refleksi Diri (Part 03)
79
[87] Dekadensi Kota Rockfield IV – Refleksi Diri (Part 04)
80
[88] Dekadensi Kota Rockfield V – Entropi Kota (Part 01)
81
[88] Dekadensi Kota Rockfield V – Entropi Kota (Part 02)
82
[88] Dekadensi Kota Rockfield V – Entropi Kota (Part 03)
83
[88] Dekadensi Kota Rockfield V – Entropi Kota (Part 04)
84
[89] Dekadensi Kota Rockfield VI – Paradigm (Part 01)
85
[89] Dekadensi Kota Rockfield VI – Paradigm (Part 02)
86
[89] Dekadensi Kota Rockfield VI – Paradigm (Part 03)
87
[89] Dekadensi Kota Rockfield VI – Paradigm (Part 04)
88
[90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 01)
89
[90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 02)
90
[90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 03)
91
[90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 04)
92
[90] Dekadensi Kota Rockfield VII – Gadis (Part 05)
93
[91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 01)
94
[91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 02)
95
[91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 03)
96
[91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 04)
97
[91] Dekadensi Kota Rockfield VIII – Merasakan (Part 05)
98
[92] Dekadensi Kota Rockfield IX – Dosa (Part 01)
99
[92] Dekadensi Kota Rockfield IX – Dosa (Part 02)
100
[92] Dekadensi Kota Rockfield IX – Dosa (Part 03)
101
[92] Dekadensi Kota Rockfield IX – Dosa (Part 04)
102
[93] Dekadensi Kota Rockfield X – Mulai Menyimpang (Part 01)
103
[93] Dekadensi Kota Rockfield X – Mulai Menyimpang (Part 02)
104
[93] Dekadensi Kota Rockfield X – Mulai Menyimpang (Part 03)
105
[93] Dekadensi Kota Rockfield X – Mulai Menyimpang (Part 04)
106
[94] Dekadensi Kota Rockfield XI – Merembas (Part 01)
107
[94] Dekadensi Kota Rockfield XI – Merembas (Part 02)
108
[94] Dekadensi Kota Rockfield XI – Merembas (Part 03)
109
[94] Dekadensi Kota Rockfield XI – Merembas (Part 04)
110
[95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 01)
111
[95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 02)
112
[95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 03)
113
[95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 04)
114
[95] Dekadensi Kota Rockfield XII – Hal yang tidak diketahui (Part 05)
115
[96] Angelus I – Red Arrival (Part 01)
116
[96] Angelus I – Red Arrival (Part 02)
117
[96] Angelus I – Red Arrival (Part 03)
118
[96] Angelus I – Red Arrival (Part 04)
119
[97] Angelus II – Blue Action (Part 01)
120
[97] Angelus II – Blue Action (Part 02)
121
[97] Angelus II – Blue Action (Part 03)
122
[97] Angelus II – Blue Action (Part 04)
123
[97] Angelus II – Blue Action (Part 05)
124
[98] Angelus III – Grey Duty (Part 01)
125
[98] Angelus III – Grey Duty (Part 02)
126
[98] Angelus III – Grey Duty (Part 03)
127
[98] Angelus III – Grey Duty (Part 04)
128
[98] Angelus III – Grey Duty (Part 05)
129
[98] Angelus III – Grey Duty (Part 06)
130
[99] Angelus IV – Magenta Warmth (Part 01)
131
[99] Angelus IV – Magenta Warmth (Part 02)
132
[99] Angelus IV – Magenta Warmth (Part 03)
133
[99] Angelus IV – Magenta Warmth (Part 04)
134
[100] Angelus V – Green Slumber (Part 01)
135
[100] Angelus V – Green Slumber (Part 02)
136
[100] Angelus V – Green Slumber (Part 03)
137
[100] Angelus V – Green Slumber (Part 04)
138
[100] Angelus V – Green Slumber (Part 05)
139
[101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 01)
140
[101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 02)
141
[101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 03)
142
[101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 04)
143
[101] Serpent I – Persiapan & Pembicaraan (Part 05)
144
[102] Serpent II – Dipenuhi Keinginan (Part 01)
145
[102] Serpent II – Dipenuhi Keinginan (Part 02)
146
[102] Serpent II – Dipenuhi Keinginan (Part 03)
147
[102] Serpent II – Dipenuhi Keinginan (Part 04)
148
[103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 01)
149
[103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 02)
150
[103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 03)
151
[103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 04)
152
[103] Serpent III – Bay Leaf and Bittersweet (Part 05)
153
[104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 01)
154
[104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 02)
155
[104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 03)
156
[104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 04)
157
[104] Serpent IV – Warisan Kebohongan (Part 05)
158
[105] Serpent V – Malam Putih (Part 01)
159
[105] Serpent V – Malam Putih (Part 02)
160
[105] Serpent V – Malam Putih (Part 03)
161
[105] Serpent V – Malam Putih (Part 04)
162
[105] Serpent V – Malam Putih (Part 05)
163
[106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 01)
164
[106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 02)
165
[106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 03)
166
[106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 04)
167
[106] Serpent VI – Memories of Names and Shapes (Part 05)
168
[107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 01)
169
[107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 02)
170
[107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 03)
171
[107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 04)
172
[107] Serpent VII – Saraḷa Aastitva (Part 05)
173
[108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 01)
174
[108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 02)
175
[108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 03)
176
[108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 04)
177
[108] Serpent VIII – Buhul Dependensi (Part 05)
178
[109] Serpent IX – Dikara (Part 01)
179
[109] Serpent IX – Dikara (Part 02)
180
[109] Serpent IX – Dikara (Part 03)
181
[109] Serpent IX – Dikara (Part 04)
182
[109] Serpent IX – Dikara (Part 05)
183
[110] Serpent X – Fionnuala (Part 01)
184
[110] Serpent X – Fionnuala (Part 02)
185
[110] Serpent X – Fionnuala (Part 03)
186
[110] Serpent X – Fionnuala (Part 04)
187
[110] Serpent X – Fionnuala (Part 05)
188
[111] Serpent XI – Remorse (Part 01)
189
[111] Serpent XI – Remorse (Part 02)
190
[111] Serpent XI – Remorse (Part 03)
191
[111] Serpent XI – Remorse (Part 04)
192
[111] Serpent XI – Remorse (Part 05)
193
[112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 01)
194
[112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 02)
195
[112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 03)
196
[112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 04)
197
[112] Flamboyan Akhir Zaman I - Solemnly Swear (Part 05)
198
[113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 01)
199
[113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 02)
200
[113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 03)
201
[113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 04)
202
[113] Flamboyan Akhir Zaman II - Uncrowned King (Part 05)
203
[114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 01)
204
[114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 02)
205
[114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 03)
206
[114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 04)
207
[114] Flamboyan Akhir Zaman III – Buket Mayat (Part 05)
208
[115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 01)
209
[115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 02)
210
[115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 03)
211
[115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 04)
212
[115] Flamboyan Akhir Zaman IV – Pedang Kerajaan (Part 05)
213
[116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 01)
214
[116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 02)
215
[116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 03)
216
[116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 04)
217
[116] Flamboyan Akhir Zaman V – Komitmen dan Loyalitas (Part 05)
218
[117] Flamboyan Akhir Zaman VI – Inkarnasi (Part 01)
219
[117] Flamboyan Akhir Zaman VI – Inkarnasi (Part 02)
220
[117] Flamboyan Akhir Zaman VI – Inkarnasi (Part 03)
221
[117] Flamboyan Akhir Zaman VI – Inkarnasi (Part 04)
222
[118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 01)
223
[118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 02)
224
[118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 03)
225
[118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 04)
226
[118] Flamboyan Akhir Zaman VII – Altair (Part 05)
227
Epilog Arc 03 - Vega - (Part 01)
228
Epilog Arc 03 -Vega - (Part 02)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!