Bab 5

"Will bisa kamu kosongkan jadwal sore ini?."ucap Qenan.

Jika tidak salah ingat sore ini dia memiliki jadwal pertemuan dengan Baron Wilton

"Tapi Yang Mulia_"

"Aku yakin Baron akan mengerti, jadi bisa kamu buat jadwal di lain hari untuk bertemu dengan Baron?."ucap Qenan dengan suara dinginnya serta wajah tanpa ekspresi.

Will yang mendengar suara Tuannya yang dingin kini menelan ludahnya kasar.

"Baik Yang Mulia Duke saya paham."ujarnya dan segera berjalan mundur mengeluarkan ponselnya dan segera memberi tahu Baron bahwa pertemuan hari ini di undur.

Siapa sangka Baron menjawab dengan gembira bahkan dirinya menitipkan ucapkan agar Qenan belajar dengan rajin.

Will yang telah satu bulan berkerja di bawah Qenan sudah paham tabiat Tuannya itu, awalnya dia pikir Qenan akan jadi seperti seorang amatiran dan tak bisa mengambil tanggung jawab yang besar namun siapa sangka dia sudah kompeten di hari pertama dalam mengurus dokumen bahkan bisa membaca situasi dan menjadi kejam apa bila di butuhkan.

Dalam satu bulan ini tidak banyak yang berubah kecuali kehidupan Qenan saja alur cerita masih tetap berjalan sesuai arusnya tapi mungkin alur menjadi lebih lambat karena Aron yang harus di rawat inap di rumah sakit.

"Aron."

"Lepasin!, aku gak butuh perhatianmu!."ucap Aron kasar pada Crystal dan pergi meninggalkan Crystal yang sedih di belakangnya.

Qenan yang melihat itu malah ngangguk puas rupanya kedatangannya ke sini tidak berdampak terlalu jauh asal dia tidak ikut campur dalam alur cerita lebih dalam dia cukup urusi kehidupannya sendiri saja.

Niel yang saat ini sedang mengelap mulutnya menatap kearah tempat kejadian.

"Kamu gak bantu saudarimu?."menatap Crystal yang nampak menyedihkan.

"Memangnya harus ya?. Kan dia sendiri yang bilang jangan sok perduli, aku hanya melakukan apa yang dia suruh."ujar Qenan acuh

Dia sih ok ok aja asalkan hidupnya tenang aja sih.

"Lagi pula kerjaanku sebagai Duke sangat banyak mana ada waktu ngurusin urusan bocil kayak gitu, lagian dia punya nama Rilixks di belakangnya tapi tidak bisa memanfaatkannya bukankah dia bodoh?."

Niel yang mendengar itu mengangguk.

"Kamu benar. Memangnya kalau dia pakai nama Rilixks apa kamu akan mendukungnya?."

"Tentu saja bukan hanya aku tapi seluruh daerah kekuasaan Rilixks."

Qenan menjawab semua hal yang di lontarkan oleh Nile dengan santai sambil minum air putih.

Sejujurnya di mata Qenan, Crystal nampak menyedihkan dan seperti orang bodoh.

Bisa-bisanya orang yang cerdas secara akademik sepertinya jadi bodoh hanya karena kata 'cinta'.

'Cih padahal kamu lawan aku dia strong banget tapi kalau sama Aron lembek'ujarnya dalam hati sambil menatap Crystal dengan mata kesal.

'Sudahlah bukan urusanku'lanjutnya dan segera berdiri dari duduknya.

"Ayo masuk kelas. Aku masih punya banyak kerjaan."ujar Qenan.

"Ok"

Sepulang sekolah kini Qenan dan kelompoknya sedang berkumpul di depan kelas.

"Udah lengkapkan?, kalau gitu ayo kita berangkat ke rumah Niel buat kerjain tugas."ujar Fasta.

Namun sebelum mereka melangkah lebih jauh Will mendapat telepon.

"Yang Mulia Duke apa anda tidak memiliki hal yang harus di kerjakan hari ini?"tanya temannya takut-takut menatap Qenan

"Tidak ada. Aku mengosongkannya hari ini"

"Maaf Yang Mulia Duke ada telepon dari Kerajaan untuk anda"ujar Will

Sontak saja semua orang berhenti berjalan dan saling tatap kecuali Qenan yang menatap lurus dengan ekspresi datar ke telepon yang kini sudah di sodorkan dengan kedua tangan oleh Will.

Qenan sebenarnya malas tapi dia tak bisa mengabaikan panggilan dari Kerajaan.

"Apa?"

"Maaf Yang Mulia Duke hari ini ada meeting mendesak yang harus di lakukan Raja ingin anda segera datang kepertemuan dalam 10 menit."

Ucap seseorang di seberang sana yang Qenan yakin adalah David, mendengar suaranya saja cukup membuat Qenan kesal.

Gigi Qenan bergemeletuk dan tangannya terkepal erat bahkan aura yang di keluarkannya tak bersahabat sama sekali.

"Si4lan!, kenapa harus mendadak hah! Padahal hari ini aku ingin bersantai."ujarnya dengan kesal.

Sementara itu semua orang yang di sana sangat ketakutan dengan aura serta suara yang di keluarkan Qenan, bahkan Niel yang merupakan sahabat Qenan merasa bahwa Qenan bukan lagi Qenan yang dia kenal dia benar-benar sudah banyak berubah.

"Yang Mulia Duke ini sangat penting jadi kami tunggu kehadirannya."ucap David dan segera mematikan telepon.

Qenan yang sangat marah segera saja membanting telepon hingga telepon itu rusak, tentu saja teman sekelas Qenan sangat terkejut sedangkan Will dia hanya bisa sedikit membungkukkan badannya dengan tangan di dadanya berharap Tuannya bisa mengendalikan emosinya.

Menghela nafas.

"Menyebalkan."ucapnya sambil mengusak rambutnya dari depan kebelakang.

"Will di mana jubah sialanku itu? Bawa kemari."ujarnya yang kini sudah bisa mengendalikan emosinya tapi tetap saja wajahnya jelas masih terlihat kesal.

"Akan saya siapkan Yang Mulia Duke."ujar Will dan dengan cepat mengambil jubah Qenan.

Memakai jubahnya dengan tak enak hati Qenan meminta maaf kepada teman-temannya.

"Maaf semua aku harus pergi dan tak bisa membantu kalian dalam mengerjakan tugas kali ini, aku juga minta maaf karena kalian harus melihat adegan yang tak pantas di lihat tadi."ujarnya dengan merasa sangat bersalah dia ingin membungkuk tapi Will pasti akan memarahainya jika itu terjadi.

"Tidak apa Qenan pergilah ke Istana kami yakin Yang Mulia Raja sudah menunggumu, tidak apa-apa kamu bisa mengambil bagian presentasi saja."ujar Niel yang masih bisa berbicara dengan lancar.

"Ya baiklah besok aku yang akan presentasi kalau begitu selamat tingggal."ujar Qenan dan segera berbalik pergi.

Dari kejauhan 3 orang gadis bisa melihat apa yang terjadi di sana.

"Bukankah dia saudaramu?. Sepertinya dia sangat emosian ya."

"Sejak dulu diakan memang seperti itu."ucap Crystal tak perduli dan segera berbalik meninggalkan kedua temannya.

Qenan yang baru saja sampai Istana segara dia sambut oleh seorang wakil Asisten dan segara diarahkan kedalam meja pertemuan.

Maju kedalam ruangan itu yang bisa Qenan lihat adalah hanya para pria paru baya dan wanita paru baya hanya sedikit yang muda tapi paling muda dari mereka berumur sekitar 28 tahun dan kini Qenanlah yang paling muda dengan usia 16 tahun.

Menghela nafas Qenan berfikir bahwa pertemuan kali ini juga tak akan berjalan mulus.

Berjalan dan duduk di kurisnya yang dia yakini dulu adalah kursi milik ayahnya Qenan duduk di sisi kiri Raja.

"Duke Rilixks anda sudah datang."sapa seorang pria paru baya yang juga merupakan seorang Duke dia adalah Duke Utara, Duke Batterflo atau nama lengkapnya Keano Van Batterflo pria berumur 45 tahun.

"Ah Duke Batterflo senang bertemu lagi dengan anda."balas Qenan.

Tertawa.

"Anak ini sudah dewasa rupanya. Menjadi Duke sangat sulit bukan?."ujar Duke Batterflo.

Qenan hanya diam karena apa yang di katakan Duke tidak salah tapi dia tidak ingin memperlihatkannya.

"Omong kosong apa yang kamu bicarakan sebanarnya?, tentu saja menjadi Duke sangat mudah."ujar pria tua yang duduk di sebarang Qenan dia duduk di sebelah kanan Raja.

"Hey pak tua kamu merasa mudah karena kamu sudah tua!."

"Apa yang kamu bicarakan, aku baru berumur 72 tahun itu masih muda."

"72 tahun? Masih muda? Nyamuk pasti akan tertawa sampai mati"

Kedua orang dengan gelar Duke itu kini saling menghina satu sama lain seakan-akan itu adalah hal yang wajar, tapi setidaknya Qenan merasa terhibur dengan tingkah mereka itu.

"Cih!, setidaknya aku pernah muda lalu apa kamu pernah tua?"

"Tua bangka ini!, tentu saja nanti aku juga akan merasakan menjadi tua bangka sepertimu, jujur saja memikirkannya membuatku kesal."

"Bocah ini! Selalu saja tidak bisa sopan kepada yang lebih tua."

Sayangnya perdebatan mereka berdua harus berhenti tak kalah suara intrusksi dari pengumum kedatangan Raja telah memberi kode.

"Yang Mulia Raja Robelia Van Delvon telah tiba!"

Segara saja semua suara perbincangan di hentikan dan secara serempak mereka semua kini berdiri dari kursi mereka.

Raja kini masuk dengan penuh wibawa di ikuti oleh David sekertarisnya dan Sir Detric yang merupakan Kesatria penjaganya atau Bodyguard pribadi.

"Selamat datang Yang Mulia Raja!"ujar semuanya serempak sambil memberi salam bangsawan.

Mendengar salam itu Raja hanya tersenyum dan segera duduk di kursinya sebelum mengangkat tangannya kanannya sebagai tanda bahwa mereka bisa berhenti dan duduk dengan nyaman di kursi masing-masing.

"Silakan duduk semuanya"ucap Raja santai.

Segera saja semua Bangsawan yang ada duduk di kursi mereka setelah mendengar perintah tersebut.

Devid segera saja menyerahkan sebuah dokumen dengan segel yang sepertinya penting dengan sopan kepada Raja, begitu pula para Bangsawan yang kini juga mulai membuka dokumen mereka yang ada di atas meja.

Qenan membaca isi dokumen itu dengan hati-hati.

Untuk sesaat semua suara di ruangan itu menjadi sunyi semuanya fokus membaca dokumen di depan mereka dan hanya suara kertas yang di balik yang terdengar, sebelum akhirnya suara intruksi dari Raja terdengar di telinga mereka.

"Seperti apa yang sudah kalian baca, saat ini Kerajaan menghadapi masa-masa sulit di mana bagian selatan sedang mengalami kekeringan akibat kemarau yang panjang dan menyebabkan banyak petani gagal panen"

Berhenti sebentar Raja memperhatian semua wajah yang ada di dalam ruangan tersebut sebelum akhirnya melanjutkan ucapannya.

"Jadi aku mengumpulkan kalian semua di sini adalah untuk mencari solusi terbaik untuk musibah ini, jadi apa ada di antara kalian yang punya ide atau gagasan?"ucap Raja memperhatikan mereka semua satu persatu.

Keheningan melanda rapat itu sebentar sebelum akhirnya seorang Count berdiri dari duduknya dengan penuh percaya diri.

"Yang Mulia ijinkan saja mengajukan ide dan gagasan saya"ujarnya.

Raja yang mendengar hal itu segera saja mempersilakan dengan senang hati.

Melihat bahwa Raja mengijinkannya bersuara dia mulai menjelaskan idenya.

"Seperti yang kita tau sektor pertanian merupakan hal yang penting bagi negara sebagai bahan pokok makanan masyarakat serta salah satu prodok yang kita impor dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat"

"Namun baru-baru ini kemarau panjang melanda Kerajaan dan cukup membuat masyarakat khususnya petani dengan tanaman yang membutuhkan banyak air menderita"

"Jadi masalah kita di sini adalah air, jadi saya sarankan agar kita mengirim persedian air ke wilayah yang kekeringan serta kekuarangan air untuk memenuhi kebutuhan mereka entah itu untuk sawah atau bahkan kebutuhan sehari-hari mereka"jelas Count tersebut.

Raja dan yang lainnya mendengarkan dengan seksama penjelasan Count kini mengangguk setuju begitu juga Qenan.

"Apakah kalian setuju dengan usulan Count?"tanya Raja.

Semua orang di ruangan itu setuju kecuali satu orang.

"Yang Mulia saya tidak setuju akan rencana pengiriman air tersebut"seru seorang Marquess sambil berdiri menarik perhatian semua orang.

Raja yang mendengar itu segera meminta alasan akan ketidak setujuannya.

"Menurut saya hal tersebut tidak efisien! Dan membutuhkan banyak biaya selain itu wilayah selatan memiliki medan yang sulit untuk di lalui oleh kendaraan sebagai Marquess yang mengabdikan diri bagi wilayah selatan saya lebih paham akan medan di sana!"ujar Marquess tersebut.

Semua Bangsawan selatan mengangguk setuju.

Pada saat itulah semua orang di ruangan itu sadar akan masalah yang cukup serius itu.

"Marquess apa yang anda katakan ada benarnya, lalu apa kamu punya solusi"tanya Raja.

"Saya tidak punya Yang Mulia, jika kami punya masalah ini tidak akan kami bawa ke Istana untuk di diskusikan bersama-sama"ujar Marquess dan alasan itu cukup masuk akal.

"Lalu bisakah kita mengirim air menggunakan pesawat?"sebuah suara dari seorang Baron Utara terdengar.

"Tidak bisa biaya untuk melakukan hal tersebut sangat besar dalam sekali peluncurannya dan ku rasa itu tidak sebanding dengan keuntungan yang kita dapat dari tanaman padi tersebut"ucap Qenan secara tiba-tiba.

Raja yang mendengar Qenan kini menarik sudut bibirnya sedikit dan segara memandang Qenan.

"Lalu apa kamu punya solusi?"

"Aku tidak tau ini akan membantu apa tidak tapi aku sarankan untuk mencari sumber air terdekat dahulu, contohnya seperti gunung ini?"ucap Qenan memperlihatkan sebuah foto gunung dengan warna hijau.

Sekali melihat saja semua orang bisa tau dimana letak gunung itu berada, itu tidak jauh dari wilayah selatan, dan akses ke selatan cenderung lebih mudah, apalagi gunung itu di kenal dengan airnya yang melimpah sungguh solusi yang baik.

"Lalu apa kita akan mengirim air dari gunung itu dengan truk?"tanya Raja.

Qenan yang mendengar itu kengerutkan keningnya dan segara membantah dengan tidak setuju.

"Cara macam apa itu tentu saja kita lakukan dengan cara irigasi"jawab Qenan.

Jawaban itu segara saja membuat banyak pertanyaan bagi banyak Bangsawan.

"Irigasi? Apa itu?"tanya Duke selatan.

Melihat wajah bingung dari semua orang di ruangan itu Qenan merasa ingin mengumpat.

Si4lan! Dunia ini sebenarnya sangat moderen tapi mereka bahkan tidak tau apa itu irigasi?!!.

Menghela nafas.

"Irigasi adalah sistem pengairan ke lahan budidaya, jadi ayo buat saluran irigasi ke wilayah selatan, dari pada mengirim mobil dan menghabiskan banyak modal akan lebih baik membangun saluran irigasi ini jadi jika tahun depan ada kekeringan lagi kita bisa menggunkannya berulang kali jadi kita bisa menghemat modal yang ada"

Qenan menjelaskan semuanya dengan sangat sabar hingga semua orang yang ada di ruangan itu menganggukkan kepala mereka mengerti.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!