Bab 3

Duke Rilixks sendiri merupakan Duke dari Barat, keluarga/klan yang terkenal akan garis keturunan Aura Sang Penakluk serta gelar mereka sebagai Dewa medan perang.

"Sejujurnya melihatmu masih sadar membuatku semakin senang karena itu artinya aku masih bisa untuk menghajarmu, jadi tolong tetaplah sadar."ujar Qenan dengan tawa mengerikan sambil menjambak rambut Aron agar Aron bisa melihat wajah Qenan yang kini tersenyum setan.

"Qe_Qenan__."ucap Crystal lemah sambil memegang ujung baju seragam Qenan.

Crystal sendiri dia sudah sedikit kebal akan Aura Sang Penakluk, hal ini di karenakan Duke Rilixks sebelumnya alias Damian berusaha membuat Crystal menjadi terbiasa dengan kekuatan itu, walaupun dia masih belum kebal tapi setidaknya itu sudah lebih baik.

"A_aku_mohon__berhenti__."lirihnya sekuat tenaga.

Qenan sama sekali tak memperdulikan Crystal yang menarik bajunya sambil mengatakan kalimat berhenti dirinya masih saja asik memukul wajah Aron dengan tangannya hingga babak belur bahkan wajah tampan Aron kini sudah tidak kelihatan sama sekali, yang kini terlihat hanyalah wajah jelek penuh akan luka pukulan.

"Qe_nan_aku_mohon_ber_berhenti!!."ucapnya sekuat tenaga sambil menarik Qenan kebelakang agar terjatuh.

Qenan yang sedang memukul Aron kini terjungkal kebelakang tanpa persiapan alhasil pegangannya pada kerah baju Aron terlepas dan dirinya jatuh terduduk di lantai.

Pada saat itu juga Qenan kini tersadar dari pengaruh kekuatan itu, seketika itu juga Kekuatan Aura Sang Penakluk segera hilang di udara, dan semua orang yang kesulitan bernafas kembali normal terlihat sekali bahwa semua orang nampak lega dan menghirup udara sebanyak-banyaknya.

Sedangkan Qenan yang tiba-tiba sadar merasa linglung, hal pertama yang dia lihat adalah Aron yang sudah tak sadarkan diri di depannya dengan penuh luka, orang-orang yang merasa lega, serta Crystal yang kini memeluknya dari belakang sambil menangis dan menyembunyikan wajahnya di pundaknya.

"Eh_?, apa yang terjadi?."tanyanya bingung tentu saja tidak ada yang menjawab pertanyaannya.

Hingga suara seseorang dari pintu kantin mengalihkan semua orang.

"Wah wah Tuan Muda ini kekacauan yang cukup mengejutkan."ucap seorang pria dengan baju dinas Kerajaannya yang kini berdiri di pintu dengan banyak bodyguard di belakangnya.

"Siapa kamu?."tanya Qenan waspada.

Pria itu hanya tersenyum melihat bahwa Qenan waspada dengan dirinya.

"Yah tapi dengan ini sudah cukup membuktikan bahwa anda cocok untuk mewarisi gelar Grand Duke Rilixks dari Barat."ujarnya penuh kekaguman.

"Dan perkenalkan nama saja David Von Rolien, Sekertaris serta tangan kanan dari Raja Robelia Von Delvon, salam untuk Tuan Muda Qenan Satergonius Rilixks, kedatangan saya kesini untuk mengundang Tuan Muda ke Istana, Raja sudah mendengarnya dari ibu anda bahwa anda bersedia menjadi Duke bagi wilayah Rilixks dan saya di utus untuk membawa anda kesana untuk upacara pengangkatan."jelasnya dengan sopan sifat sembrononya kini sudah hilang.

Qenan kini nampak mengerti dan tak lagi waspada.

"Bukankah itu 1 minggu lagi?."tanya Qenan yang merasa bingung kenapa tiba-tiba jadwalnya berubah.

Mendapatkan pertanyaan itu David tersenyum dan mulai menjelaskan alasannya.

"Sebenarnya Raja juga ingin melakukannya 1 minggu lagi tapi para Bangsawan sudah mendesak, dan lagi posisi Duke Rilixks tidak bisa terlalu lama kosong atau tidak tumpukan dokumen dan kertas kerja akan menjadi gunung menunggu untuk di kerjakan."

Benar apa yang di katakan oleh David dalam satu hari saja sudah ratusan dokumen yang perlu di urus di ruang kerja dan kini hanya menumpuk tanpa di kerjakan sama sekali.

Apa lagi para Bangsawan barat mengeluh karena menjadi sangat sibuk dan tak bisa beristirahat lantaran pekerjaan yang seharusnya di lakukan oleh Duke Rilixks kini di limpahkan kepada mereka jadi mereka jadi sangat sibuk selama 24 jam tanpa istirahat.

Qenan yang paham kini menganggukkan kepalanya.

"Aku mengerti."ucapnya dan hendak bangun tapi pelukan di tubuhnya makin erat membuat dirinya tak bisa bangkit.

Itu adalah Crystal yang kini menatap David penuh akan permusuhan, David sendiri hanya tersenyum dalam menghadapi mata elang dari sang Nona Muda Kediaman Duke itu.

"Sepertinya Nona Muda begitu menyayangi anda Tuan Muda sampai tidak ingin berpisah dengan anda."ujar David yang seperti bercanda namun sebenarnya itu adalah kalimat ejakan serta penghinaan untuk Crystal.

Lagi pula siapa yang tidak tau kalau kedua bersaudara itu saling bermusuhan?, jadi akan aneh sekali jika mereka tiba-tiba saling menjaga.

Crystal sendiri mungkin tau tapi dia diam saja sedangkan Qenan sendiri membiarakannya lagi pula sepertinya itu cocok untuk saudarinya itu.

"Jadi apa Tuan Muda akan ikut saya?."tanya David lagi menatap Qenan ramah.

"Ya aku akan ikut."ujar Qenan sambil melepas pelukan Crystal dan berdiri.

"Niel."panggil Qenan kepada sahabatnya itu.

Dengan cepat Niel bergegas ke samping Qenan.

"Ya Qenan ada yang bisa aku bantu?."tanyanya.

"Tolong bawa saudariku ke UKS agar mendapatkan perawatan medis, tolong ya Niel aku percayakan dia padamu."ujar Qenan sebelum berjalan keluar kantin.

"Ya silakan lewat sini Tuan Muda."ucap David yang kini menyingkir dari jalan memberi jalan bagi Qenan untuk berjalan terlebih dahulu dengan senyum yang masih senantiasa ada di bibirnya.

Setelah Qenan berjalan lumayan jauh kini senyum di wajahnya luntur dan di gantikan dengan wajah dinginnya menatap kearah semua penghuni kantin.

"Oh ya mungkin mulai besok kalian tidak bisa memanggil Tuan Muda dengan nama 'Qenan' tapi 'Duke' jadi ingat ya untuk memanggilnya dengan nama 'Duke Rilixks' kalau begitu sampai jumpa semuanya."ucapnya dan segara pergi mengikuti Qenan yang sudah berjalan lumayan jauh.

Bukan tanpa alasan David mengatakan hal itu, semua hal itu dia lakukan agar nama Duke Rilixks tidak tercoreng, jika hal yang dia simpulkan benar berdasarkan kondisi yang terjadi pada kedua bersaudara Rilixks mereka berdua pasti terkena bully di sekolah.

Dengan dia menegaskan hal itu di sekolah dari Tuan Muda Rilixks maka setidaknya itu akan sedikit membantu Tuan Muda.

Sehingga pada akhirnya mereka semua yang awal mulanya mulai meremehkan Rilixks karena banyak sekali rumor bahwa Tuan Muda Qenan tidak mau menjadi Duke tersebar banyak Bangsawan yang mulai meremehkan Rilixks, tapi jika Tuan Muda Qenan mau menjadi Duke apa yang akan terjadi?.

Tentu saja pasti Tuan muda akan tetap di remehkan karena dirinya yang masih muda tapi jika Tuan Muda bisa memperlihatkan nilainya maka itu akan jadi bom.

Pada saat itu seisi kantin menjadi heboh dan sangat berisik, serta pada saat itu juga berita tentang hal itu menyebar ke selurun sekolahan, sedangkan para PMR kini sibuk mengangkut siswa/i yang pingsan atau pula sakit ke UKS untuk mendapatkan perawatan, sedangkan Aron yang terluka sangat parah kini di larikan ke rumah sakit.

Qenan yang kini sudah sampai di Istana di bimbing kesebuah ruangan.

"Tuan Muda sebaiknya anda membersihkan diri anda terlebih dahulu, baju resmi anda sudah di siapkan semoga saja itu cocok dengan anda tentu saja itu bukan hanya satu stell tapi ada setidaknya 7 baju untuk senin-minggu baju resmi komandan pasukan dan_."ujar David menjelelaskan tapi Qenan sama dekali tak mendengarkan kelanjutannya dan melihat-lihat baju yang ada di depannya saja.

David yang tau bahwa Qenan tidak mendengarkannya hanya tersenyum, lagi pula untuk jaga-jaga dia punya buku tentang semua seragam, dia sengaja menyiapkannya karena kalau itu Rilixks mereka pasti akan seperti itu.

"Kami juga akan segera mengirim dokter untuk merawat luka anda Tuan Muda, kalau begitu saya undur diri."ujarnya sopan dan segera keluar kamar.

Qenan yang di tinggal sendiri kini mulai pergi kekamar mandi untuk membersihkan dirinya sendiri, dalam hati masih banyak pertanyaan yang ingin dia cari jawabannya.

Di bawah guyuran air shower Qenan kini sedikit merenung, air shower itu kini mulai membersihkan setiap bagian tubuh Qenan dan darah serta kotoran lainnya mulai menghilang membuat air yang mengalir dengan warna merah.

Setelah mandi Qenan berjalan keluar menggunakan handuk, saat keluar dia sudah bisa melihat dokter di kamar itu.

"Maaf Tuan Muda saya masuk secara lancang, saya sudah memanggil ada dari tadi tapi anda tidak menjawab jadi saya memutuskan untuk masuk terlebih dahulu dan menyiapkan obat-obatnya dulu."ujar pria tua itu yang tak lain adalah dokter.

"Yah tidak apa-apa."

Dia sama sekali tidak tersinggung lagi pula keduanya sama-sama laki-laki.

Setelah mendapatkan penanganan medis segara saja Qenan bersiap-siap sosoknya yang gagah, dan tampan sangat bagus di dalam balutan baju itu.

Tak lupa dia juga menggunakan sarung tangan.

"Hmmmm..."

Melihat dirinya di cermin sebenarnya pakaian ini cukup sesak tapi dia harus memakainya selama 24 jam seharinya rasanya dia tak tahan.

Menghela nafas panjang sambil menyisir rambutnya kebelakang dengan tangannya.

"Gerah sekali."

Setelah di rasa cukup Qenan segera saja keluar dari kamar rupanya kini David sudah menunggunya di luar.

"Mari Tuan Muda saya antar anda."ujarnya ramah.

Qenan kini mengikuti David dari belakang dan sampailah mereka di sebuah pintu yang sangat besar dengan banyak bodyguard yang berjaga di sana.

Pintu itu terukir dengan sangat indah serta berlapis emas dan permata, sangat indah, tapi sejujurnya yang ada di pikiran Qenan adalah bahwa gerbang ruangan kerja Duke di Kediaman lebih bagus.

David segera saja membuka pintu tersebut.

"Ayo Tuan Muda."ujarnya yang kini memimpin di depan.

Sebelum masuk Qenan menarik nafas panjang ini pertama kalinya dalam hidup bertemu dengan penguasa suatu negara, bukankah artinya dia akan bertemu Presiden?, Raja \= Presiden, dia yakin bahwa itu mimpi.

Berdehem sedikit untuk menghilangkan perasaan gugupnya Qenan segera masuk mengikuti David.

Kaki Qenan kini menginjak karpet merah di sana di atas panggung Qenan bisa melihat seorang pria dengan wibawa yang mendominasi duduk di atas tahtah dengan mahkota di kepalanya.

Masuknya Qenan keruangan itu membuat semua Bangsawan yang hadir menoleh kearahnya mereka kini sedang menyambut Qenan.

Melihat begitu banyak orang, jujur saja Qenan merasa gugup, menutup matanya sebentar menyakinkan hatinya untuk melangkah kini Qenan membuka matanya.

Saat ini dalam bayangan Qenan situasi yang dia hadapi sama seperti situasi di mana dia pertama kali maju untuk mempresentasikan hasil dari perusahaannya.

Kini aura di sekitar Qenan berubah, aura percaya diri dan yakin terlihat padanya, langkah demi langkahnya sangat berwibawa membuat semua Bangsawan yang ada di sana menjadi kagum.

Tanpa sadar Aura Sang Penakluk sedikit bocor membuat semua orang merasa tertekan tak terkecuali Raja yang kini masih berusaha tersenyum dan duduk dengan penuh wibawa, berbeda dengan para bawahannya yang kini banyak yang menundukan kepalanya tak sanggup menatap kearah Qenan.

Qenan maju di hadapan Raja dan segera berlutut memberi salam.

"Salam untuk matahari Kerajaan sang Raja Kerajaan Yerdesnia Raja Robelia Von Delvon yang agung."ucapnya menudukan kepalanya di depan sang Raja.

"Angkat kepalamu nak."ucap sang Raja menyurush Qenan mengangkat kepalanya.

Melihat wajah Qenan jujur saja Raja sedikit merinding pasalnya mata Qenan yang tajam begitu mirip dengan Duke Rilixks sebelumnya atau bahkan lebih tajam.

Namun dirinya juga senang karena bibit unggul seperti Qenan akan melayani Kerajaan.

"Kamu sangat mirip dengan ayahmu nak."ujar Raja dengan senyum.

"Terima kasih Yang Mulia."ucap Qenan.

"Jadi bisakah kita mulai sekarang saja."perintah Raja.

Ketiga Duke yang kini berdiri di dekat Raja mengangguk dan Sekertaris Raja kini maju membawa pedang di tangannya.

Raja mengambil pedang tersebut dan segera saja maju kehadapan Qenan.

Menaruh pedang itu di pundak kiri dan kemudian kanan dari Qenan.

"Aku Raja Robelia Von Delvon, Raja dari Kerajaan Yardesnia mulai hari ini menobatkan Qenan Satergonius Rilixks sebagai Duke Rilixks."ucapnya

Seketika ruangan itu penuh akan tepuk tangan setelah itu di ambillah sumpah setia dan sumpah bahwa Qenan akan menjalankan tugasnya dengan baik, di lanjut dengan doa.

Menepuk pundak Qenan.

"Nak, ah! Tidak Duke, kini kamu harus bekerja."ucap Raja dengan senyum lembut.

Qenan yang mendapat ucapan tersebut hanya bisa tersenyum.

"Kamu tenang saja semua berkas sudah sampai di rumahmu, nak kalau begitu sampai jumpa besok pagi."ujar Raja tersenyum cerah dan segara pergi dari sana di ikuti oleh Sekertarisnya.

Qenan yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas lelah dan memegang belakang lehernya yang sangat pegal.

Tak lama lehernya berbunyi dengan sangat renyah memecahkan keheningan di dalam Aula.

"Ah!, aku akan pulang kalau begitu permisi semuanya."ujar Qenan dan langsung berbalik pergi.

Rasanya lelah sekali hanya dengan acara penobatan dia ingin istirahat.

Siapa sangka bahwa mobil dari kediamannya sudah sampai di Istana.

Seorang Bodyguard yang melihat Qenan dari kejauhan segara membukakan mobil.

Qenan yang kenal dengan mobilnya itu segera saja masuk di dalam rupanya sudah ada Pelayan yang tadi pagi membangunkannya atau Sekertarisnya yang sekarang?.

"Selamat siang Duke."sapanya ramah.

"Ya siang jadi apa jadwal hari ini?."tanya Qenan sambil bersandar pada kuris mobil.

"Tidak ada jadwa Yang Mulia."jawab Asistennya.

"Itu bagus kalau begitu aku kembali ke sekolah, aku ada tugas presentasi hari ini."ujar Qenan.

"Baik Yang Mulia Duke."

Segera saja mobil itu meninggalkan perkarangan Istana, rupanya kepergian mobil itu tak lepas dari sepasang mata yang mengamati dari jauh.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!