TBB 11

Sesuai rencana Dewa, malam ini ia tidur dengan Nia, Nur memberinya izin. Kini keduanya berada dalam kamar, sedikit canggung rasanya bagi Nia, setelah dua malam berpisah dengan Dewa, entah kenapa rasanya sudah sangat berbeda. Seolah mereka pengantin baru atau pasangan yang telah lama tak bertemu. 

Dewa membawa segelas susu sekembalinya dari dapur, beberapa saat lalu lelaki itu memang meminta izin untuk keluar kamar sejenak, tapi Nia tak menyangka jika ternyata Dewa menyeduh segelas susu hangat untuknya. 

“Diminum, biar lekas sehat. Kamu dalam masa pemulihan, harus banyak istirahat dan makan makanan bergizi.” 

“Terima kasih mas,” jawab Nia, tersenyum manis memandang sang suami. Nia menikmati susu hangat buatan Dewa, manisnya pas, ia sangat menyukai keadaan ini. Suaminya kembali perhatian padanya, tapi saat bersama Nur semua perhatian itu sirna. 

“Mas yakin, Nur bilang nggak masalah saat mas minta tukeran hari denganku tadi?” 

“Iya, dia bilang itu baik. Karena kamu sakit dan pastinya lebih membutuhkan mas daripada dirinya.” 

Nia heran, kenapa Nur bisa sebaik itu? Tapi ia tak peduli. Bersama Dewa malam ini membuatnya damai, lelaki itu memintanya tidur di pangkuannya, sedangkan dia sendiri bercerita panjang lebar seperti yang selalu di lakukannya selama ini. 

Ternyata mas Dewa masih tetap sama, saat hanya bersamaku dia kembali menjadi Dewa yang kukenal. 

Nia mengerti kini, mungkin Dewa hanya ingin menjaga perasaan Nur saja, nyatanya Dewa tetap baik dan hangat padanya saat mereka berdua saja. Nia merasa bersalah telah berpikir buruk tentang suaminya. 

***

Koridor kamar ramai oleh para siswi yang berebut antrian kamar mandi, hari senin memang hari sibuk, para siswi diwajibkan berangkat lebih pagi karena harus mengikuti upacara bendera. 

Shella terlambat bangun, selepas sholat subuh ia kembali tidur. Meski berkali-kali Kia membangunkannya gadis itu tak bangun juga, jadilah kini ia berlari lari di dalam kamar mencari handuk untuk mandi. 

“Kamu bangunin aku pasti lembut sekali ya Ki, bangunin aku tuh seret aja. Aduuh udah jam segini, bisa-bisa nggak sarapan aku nanti,” keluhnya. 

“Udah aku tarik-tarik juga Shel, kamu malah marah, ya udah aku tinggal sarapan aja.” 

“Heh? yang bener Ki aku marah? maap yak.” Shella nyengir ia malu sendiri, “Ki, tumben jam segini kamu udah siap?”

Kia hanya tersenyum, ia tak mungkin bilang jika semalam adalah kali pertama dirinya bisa tidur nyenyak di tempat ini. Itu semua karena Kia sengaja tak tidur siang agar bisa mengantuk di malam hari. Dan itu berhasil rupanya, Kia tidur tepat sepulang kajian yang diisi Dewa di masjid. 

“Ki, kamu belum punya pin logo SMAHI kan? hari ini upacara bendera Ki, wajib pake itu. Kamu bisa beli sendiri di swalayan? aduh, aku mau temenin kamu sebenarnya. Tapi aku belum mandi,” ucap Shella, ia benar-benar melupakan hal penting yang telah diingatnya dari kemarin sore. 

“Astaga, benar Shel. Ya udah aku beli sendiri aja. Kamu mandi aja dulu,” jawab Kia, berjalan cepat membuka laci meja belajar dan mengambil beberapa lembar uang kertas. 

“Maap ya Ki, kamu bisa minta tolong Nisha, Dita atau Arin deh buat gantiin aku temenin ke swalayan, aku mandi dulu ya.” Shella berlari-lari kecil melewati rombongan gadis yang mengantri mandi di depan kamar mereka. Kia tersenyum lebar menyaksikan tingkah teman sekamarnya, ia lantas memutuskan pergi ke swalayan seorang diri. 

Swalayan atau toko besar yang dikelola SMAHI ini terletak di bagian depan sekolah, tepat di samping jalan raya. Untuk pertama kalinya, Kia merasa bahagia bisa melihat kendaraan berlalu lalang di depan swalayan, baru beberapa hari ia tinggal di asrama, dan ternyata Kia sudah rindu pemandangan itu. Pemandangan yang dulu selalu membuatnya kesal, bagaimana tidak? rumahnya di kota, macet sudah menjadi pemandangan biasa. 

Tapi kini, melihat mobil dan motor berlalu lalang di depan matanya saja sudah membuatnya bahagia. Sederhana sekali bukan? Nia segera masuk ke dalam swalayan, ia tak ingin telat. Setelah bertanya pada penjaga dimana letak pin logo SMAHI, ia membeli sekitar tiga biji. Untuk berjaga-jaga jika pin rusak atau hilang.

Kia mengenakan satu pin di hijabnya, dan menyimpan lainnya dalam tas. Ia hendak kembali ke sekolah saat tak sengaja mendengar percakapan seorang wanita dengan penjaga swalayan. 

“Loh, kamu bukannya mbak Cahya dari kamar 3 ya? benar kan? mbak Cahya ini ibuk Sumi, mbak lupa?” 

“Oh, iya buk Sumi. Saya tidak lupa kok Bu.” 

Kia melirik wanita bernama Cahya itu, ia terkejut saat menyadari wanita bernama Cahya adalah wanita yang ia temui di perpustakaan kemarin pagi. 

“Mbak Cahya tinggal dimana sekarang? ya Allah udah berapa tahun ya mbak Cahya lulus? makin cantik aja mbak sekarang? sudah menikah mbak?” 

“Alhamdulillah sudah Bu,” jawab wanita itu lagi. Kia masih ingin mendengar banyak, tapi ia sadar itu akan terlihat mencurigakan. Kia segera keluar dan sengaja duduk di kursi depan swalayan sambil menikmati es cream yang dibelinya. 

Sesekali Kia melirik arloji di pergelangan tangan, masih ada sekitar lima belas menit lagi sampai bel masuk berbunyi. Pintu swalayan terbuka, wanita bernama Cahya itu keluar membawa sekantong plastik berisi snack. Diam-diam Kia melihatnya berjalan menjauh, ia pun mengikuti wanita itu dari kejauhan. 

Kia melihat wanita itu berbelok dan masuk ke sebuah rumah besar yang terletak tepat di samping sekolah. “Rupanya disitu rumahnya,” gumamnya. Ia memutuskan akan bertanya pada Shella nanti tentang siapa Cahya, kalau wanita itu tetangga sekolah dan alumni SMAHI, Kia yakin Shella pasti mengenalnya. 

Baru saja berbalik, Kia dikejutkan oleh Nia yang telah berdiri di belakangnya. 

“Kamu sedang apa disini? mau kemana?” tanya Nia. Kia serba salah, ia tahu telah keluar batasan sekolah. Dimana siswi dilarang keluar sampai melewati batasan yang tersedia. 

“Ah, m-maaf kak Nia. Saya murid baru dan saya, ehm…” Kia kesulitan mencari alasan, tak mungkin baginya mengaku tersesat. Pintu gerbang di samping swalayan terbuka lebar, hanya orang bodoh yang akan bilang tersesat. Kia menggigit bibir, ia sudah pasrah jika nama baiknya akan tercoreng di depan Nia pagi ini. Namun, dugaannya salah, Nia tersenyum ramah padanya. 

“Kamu bosen ya di dalam? apa kamu nggak betah? itu wajar kalau kamu anak baru. Kalau kamu mau, kamu boleh kok main-main ke tempat kakak. Kakak sudah biasa menemani anak-anak yang tidak betah tinggal di asrama seperti kamu. Yang penting, jangan pernah kepikiran kabur. Meski ini bukan pesantren, kamu harus tetap menjaga sikap, barokah ilmu yang kamu dapat terletak pada bagaimana perilakumu saat menuntut ilmu.” 

Kia terpesona oleh ucapan wanita cantik di depannya, ia kini paham kenapa Shella sangat mengidolakan Nia. 

“Kak Nia, emang beneran boleh saya main ke tempat kakak?” tanya Kia, Nia mengangguk antusias, “sebenarnya, saya ingin belajar mengaji sama kakak, karena saya belum bisa mengaji.” 

“Alhamdulillah, itu baik. Siapa namamu?” Nia tampak bersemangat, pasalnya kali pertama ia berjumpa dengan gadis yang terang-terangan mengatakan ingin belajar mengaji. Selama ini gadis yang ditemuinya hanya mereka yang bilang tak betah, ingin pulang, ingin bebas dan lain lain yang intinya tak mau hidup di asrama yang serba tertutup. 

“Kia kak, Tazkia.” 

“Baiklah, dengan senang hati kakak akan ajari kamu Kia. Kamu lihat rumah itu?” Nia menunjuk pada rumah dengan cat pagar berwarna coklat, “itu rumah kakak, kamu datang sepulang sekolah kesana. Disana ada sebuah gazebo. Kalau kakak belum ada, tunggu aja disitu. Nanti kita belajar mengaji bersama.” 

“Serius kak boleh?” Mata Kia berbinar, ia tak menyangka keputusannya mengikuti wanita bernama Cahya berhasil membawanya dekat dengan Nia. Kesempatan mengorek hal yang membuatnya penasaran berhari-hari lamanya terbuka lebar. Nia mengangguk senang. 

“Makasih kak, ya sudah saya pamit dulu ya kak. Sudah bel masuk. Tapi, boleh salim kak?” 

“Boleh,” jawab Nia yang segera mengulurkan tangannya, Kia menyambutnya dengan sukacita. Tapi aneh, tak ada yang bisa dilihatnya kali ini. 

Terpopuler

Comments

Andini Andana

Andini Andana

Nur = Cahaya
orang yang sama kan? 🤔

2024-03-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!