TBB 9

Suara gunting yang awalnya pelan berubah menjadi cepat, makin lama ritmenya semakin bertambah. Kres kres kres kres kres. Kia menutup telinga, matanya terpejam beberapa saat, ia tau makhluk itu memang sengaja menggodanya. 

Kia mencoba abai, kembali fokus pada buku ditangan, tak mau kalah ia membaca hafalannya dengan cepat juga, hingga lama-lama suara gunting itu berhenti sendiri. Kia merasa lega, ia pun mulai bisa santai lagi. Jam dinding menunjukkan pukul sebelas malam, sudah waktunya tidur bagi Kia tapi ia akan mengulang hafalannya sekali lagi, sebelum akhirnya memutuskan untuk istirahat.

Sebuah kebaikan memang tak pernah lepas dari gangguan, seperti yang Kia rasakan kini, ia mengira suara gunting menjadi yang terakhir sebab telah berhasil mengabaikannya, tapi ia salah. Kia kembali mendengar suara bayi, hanya saja kali ini bayi itu tertawa. Kia terperanjat, sebab suara tawa itu terdengar sangat jelas di telinganya, seolah bayi itu berada di sekitar ranjang. 

Kia segera merebahkan badan, menarik selimut menutupi tubuhnya, meletakkan buku Shella tepat di samping bantal. Kia membaca doa sebisanya, walaupun cuma bacaan basmalah itu tak jadi masalah baginya. Suara tawa itu terdengar lebih menyeramkan daripada ketika bayi itu menangis, mata kia terpejam sedangkan bibir masih terus membaca basmalah, hingga tak sadar Kia pun terlelap. 

Sementara itu keadaan Nia tak jauh berbeda, wanita itu terbangun dalam keadaan berkeringat banyak, obat yang diminumnya beberapa saat lalu sepertinya telah bekerja. Tadi sore Dewa sempat memaksanya untuk cek kesehatan ke dokter, dokter bilang ia hanya kecapekan saja. 

Nia beranjak dari ranjang, berjalan pelan menuju lemari pakaian. Ia berencana mengganti bajunya yang terasa basah dan lengket akibat keringat. Setelah selesai, Nia kembali duduk, meraih gelas berisi air putih yang ia siapkan di atas nakas, Nia menenggak air hingga habis tak tersisa. 

Tok Tok Tok

Diletakkan kembali gelas perlahan, jantung Nia mulai berdebar. Suara ketukan pintu berasal dari dalam kamar mandi, ini jelas ulah jin pikirnya. Nia membaca berbagai macam doa, ayat-ayat Alquran semua dibacanya, saat suara ketukan semakin sering terdengar, bahkan semakin lama semakin keras dan cepat. Seolah seseorang di dalam sana tengah marah sebab tak kunjung dibukakan pintu. 

Sungguh tak habis pikir, kenapa dua hari ini ia selalu mendapat teror dari makhluk tak kasat mata. Bertahun-tahun lamanya ia tinggal di rumah ini, tapi baru dua malam ini Nia mendapat gangguan, bersamaan dengan datangnya Nur di tengah-tengah mereka. Nia tak ingin berburuk sangka, tapi pikirannya terus saja mengarah kesana. 

Suara ketukan pintu perlahan sirna, berganti dengan suara benda jatuh ke dalam air, sama seperti kemarin. Nia menarik nafas panjang, ia berjalan pelan hendak keluar kamar, dan saat tangannya meraih handle pintu ia kembali mendengar suara tangisan bayi, Nia pun segera berlari meninggalkan kamarnya. 

.

Matahari baru saja terbit. Nia merasa badannya sakit semua karena semalaman ia memilih tidur di sofa. Dewa yang baru keluar kamar terkejut melihat sang istri duduk di atas sofa duduk diatas sofa dengan raut wajah khas orang bangun tidur. 

“Sayang, kamu tidur disini? bukannya kamu sedang sakit?” tanya Dewa. Nia hanya diam, masih lemas rasanya. 

“Nur bikinkan teh hangat ya mbak,” ucap adik madunya yang segera bergegas menuju dapur. Nia tak menolak, ia memilih pasrah, semalaman penuh hampir tak dapat memejamkan mata sedangkan dirinya sedang tidak enak badan. Dewa menyentuh kening sang istri. 

“Kamu masih panas lo Nia, kenapa tidur disini?” 

“Sebenarnya mas, dua malam ini Nia nggak bisa tidur. Ada yang aneh di kamar mandi kita, Nia selalu mendengar suara bayi menangis, orang memainkan air bahkan mengetuk pintu dari dalam, seakan meminta Nia untuk membukanya.” 

“Jangan bercanda Nia, berapa tahun kita tidur bersama di kamar itu tak pernah ada tuh yang namanya gangguan, iya kan? kenapa baru dua malam ini. Kamu salah dengar mungkin,” jawab Adam tersenyum lebar menatap wajah sang istri.

“Astaghfirullah mas, Nia juga harapnya salah dengar. Makanya di malam pertama nggak cerita sama mas Dewa karena Nia anggap mungkin Nia yang salah, tapi semalam Nia nggak tahan mas.” 

Dewa tau istrinya ini tak pernah berbohong, melihat raut wajah Nia yang benar-benar ketakutan membuatnya merinding. Jika memang benar ada dedemit di kamar mereka, maka pertanyaannya adalah kenapa?

“Kenapa itu bisa terjadi Nia?” 

Nia menggeleng lemah, matanya fokus menatap meja. Memandang kosong dengan sejuta beban dalam hati. 

“Ada apa mas?” Nur datang dengan membawa nampan berisi dua gelas teh hangat dan segelas kopi, ia segera menyajikan kopi untuk sang suami dan teh pada kakak madunya, “diminum dulu mbak Nia,” ucapnya. Nia melirik tajam ke arah Nur, membuat Nur segera memalingkan pandangannya. 

“Ini lo, dua malam ini Nia mengaku mendengar suara tangisan bayi dan ketukan pintu dari dalam kamar mandi di kamar, mas belum terlalu percaya sih tapi kok kayaknya dia serius,” jawab Dewa. 

“Astaghfirullah, kenapa seram sekali? apa memang ada hantunya rumah ini mas?” tanya Nur yang segera berpindah tempat di samping kursi Dewa, memeluk lengan lelaki itu ketakutan. Nia jengah melihat pemandangan ini, ia segera bangkit menuju dapur. 

“Terserah mas Dewa kalau nggak percaya, coba pikir kapan Nia pernah bohong sama mas?” ucapnya lagi sebelum benar-benar berlalu dari hadapan suami dan madunya. 

***

Di hari bebas ini, para siswi mendapat kesempatan keluar asrama. Kia dan keempat temannya berkumpul di kantin, mereka baru saja sarapan. 

“Kalian nggak ada yang mau keluar? katanya kalau hari Minggu bebas,” tanya Kia.

“Ki, keluar dari asrama itu hanya sebuah wacana, nyatanya untuk dapat izin aja sulitnya minta ampun. Kita harus punya alasan yang benar-benar mendukung untuk itu, dan alasan apa coba kalau semua kebutuhan kita sudah ada di dalam asrama?” jawab Danisha. 

“Kamu pengen keluar ya Ki?” Dita memainkan raket badminton yang dibawanya. 

“Nggak sih, cuma tanya aja. Kamu kok bawa-bawa raket mau kemana Dit?” 

“Kita rencana mau main bulu tangkis di lapangan Kia, mayan loh nanti bisa cuci mata. Soalnya kalau hari minggu gini kelompok kak Husin biasanya main disana,” ucap Arin penuh semangat. 

“Huuuu, dasar kamu Rin, jadi itu alasannya ngajakin kita main bulu tangkis?” Shella mencebik. Arin tersenyum malu mendengar ledekan kawan-kawannya. 

“Siapa Kak Husin?”

“Aku belum cerita ya Ki, aduh kenapa bisa aku lupa masalah sepenting ini,” ucap Shella, kini ia yang tampak lebih semangat daripada Arin, “dengarkan ya, kak Husin itu adik kandungnya kak Nia. Dia sepantaran sama kita, sama-sama kelas sebelas dan…kalau kak Nia aja secantik itu, kamu pasti bisa bayangkan gimana cakepnya Husin Hanan At-taqiy.” Mata Shella berbinar, menatap langit-langit kantin, membayangkan wajah Husin disana. 

“Oh namanya Husin Hanan At-taqiy,” gumam Kia terkesan cuek. 

“Ih, responnya gitu aja. Nggak penasaran kamu Ki?” tanya Shella lagi. 

“Nggak.” 

“Tapi kamu ikut kan Ki?” Arin mencomot pisang goreng terakhir dalam piring mereka. 

“Nggak deh, aku mau keperpus aja hari ini. Maaf ya, mungkin lain hari aku ikut.” 

“Yang benar aja, rugi dong. Nggak bisa lihat ketampanan kak Husin.” Mata Danisha mengerjap berkali-kali saat mengucapkan kalimat andalan sejuta umat itu dengan nada khasnya. Kia hanya tersenyum. 

Mereka pun berpisah, Kia berjalan seorang diri menuju perpustakaan. Ia mencari-cari buku panduan belajar mengaji, Kia sangat ingin bisa mengaji agar nanti bisa mendapat kesempatan mengaji di depan Nia langsung. Ia masih sangat terobsesi dengan penglihatannya beberapa waktu lalu. 

Kia begitu bahagia saat menemukan buku yang sesuai dengan keinginannya, ia berjalan menunduk menuju meja perpustakaan, dan tak sengaja menabrak seseorang. Buku di tangan masing-masing berjatuhan ke lantai. 

“Aduh, maaf ya kak. Aku nggak sengaja, aku nggak lihat jalan,” ucap Kia takut. 

“Nggak apa-apa kok Dik, lain kali hati-hati aja,” jawab wanita cantik di depannya. Kia menerima buku dari tangan wanita itu, dan saat tangan mereka tak sengaja bersentuhan. Kia kembali terkejut, selain Nia, ia bisa melihat masa lalu wanita di depannya ini.  

Siapa ya kira-kira wanita itu? Ada yang bisa tebak? Hehe

Btw baca tepat waktu dong dears, please jangan tumpuk bab. Authornya juga lagi berjuang, sepertinya lagunya pak Haji. Berjuang, berjuang, berjuang sekuat tenaga.

Ups, siapa yang bacanya pake nada? 🤭🙏

Terpopuler

Comments

FiaNasa

FiaNasa

apakah teror yg Nia rasakan itu dr madunya ya

2024-04-21

0

Valent Theashef

Valent Theashef

nur kah thor,kyakny emang antra nur ma nia ada masa lalu yg msih trsembunyi..

2024-03-23

1

Andini Andana

Andini Andana

othor nya doank... 🤣🤣🤣
🏃🏃🏃🏃🏃

2024-03-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!