TBB 5

Pelataran masjid ramai oleh para gadis yang ingin mengikuti acara mengaji, Kia hampir tak menemukan tempat, ia duduk diujung dengan posisi satu kaki menopang tubuh, ia hanya mendapat tempat duduk separo saja.

Gadis-gadis yang berkumpul di luar masjid saat ini adalah mereka yang sedang berhalangan atau datang bulan, mereka tak bisa masuk masjid, tapi masih boleh menyimak jalannya acara mengaji bersama dari luar masjid, dan boleh bersalaman dengan Nia saat wanita itu melewati mereka nanti. Tapi itu hanya bisa dilakukan oleh mereka yang duduk di barisan pertama, tak berlaku bagi Kia yang hampir tak mendapat tempat duduk seperti saat ini. 

Kia merasa kakinya mulai kram, gadis-gadis di sebelahnya tak ada yang ia kenal. Mereka sibuk membicarakan betapa cantiknya Nia, pintar, shalihah, ramah, pandai mengaji, bersuara merdu dan lain sebagainya. Nia kini paham, kenapa Shella tadi mewanti-wantinya agar datang lebih awal, dan Kia menyesal kini. 

Tiba-tiba saja para gadis berdiri, Kia melihat seorang wanita cantik mengenakan gamis putih dengan warna hijab senada, ia terlihat anggun di balik gamisnya yang tampak mempesona. Wajah yang teduh dengan senyum menentramkan jiwa. Kia turut berdiri, tapi ia terpana dan tak sadar bila tubuhnya terombang-ambing oleh gerakan gadis lain yang ingin maju dan bersalaman dengan Nia. 

Kia bisa menghirup aroma manis saat Nia melewatinya, kini wanita itu telah masuk masjid, dan duduk pada bangku yang sudah disiapkan oleh para siswi. Kia baru tersadar bahwa ia telah duduk sempurna di barisan pertama, entah bagaimana ceritanya ia bisa pindah tempat, seingatnya ia terpesona pada wajah Nia beberapa saat lalu. Kia tak peduli, ia hanya bersyukur kini bisa duduk nyaman menyimak acara mengaji bersama. 

“Kamu anak baru ya?” 

Kia terkejut, ia memandang gadis disampingnya, lantas menunjuk pada dirinya sendiri seolah bertanya apakah pertanyaan gadis itu ditujukan padanya. 

“Iya, kamu.” 

“Ah, iya. Aku anak baru kelas sebelas. Dari kamar lantai bawah nomor satu.” 

“Oh, kamar sampingnya kamar mandi itu ya? bagaimana tinggal disana? aman kan?” 

“Maksud kamu?” 

“Bukan apa-apa, lupakan saja. Kak Nia sudah mulai mengaji, lebih baik kita fokus mendengarkan.” Gadis itu tersenyum, lantas kembali memandang ke arah masjid, mendengarkan suara Nia yang mulai melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran. 

Kia otomatis ikut diam, saat menyimak bacaan al-Quran ia merasa ada getaran dalam hati, tiba-tiba saja air matanya meleleh, ada rasa rindu yang tak mampu terlukis, entah bagaimana dan pada siapa rindu itu. Hanya saja, Kia tau ia merasa seolah menemukan apa yang dicarinya selama ini, kedamaian. 

Hampir satu jam, tilawah Al-Quran yang dibawakan Nia sampai di penghujung acara. Kia dapat melihat beberapa gadis maju satu persatu dan mengaji di depan, disimak langsung oleh Nia. Kia merasa insecure tiba-tiba, bagaimana jadinya kalau ia yang mengaji di depan sana? membaca satu kata dalam Al-Quran saja ia tak mampu. 

“Maaf, itu nanti yang ngaji di depan sudah ditentukan atau sembarang siswi?” tanya Kia pada gadis di sebelahnya, gadis itu menoleh dan tersenyum. 

“Itu sudah sesuai jadwal, sudah ada kakak senior yang akan membantu membagi jadwalnya, kamu nanti juga pasti akan dapat bagian.” 

“T-tapi, aku sama sekali belum bisa mengaji, bisa diketawain banyak orang kalau aku ngaji di depan begitu,” jawab Kia malu-malu. 

“Tenang saja, kakak senior akan ajarkan kamu sebelum mengaji sama kak Nia. Aku dulu juga seperti kamu, buta huruf hijaiyah.” 

“Huruf apa maksudmu? jayah?”

“Hi-ja-i-yah, itu seperti huruf alfabet untuk membaca sebuah tulisan. Aku dulu mualaf, jadi aku sama sekali tak memahami semuanya, apa kamu juga sama?” 

Kia menggaruk kepalanya yang tak gatal, bahkan jilbabnya yang sedikit miring semakin miring sebab ulah tangannya. “B-bukan, aku bukan mualaf. Tapi memang belum pernah mengaji sama sekali,” ucapnya. 

“Oh.” Gadis itu mengangguk paham, keduanya menghentikan percakapan saat Nia mengucapkan salam dan mulai keluar masjid, berjalan pelan sembari menerima jabatan tangan gadis-gadis yang setia menunggunya di luar ruangan. Kali ini Kia juga ingin ikut serta, ia bersiap-siap untuk mengulurkan tangannya, sebelumnya ia juga menyimak bagaimana cara para gadis itu bersalaman dengan Nia. 

Kia beruntung, ia dapat bersalaman dengan Nia walau hanya sebentar. Tapi, kesempatan singkat itu membuatnya tercengang, sesuatu yang tak biasa terjadi padanya. 

.

Sepulang mengaji bersama di masjid, Nia masuk ke dalam rumah setelah mengunci pintu, mertuanya baru saja berpamitan pulang, kini di rumah besar itu hanya tinggal dirinya bersama suami dan istri baru suaminya. 

Dewa memanggilnya saat melihatnya datang mendekat, sepasang pengantin baru itu rupanya tengah menunggu kedatangannya di ruang tamu. Nia berjalan mendekat dan duduk di sofa depan suaminya. 

“Ada apa Mas?” 

“Begini Nia, ada yang ingin mas sampaikan kepada kalian berdua. Karena ini malam pertama kita tinggal bertiga, dan pertama kalinya juga Nur tinggal bersama kita, maka mas akan buat sedikit peraturan. Lebih tepatnya mas akan membagi malam-malam di antara kalian berdua.” Dewa menghentikan ucapannya sejenak, Nur dan Nia sama-sama mengangguk. 

“Dalam satu minggu, mas minta satu hari kosong untuk mas bisa bebas, entah nanti mas isi apa malam itu biar jadi urusan mas. Selebihnya mas akan membaginya, tiga hari bersama Nia dan tiga hari bersama Nur. Tapi maaf Nia, meskipun kamu istri pertama, mas tak bisa memulainya dari kamu. Mas mohon kamu mengerti, karena Nur dan mas masih pengantin baru. Insya Allah selepas tiga hari kedepan, mas akan kembali ke kamar bersamamu, apa kamu ridha dengan keputusan mas?”

Nia mengangguk lemah, apa yang bisa diperbuatnya selain menerima? suaminya menikah lagi sebenarnya ia tak rela, tapi apa gunanya jika pendapatnya tak bisa mematahkan keyakinan lelaki itu. Jika cintanya saja tak mampu memenuhi ekspektasi sang suami, tapi ia wajar mengingat kekurangan dirinya yang belum mampu memberi gelar ayah pada nama suaminya.

“Baiklah, istirahatlah sekarang. Ini sudah malam, kami pun akan kembali ke kamar,” ucap Dewa padanya. Tak sepatah kata keluar dari bibir Nia, ia berjalan sambil menunduk kembali ke dalam kamar. 

Nia mengunci pintu, ia memutuskan mengganti gamisnya dengan pakaian tidur, lantas memilih meraih buku bacaannya yang ia letakkan di atas nakas, sengaja Nia habiskan malam dengan membaca buku tentang sabar dan syukur, ia ingin melatih hatinya agar lebih ikhlas dengan garis hidup yang terasa menyesakkan. 

Detik berganti menit, menit berganti jam. Tak terasa jarum jam dinding menunjukkan pukul dua belas malam, Nia bersiap untuk tidur, ia tak ingin lambat bangun sholat tahajud nanti. Sebenarnya ia hanya ingin membaca sebentar, tapi ia lupa waktu sebab usaha mengalihkan pikirannya dari membayangkan apa yang sedang dilakukan Dewa bersama Nur membuatnya larut dalam isi buku. 

Baru saja meletakkan buku kembali di atas nakas, tiba-tiba Nia mendengar suara benda besar jatuh ke dalam air, suaranya keras dan cukup membuatnya terkejut. 

“Astaghfirullah, suara apa itu?” Nia baru sadar jika suara itu berasal dari dalam kamar mandi, saat percikan air, efek benda jatuh terdengar mengenai lantai.

“Apa yang jatuh?” gumamnya, Nia berjalan pelan, ingin memastikan sendiri apa yang sedang terjadi dalam kamar mandinya. Membuka pintu perlahan, Nia terkejut sebab lantai kamar mandi masih kering, bahkan air dalam bak mandi juga tampak tenang, tak ada satupun benda jatuh di dalam air. 

Nia yakin mendengarnya sangat jelas, bukan dari tempat jauh, melainkan dari kamar mandi di kamarnya sendiri. Nia mencoba abai, menutup kembali pintu dan berjalan menuju ranjang. Nia memilih rebah, setelah sebelumnya mematikan lampu utama dan menggantinya dengan lampu tidur. Saat hendak membaca doa, Nia kembali mendengar suara.

Kecipak-kecipak…

Suara seseorang memainkan air, Nia segera duduk, memeluk lutut mulai ketakutan. 

“Astaghfirullah, ada apa ini?”  

Terpopuler

Comments

Kamilatul Asfa

Kamilatul Asfa

anak itu bonus,..tak bisa jdi alasan untuk menikah lg krna yg pertama blum hamil,biarkan Nia brsama lelaki lain yg menerima kekurangnny..

2024-05-01

1

FiaNasa

FiaNasa

kasian Nia,,dia harus ikhlas & rela berbagi suami

2024-04-21

0

Yurnita Yurnita

Yurnita Yurnita

kaburrrrrrr

2024-05-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!