Tami yang Malang

Ferdian memperhatikan Tami dari kejauhan, ia asik bermain ayunan.

"Ceritakan apa yang terjadi Louise kenapa Tami bilang orang tuanya tak pernah menyebut nama Tami? Ini sedikit aneh."

Louise menarik nafas panjang sebelum menjawab, "Tidak aneh jika mereka bukan orang tua kandungnya."

"Apa? Tidak mungkin, jika mereka bukan orang tua kandungnya kenapa mereka bisa terus bertengkar dan ibunya sampai berakhir disini?!"

"Mereka memang shock, mereka memang bertengkar tapi itu bukan murni karena kehilangan Tami." Louise menjawab gamang, ada rasa sedih yang mendalam dari nada suaranya.

"Apa, apa yang aku lewatkan?" Ferdian bingung, bagaimana ia membantu Tami jika informasi yang diterima tidak akurat.

Louise melemparkan pandangan ke arah Tami, "Tami itu, klien unik. Beberapa kurir pernah mendampinginya tapi dia menolak, bahkan ia membunuh kurir terakhir."

Ferdian mendengarkan dengan baik, dan Louise mulai bercerita. Awalnya Tami hanya roh penasaran biasa yang butuh disempurnakan. Tami rindu orang tuanya tapi orang yang dianggapnya ayah dan ibunya itu tak pernah sekalipun mengirimkan doa untuk Tami yang telah pergi. 

Tami hanya ingin disebut namanya, dipanggil namanya untuk bisa pulang. Hal yang sederhana tapi ternyata begitu sulit diwujudkan baik oleh ayah dan ibunya ataupun para kurir sekalipun. Kesalahan fatal dilakukan kurir terakhir saat ia tak bisa menafsirkan informasi Thomas dan juga Louise. Tami dibawa ke dunia bawah tanpa seijin Thomas. Kurir itu mengira, dengan mempertemukan Tami dan roh sang ayah maka tugasnya berakhir.

Dunia bawah adalah dunia paling berbahaya yang hanya bisa dimasuki roh yang telah melewati terowongan kematian. Tami dan kurir terakhir terjebak di dunia bawah. Roh yang ingin terbebas dari dunia bawah berlomba menguasai Tami agar bisa kembali ke dunia nyata.

Louise menghentikan ceritanya, suaranya tercekat seolah ada hal yang berat.

"Kamu baik-baik saja?" Ferdian khawatir karena Louise berusaha menahan air matanya yang menggantung.

"Iya, aku baik ... kurir itu adalah kekasihku."

"Louise, kamu nggak perlu lanjutkan cerita kalau itu berat." 

Louise memejamkan mata sejenak mengatur nafasnya sebelum kembali bicara. "Dia tewas di dunia bawah, manusia biasa tidak akan mampu bertahan disana, itu dunia terlarang meski kau seorang kurir arwah sekalipun."

"Ya Tuhan, begitu mengerikannya kah tempat itu?"

"Ya, dunia bawah dikuasai iblis dan roh jahat. Jika kau tersesat didalamnya bisa dipastikan kau akan tewas dan jika roh seperti Tami yang masuk kesana ia akan menjadi roh jahat yang sangat mengerikan."

Ferdian bergidik ngeri dengan cerita Louise, ia kembali menatap Tami yang masih asik bermain.

"Lalu bagaimana Tami bisa bebas?"

"Thomas menyelamatkannya, tapi membawa Tami kembali bukan perkara mudah. Tami hampir dikuasai sepenuhnya oleh roh jahat, dan dia belum terbebas sepenuhnya. Itu sebabnya ia bisa melukai manusia. Dia hanya punya waktu sekali ini saja sebelum akhirnya akan dihancurkan."

"Dihancurkan? Kenapa?" 

"Tami sudah melukai banyak manusia dan itu terjadi berulang kali, dia mulai lepas kendali bahkan bisa keluar dari gerbong tanpa diketahui."

"Perlu diketahui para roh penasaran yang ada dalam gerbong tidak bisa keluar masuk seenaknya. Ada pagar yang dibangun untuk membatasi ruang gerak mereka. Mereka hanya bisa keluar jika telah mendapatkan kurir sebagai pendamping." Lanjut Louise lagi.

"Lalu bagaimana orang tuanya sekarang?"

"Tami diambil dari orang tua kandungnya saat baru dilahirkan, sayangnya Tami hanya dijadikan anak pancingan. Mereka tak benar-benar menyayangi Tami, didepan orang mereka bertingkah layaknya orang tua sesungguhnya tapi di dalam Tami tak.pernah dipedulikan. Keduanya sibuk dengan urusan masing masing dan mengabaikan Tami."

"Ditambah lagi usaha dengan mengadopsi anak justru tidak membuahkan hasil jadi Tami semakin tak berharga dimata mereka?" Ferdian menambahkan.

"Betul, jadi yang utama sekarang. Cari orang tua kandungnya. Ini foto bayi Tami, dia memiliki tanda lahir merah di betis."

Ferdian mengambil foto itu lalu melihat informasi lain yang dibawa Louise. Ferdian mengernyit, "Rumah Panti Anyelir?"

Louise mengangguk, "Orang tua Tami yang asli ada disana mereka pengurus panti."

Ferdian memasukkan informasi itu dalam amplopnya, "Apa aku perlu dunia bawah juga?"

Louise menatap Ferdian, "Aku harap kau tidak melakukannya. Cegah jangan sampai Tami memasuki dunia bawah! Ini pesanku."

Louise pergi setelah berpamitan pada Tami. Ia kembali menghilang dalam tabir dimensi. Ferdian menggaruk kepalanya, kasus yang rumit dan berputar putar. Ferdian ingin mengetahui satu hal sebelum mereka pergi dari rumah sakit.

"Hai Tami, bagaimana kalau kita bertemu ibumu dulu?"

Tami mengangguk, Ferdian pun membawa Tami ke ruangan tempat ibunya dirawat melalui dimensi gaib. Wajah Tami terlihat bahagia saat melihat ibunya yang tengah duduk ditepi ranjang.

Wanita yang dianggap Tami ibunya itu diam mematung dengan mata kosong yang menatap di dinding. Ferdian melirik jam tangannya, pukul sembilan malam.

"Ibu, aku merindukanmu!" Tami menghampiri dan memeluk wanita itu.

"Ibu, kenapa kau diam saja? Ini aku Tami datang ibu, apa kau tidak merindukanku?" Racaunya dengan mata yang berkaca kaca.

Wanita dengan wajah pucat itu perlahan mengubah posisinya. "Tami, apa kau Tami?"

"Iya Bu, ini aku Tami." Wajah Tami terlihat bahagia, ibunya mengenali dirinya.

"Ta-tami? K-kau benar benar Tami?"

Wanita itu bertanya sekali lagi dan Tami lagi-lagi mengangguk.

"Ti-tidak, tidaaaak!" Wanita itu tiba-tiba saja menjerit histeris. "Kau bukan Tami! Kau bukan Tami! Tapi sudah mati, matii!"

"I-ibu …," Tami berjalan mundur, ia tak percaya sang ibu menolak dirinya. Tami shock.

"Kau bukan Tami, aku tak punya anak! Aku tidak punya anak! Aku senang kau mati, kau memang seharusnya mati! Kau telah membuat hidupku menderita! Aku benci kau, benci!" Wanita itu berteriak dan mengumpat Tami dengan kasar.

Sebuah penolakan yang mengejutkan Tami, ia menangis tanpa suara sebelum akhirnya,

"Aaaaaaargh!"

Satu teriakan panjang dengan nada tinggi keluar dari mulut Tami, begitu tingginya hingga memecahkan semua kaca jendela di bangsal itu. Ferdian melindungi kepala, ia tak kalah terkejutnya. Sosok Tami yang menggemaskan berubah mengerikan. Mata hitam sekelam malam, wajah pucat kebiruan serta mulut yang ternganga lebar bak lubang hitam tanpa ujung.

"Tami, kendalikan dirimu!" Ferdian berteriak tapi Tami tak mendengar. 

Gadis kecil itu terus berteriak dan membuat wanita yang dianggap ibunya itu terhempas keras ke dinding. Darah segar keluar dari mata, hidung dan telinganya. Teriakan Tami menghasilkan gelombang kejut luar biasa yang sangat berbahaya.

Pin Ferdian berkilau, suara Thomas berbisik dalam kepala Ferdian. Itu mantra kuno penenang.

Ferdian berjalan mendekati Tami yang semakin tak terkendali. Memegang bahu gadis kecil itu, lalu menirukan mantra kuno yang diajarkan Thomas. Cahaya keemasan muncul dari tangan Ferdian, perlahan Tami pun diam dan menurut.

"Tenanglah Tami, tenang! Kau gadis kecil yang baik."

Wajah Tami berangsur kembali, ia pun berhenti dan memeluk Ferdian."Tenanglah sayang, ada paman disini."

Nafas Ferdian memburu, menaklukan Tami menguras energinya. Ferdian menatap tubuh wanita bernama Asih yang jatuh tertelungkup dengan darah membanjir. Sambil menggendong Tami, Ferdian pergi meninggalkan ruangan yang kini heboh dengan para perawat yang berlarian kesana kemari.

Ferdian tak terlihat siapa pun, ia menembus batas dimensi membawa serta Tami pergi. Gadis kecil itu tertidur dalam gendongan Ferdian. Ferdian tiba di sebuah ruangan yang dijaga dua orang lelaki.

"Lebih baik kau tidur sayang, terlalu berbahaya jika kau melukai manusia terus menerus."

"Dia memang sedikit merepotkan." Suara Thomas terdengar di belakang Ferdian.

"Kau benar, aku akan menemui orang tuanya sendiri. Jaga dia Thomas pastikan dia tidak terbangun sebelum aku selesai mencari siapa orang tuanya."

Thomas duduk di tepi ranjang, ia menjawab dengan suara parau nya. "Waktunya tidak banyak, Tami sedang dalam incaran roh jahat jika dalam dua hari ia tidak memasuki terowongan … kau, harus membunuhnya!"

Ferdian tak menjawab ia menata gadis kecil itu dengan iba. "Aku berjanji akan membawamu ke terowongan, dan akan aku pastikan itu terjadi."

 

Terpopuler

Comments

Mahesa

Mahesa

bagaimana caranya membunuh arwah orang mati ?

2024-04-29

2

Yuan Li

Yuan Li

Tugas yg sulit....

2024-04-24

0

Ali B.U

Ali B.U

next

2023-08-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!