Mendekati Ilham

Ferdian menunggu saat yang tepat untuk menghampiri Ilham, langkah kaki remaja itu cukup cepat hingga dalam hitungan menit ia hampir sampai di rumahnya. Ferdian pun urung mendekat.

Ilham segera masuk ke dalam rumah, sementara Ferdian memilih untuk berdiri memperhatikan dari rumah seberang. Ferdian sengaja memposisikan dirinya berada di sisi dimensi gaib, agar kehadirannya tak membuat curiga siapa pun. Ilham membuka pintu rolling door, mengeluarkan kendaraan  bermotor yang telah dimodifikasi khusus untuk mempermudah mengangkut galon air dan juga tabung gas.

Ferdian masih berada dalam mode mengamati. Ilham dengan cekatan membawa beberapa galon yang siap diantar ke pelanggan, menatanya agar bagian belakang motor bisa memuat banyak. Sesekali peluh menetes tapi ia tak peduli.

"Bukan anak cengeng rupanya."

"Ilham anak yang baik. Dia tak pernah sekalipun mengeluh setiap membantu saya." Pak Hadi tiba-tiba saja muncul disebelah Ferdian.

"Sekarang dia sendirian, saya hanya berharap dia bisa menjalani hidupnya dengan sedikit tabungan yang tak seberapa itu." Raut wajah sedih diperlihatkan pak Hadi, ia mengusap matanya yang basah.

"Saya yakin Ilham bisa melaluinya pak. Ohya apa dia suka beladiri?"

Pak Hadi menggeleng pelan, "Tapi dia suka membaca novel silat dan sejenisnya. Kadang dia terbawa suasana dan mengikuti gerakan dalam cerita itu." kenang lelaki tua yang sayangnya kurang beruntung dengan usia pendek.

Ferdian tersenyum gamang, ia kembali memperhatikan Ilham. Remaja tampan itu sedang menunggu seseorang.

"Apa pak Hadi punya karyawan?"

"Nggak mas, saya bekerja sendiri. Mungkin karena Ilham kerepotan jadi dia minta bantuan orang lain." Pak Hadi ikut penasaran dibuatnya.

Senyum Ilham mengembang seketika, ia melambaikan tangan pada seorang lelaki yang berjalan ke arahnya. Ferdian sontak mengernyit, "Badri?"

"Mas Badri! Alhamdulillah, saya kira mas nggak datang hari ini."

Lelaki yang bernama Badri membalas sapaan Ilham, "Masa nggak datang Ham, kasian kamu nanti. Gimana banyak antaran nggak hari ini?"

"Alhamdulillah mas, sedikit banyak disyukuri saja. Mas sudah off ya hari ini?"

"Iya, udah. Sekarang mau bantuin kamu, tapi maaf ya nggak bisa lama. Sebelum jam tujuh malam aku harus pulang. Kalo nggak nanti istriku marah ditinggal kelamaan."

"Iya mas, nggak apa-apa kok. Sudah dibantu keliling antar barang aja saya udah seneng. Maklum saya belum berani bawa sampai jauh." Ilham menjawab, ada sedikit kekecewaan di dalam kalimatnya.

Obrolan keduanya mengalir ringan hingga akhirnya Badri pamit dengan membawa kendaraan bermotor khusus yang telah berisi galon air kemasan isi ulang dan juga beberapa tabung gas.

"Siapa lelaki bernama Badri itu pak?" Ferdian tak bisa menutupi rasa penasarannya.

"Badri, seingat saya dia itu pernah datang untuk membantu saya beberapa kali. Cuma saya nggak suka orangnya. Dia terlalu lancang, nggak sopan dan saya juga nggak suka sama cara dia bekerja."

"Maksud bapak gimana? Tidak sopan? Apa dia pernah melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan?"

"Saya pernah pergokin Badri sedang mencari sesuatu dalam kamar Ilham. Waktu saya tanya dia gugup dan bilang mau pinjam charger hp. Waktu itu saya cuma diam tapi tetap kasih dia pinjam charger meski rasanya tidak masuk akal. Hp Badri dan Ilham berbeda, apalagi keduanya juga jarang ngobrol."

"Terus ada lagi?"

"Dia beberapa kali juga mengendap ngendap ke dalam rumah, hampir masuk ke dalam kamar saya juga."

Ferdian berpikir sejenak, "Apa bapak curiga kalo dia juga yang bunuh bapak? Satu satunya orang yang punya akses masuk ke dalam rumah selain Ilham adalah Badri kan? Selain itu tingkah anehnya juga mencurigakan."

"Saya juga berpikir begitu mas, sayang sekali ingatan saya kabur malam itu. Saya hanya ingat tiba-tiba saja ada yang memukul dari belakang dan setelah itu saya sudah ada dalam gerbong bersama Thomas dan yang lain."

Ferdian berusaha mencerna informasi dari pak Hadi, kesimpulan awal Badri adalah tersangka utama kematian pak Hadi. Itu diperkuat dengan energi negatif yang terasa kuat saat Ferdian bersinggungan dengan lelaki berkulit eksotik itu. Tapi Ferdian tak ingin cepat bertindak dengan asumsi yang masih prematur, ia butuh bukti lain yang lebih kuat.

Keduanya kembali terdiam, memperhatikan Ilham yang sedang menulis sesuatu dalam buku. Ferdian pun berinisiatif mendekat dan keluar dari dimensi gaib.

"Pak Hadi lebih baik disini saja, energi bapak belum kuat untuk bisa mendekat dan berinteraksi dengan Ilham."

Pak Hadi mengangguk pelan, mata tuanya menatap sayu anak lelaki yang duduk tak jauh dari dirinya. Ferdian pun mengambil jarak aman sebelum akhirnya muncul tidak jauh dari pagar sisi kanan rumah pak Hadi.

"Selamat siang,"

Ilham mendongak, senyumnya mengembang melihat wajah Ferdian. "Siang mas, ada perlu apa ya? Butuh air minum kemasan, makanan ringan, gas, atau sembako mungkin."

Remaja tanggung itu dengan cepat menawarkan barang dagangannya. Ilham tak menyia nyiakan waktu, ia menghampiri Ferdian yang masih termangu di teras toko kecil miliknya.

"Saya cuma mau menanyakan alamat."

"Oh, alamat." Raut kecewa menghiasi wajah Ilham.

"Ada rokok?" Tanya Ferdian kemudian yang seketika membuat ekspresi kecewa itu menghilang.

"Ada mas, mau rokok apa?"

Ferdian lantas menyebutkan satu merk rokok yang terlihat di etalase kecil. Ilham memberikan bungkus rokok yang dimaksud.

"Saya boleh duduk disini? Panas banget hari ini, cari alamat gak ketemu juga."

"Boleh mas, silahkan. Ada minuman dingin kalau mas mau." Ilham kembali menawarkan.

Ferdian mengangguk setuju dan meminta sebotol minuman bersoda untuk membasahi tenggorokannya. Ilham kembali menulis di buku catatan miliknya, Ferdian sedikit mengintip.

Remaja itu sedang menyalin orderan yang masuk melalui ponselnya ke buku. Selarik senyum mengembang di bibir Ferdian.

"Rame mas?" Ferdian bertanya setelah menghabiskan setengah minumannya.

"Alhamdulillah, maaf saya nyambi kerja ya mas."

"Panggil pak aja mas, usia kita jauh berbeda nanti saya keliatan masih muda terus." Balas Ferdian yang kembali menenggak minuman bersodanya.

"Oh iya, maaf pak. Kebiasaan, lagipula masih pantes dipanggil mas daripada bapak." Ilham mengulas senyum lalu kembali berkutat dengan catatannya.

"Sepi ya, kamu sendirian?"

"Iya pak,"

"Saya cari alamat pak Hadi dimana ya rumahnya?" Ferdian memancing reaksi Ilham.

"Pak Hadi? Alamatnya pak?"

"Jalan Kerinci nomor 9A, katanya rumah beliau nggak jauh dari masjid. Tapi dari tadi muterin gang sini kok nggak nemuin masjid ya?"

"Coba saya lihat alamatnya pak,"

Ferdian menyerahkan secarik kertas dari sakunya pada Ilham. Remaja tanggung itu membacanya dengan teliti sebelum akhirnya berkata.

"Satu satunya yang bernama pak Hadi dan sesuai dengan alamat ini ya cuma bapak saya pak. Tapi sayangnya bapak sudah meninggal dua bulan lalu."

"Lho meninggal? Kenapa?"

Ilham muram lalu dengan berat hati menjawab, "Dibunuh pak,"

"Oh maaf, saya ikut berduka. Saya terlambat datang kalo begitu."

"Bapak siapa, apa ada sangkut paut hutang piutang sama bapak saya?"

"Iya, bisa dikatakan begitu." Ferdian membuka bungkus rokoknya dan menyalakan sebatang.

Ilham kembali bertanya setelah Ferdian menyalakan rokoknya. "Boleh saya tahu pak berapa jumlah hutang atau piutang bapak saya?"

Ferdian menghembuskan asap tipis rokok, menghisap lagi dalam-dalam rokoknya sebelum menjawab.

"Saya yang berhutang padanya, dan tugas saya memastikan kamu menerima hakmu."

Ilham terkesiap, raut wajahnya tak percaya dengan perkataan Ferdian. Bagaimana tidak, setelah beberapa lama ditinggal pak Hadi secara mendadak tiba-tiba saja datang seorang lelaki asing yang menyatakan jika dirinya memiliki hutang pada sang ayah. Ilham sama sekali tidak mengenal Ferdian bahkan tidak ada catatan hutang atas nama orang asing di buku besar penjualan milik pak Hadi.

"Maksud bapak?"

Terpopuler

Comments

Mahesa

Mahesa

selain menjadi kurir pengantar arwah, Ferdian merangkap sebagai detektifnya para arwah. pantas saja bayarannya besar.

2024-04-26

0

Ardianovich

Ardianovich

selamat ilham kamu dapat uang kagett

2024-04-28

0

Ali B.U

Ali B.U

lanjut

2023-07-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!