Akhir dari Drama

"Saya Ferdian, oh bukan saya hanya diminta anak itu untuk menemani." 

Aura tak biasa bisa dirasakan Aiman saat menatap mata Ferdian. Sesuatu yang aneh menekan dirinya membuat tubuh Aiman merespon dengan berdirinya bulu halus di sekujur tubuh. Ferdian bukan orang biasa, itu yang dirasakan Aiman.

Tatapan menyelidik pada Aiman tertangkap oleh Ferdian, ia lalu tersenyum.

"Saya teman ayahnya,"

"Oh, begitu. Tapi sepertinya anda kenal dengan dua tersangka itu?"

"Kenal ya? Ehm, tidak juga. Saya hanya mengetahui apa yang mereka lakukan." Ferdian mengerlingkan mata.

Aiman mengernyitkan dahi, "Kenapa mereka ketakutan, apa yang anda bisikkan pada keduanya?"

Menyadari jika dirinya dicurangi, Ferdian tersenyum simpul. "Kenapa tidak tanyakan saja pada keduanya? Itu kan tugas anda sebagai petugas,"

"Ya tapi," 

Bisikan halus terdengar menyapanya ditelinga membuatnya menoleh ke kanan. Tapi tak ada siapapun disana. Aiman heran dan menoleh lagi pada Ferdian, tapi lelaki tampan yang mengusik rasa penasarannya itu sudah pergi, menghilang begitu saja.

"Kemana dia pergi?"

Ferdian kembali masuk dalam portal dimensi, menutupi dirinya agar tak terlihat manusia. "Aku suka caranya bicara, kita pasti akan bertemu lagi! Pasti!" 

Setelah hampir empat jam menjawab pertanyaan dari pihak kepolisian, akhirnya Ilham keluar ruangan penyidik. Ferdian menyambutnya dengan senyuman dan mengulurkan minum.

"Terimakasih pak, kalau nggak ada bapak saya nggak tau harus bagaimana."

"Ayo kita makan dulu, kamu pasti lapar."

Selama empat jam menunggu Ferdian tidak pernah jauh dari Ilham, ia menemani Ilham dari balik dimensi gaib. Ia tahu persis apa yang ditanyakan para penyidik dan bagaimana Ilham menjawabnya. Ferdian salut dengan remaja itu, ia menjawab dengan jelas, tegas, dan singkat sesuai dengan apa yang ia alami, tidak ada kebohongan dari setiap ucapannya.

"Ham, kamu nggak kepengen cari orang tua asli kamu?"

"Buat apa pak, saya sudah dibuang dari kecil jadi saya juga sudah membuang mereka dari bagian hidup saya. Cuma ada bapak dan bapak saja." jawab Ilham disela makan.

"Semisal dia datang dan meminta maaf ke kamu gimana?"

"Mana mungkin pak, dan saya juga nggak berharap."

Ferdian menatap Ilham dengan senyum masam, tidak heran jika jawaban Ilham demikian. Hatinya pasti terluka mengetahui dirinya adalah anak pungut. Anak yang dibuang oleh orangtuanya sendiri. Dari keterangan pak Hadi, Ilham adalah putra hasil hubungan gelap Bu Atun dengan majikannya saat bekerja di salah satu kawasan elit kota ini.

Bu Atun yang bingung kala itu harus membuang Ilham karena alasan takut dipecat, meski pada akhirnya pil pahit juga harus ditelan Bu Atun. Aji adalah suami keduanya dan Naira bukan anak Aji. Itu sebabnya Aji kerap menyiksa Naira bahkan nyaris melecehkan gadis kecil itu.

"Dunia memang tak pernah adil bagi siapa pun, tapi yakinlah ada kuasa Tuhan yang memberikan keadilan tak berbatas pada umat-Nya." Ferdian teringat ucapan ayahnya dulu saat ia bercerita tentang perundungan yang pernah dialaminya.

Malam mulai mengganti waktu, Ilham yang lelah setelah seharian pergi akhirnya menarik diri dalam mimpi.

Sesuai janji Ferdian, pak Hadi diperkenankan masuk ke dalam mimpi Ilham.

"Waktumu hanya sebentar, katakan seperlunya saja karena kereta akan segera berangkat. Bapak harus segera kembali." Pesan Ferdian sebelum membuka tabir dimensi untuk memasukkan pak Hadi dalam mimpi Ilham. 

Arwah lelaki itu pun masuk ke dalam mimpi Ilham bersamaan dengan cahaya keemasan yang menghilang perlahan. Ferdian menatap wajah Ilham yang tersenyum bahagia. Bulir bening terlihat di sudut mata Ilham yang tertutup.

"Kau pasti sangat merindukannya," 

Ferdian mengusap air mata yang menggantung di matanya wajah Agung membayang, "Maafkan papah, Gung. papah janji akan selalu ada disamping kamu meski kamu nggak bisa lihat papah."

Sebuah amplop berisi surat wasiat yang dituliskan pak Hadi diletakkan Ferdian di atas meja kecil. Beberapa lembar uang juga diselipkan Ferdian di dalamnya. 

"Semoga berguna untuk beberapa bulan ke depan."

Ferdian mengeluarkan jam antik dari sakunya. Jam berdetak melambat sebelum akhirnya berhenti di angka dua belas. 

"Selesai, waktunya pulang!"

Tabir dimensi ruang dan waktu terbuka, pak Hadi keluar dari mimpi Ilham dengan wajah ceria. Ia mengangguk pada Ferdian dan mengikuti langkahnya.

Mereka tiba di stasiun tepat waktu. Kereta Hantu berjumlah tiga belas sudah menunggu. Kabut tipis menghiasi peron, salah satu pintu gerbong terbuka, Thomas muncul seperti biasa tampan dengan topi fedora nya.

"Selamat datang kembali, silahkan naik dan nikmati perjalanannya."

Pak Hadi memasuki gerbong terlebih dahulu. Thomas menghampiri Ferdian, "Good job tuan Ferdian, tugasmu mengantarkannya sampai ke terowongan pastikan dia memasukinya. Tugas kedua sudah menantimu."

Ferdian mengangguk dan menyusul pak Hadi. Suara peluit terdengar panjang, dan kereta hantu pun melaju kembali menembus batas dua dimensi menuju satu tujuan Terowongan Kematian.  

Terpopuler

Comments

Yuan Li

Yuan Li

Jadi ingat drama hotel de luna.... ceritanya mirip tapi beda versi....

2024-04-24

1

Ali B.U

Ali B.U

lanjut..

2023-07-29

1

Ali B.U

Ali B.U

kepo dengan tugas kedua

2023-07-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!