Hiera seorang gadis yang selalu mendapat perundungunan, baik di kampus maupun di keluarga sendiri.
suatu malam dia disiksa ibu tiri dan keluarganya hingga meregang nyawa, tubuhnya pun dibuang ke sebuah jurang.
Hiera nyaris mati, namun sesuatu yang tak terduga terjadi dan memberinya kesempatan kedua.
apakah Hiera mampu bangkit dan membalas orang orang yang telah menyakitinya?
yuk ikuti kisahnya dalam cerita SANG TERPILIH.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aludra08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
01
Tidaria adalah kota besar yang sangat strategis karena terletak di jalur pelayaran internasional. Itulah kenapa kota ini sangat berkembang pesat dan modern.
Tidaria juga disebut kota paradise karena terkenal dengan keindahan alam, terutama pantai pantainya.
Hiera seorang gadis berusia sekitar dua puluh dua tahun tengah berdiri menatap ombak pantai yang sedang tenang.
Hiera sedang menikmati indahnya pantai di kota kelahirannya itu.
Entah kenapa sedari kecil dia sangat menyukai lautan, mungkin karena waktu kecil ibunya sering mengajaknya jalan jalan ke pantai. Hiera ingat, ibunya juga sangat menyukai lautan, jadi pantai adalah tempat bermainnya sedari kecil.
Samudera yang luas terbentang seolah menyimpan misteri di kedalamannya.
Hembusan angin laut yang cukup kencang memainkan rambut indah Hiera. Memandang laut lepas memberikan ketenangan tersendiri bagi Hiera.
Hiera menghela nafas panjang. Ini hari Minggu, keluarga Ayahnya sedang ada urusan bisnis katanya, jadi Hiera bebas keluar hari ini.
Bayangan ketika Hiera bersama ibunya melintas di benak Hiera. Dulu ketika ibunya masih hidup, mereka selalu menghabiskan waktu di pantai ini. Hiera kecil sangat bahagia memiliki orangtua yang sangat menyayanginya.
Namun kebahagian yang dia miliki terenggut setelah ibunya meninggal karena kecelakaan lalu lintas.
Sejak kematian ibunya, tiba tiba ayahnya membawa istri baru beserta seorang anak. sejak itu pula penderitaan dan siksaan selalu diterima Hiera.
Ayah yang dulu selalu penuh kasih sayang berubah drastis. Dia jadi begitu kejam selayaknya Hiera adalah orang lain baginya. Apalagi ibunya Hiera ternyata telah membuat surat wasiat, bahwa semua harta kekayaan milik ibunya telah diwariskan padanya. Dan kekayaan ibunya itu akan jatuh ke tangannya setelah ulangtahunnya yang ke dua puluh dua.
Itulah kenapa kini ayah dan ibu tirinya sering melakukan kekerasan padanya, kadang menyiksanya tanpa ampun. Mereka ingin agar Hiera menandatangani dokumen penyerahan harta kekayaannya pada Ayahnya.
Hiera menghela nafas berat. 'Ah sudahlah, jangan terlalu memikirkan beban hidup di sini, aku kan sedang refreshing. Ayo bahagia Hiera' batinnya.
Obsidian sebiru samudera itu kini asyik mengamati perahu perahu nelayan yang merapat ke pantai.
"Kenapa tangkapan kita akhir akhir ini semakin sedikit ya?" Keluh satu nelayan terdengar di indera pendengaran Hiera.
"Iya betul, ikan semakin langka aja di laut!" Satu nelayan lagi membenarkan.
"Aku perhatikan terumbu terumbu karang juga banyak yang mati, laut rupanya sedang sekarat!"
"Huss! Jangan ngomong ngawur kamu! Jika laut sekarat, kita mau menggantungkan hidup kemana?"
Para Nelayan itu masih terus mengoceh hingga hilang dari pandangan Hiera.
Hiera tertegun, kepikiran obrolan para nelayan itu. Kemudian dia memandang lautan yang menghampar biru di depannya. Wahai samudera, apakah kau sedang sakit?
Tanpa Hiera sadari di bibir pantai, geng Hanna sedang asyik bercengkrama. Hanna adalah saudara tirinya. Dia dan geng nya kerap kali menbulinya di kampus.
"Hei lihat itu kan si Cupu!" Bisik Lisa pada dua sohibnya. Mereka kebetulan sedang berswa foto di bibir pantai ketika kebetulan melihat Hiera yang sedang asyik duduk di sebuah bangku kayu di bawah pohon Ketapang.
"Siapa?" Tanya Alda.
"Siapa lagi, si Hiera lah!"
"Mana, mana?" Tanya Sharon sambil memicingkan matanya.
"Itu yang lagi duduk di bawah pohon Ketapang". Jawab Lisa.
"Tumben dia bisa main bebas? Jangan jangan dia kabur dari rumah!" Ucap Alda.
"Eh kita video call Hanna, laporin bahwa si Hiera ada di pantai yang sedang kita kunjungi." Sharon memberi ide.
"Oke tuh!" Jawab dua temannya serempak.
Sharon langsung melihat kontak di handphonenya. Menyentuh nama Hanna melakukan video call.
Video call mereka langsung terjawab. Layar handphone Sharon menampilkan wajah Hanna.
"Hei geng lagi pada dimana?" Tanya Hanna.
"Kita lagi ada di pantai paradise, kamu lagi dimana?" Tanya Lisa yang merebut handphone Sharon.
"Aku lagi jalan bareng si dia dong, so jangan gangguin Doong!" Ucap Hanna sambil melebarkan matanya.
"Cieee yang lagi jalan sama si ganteng, eeh tunggu jangan di tutup dulu, aku mau ngelaporin si cupu ada di sini!"
"Si cupu? Serius?" Tanya Hanna tak percaya.
Lisa memencet tombol pemindah kamera, kamera depan jadi pindah menjadi kamera belakang. Kamera dia arahkan pada Hiera yang masih asyik duduk termenung.
"Kurang ajar! Berani beraninya dia keluar rumah saat keluarga ku gak ada!" Geram Hanna.
"Enaknya diapain nih dia?" Tanya Alda.
"Telanjangi dia di tempat umum dan rekam, beri dia efek jera." Ucap Hanna dengan nada marah.
"Oke bos, laksanakan!" Jawab mereka serempak.
Kemudian mereka bertiga menghampiri Hiera
"Halo cupu!" Ucap mereka berbarengan.
Hiera terperanjat, tidak menyangka dia bakal bertemu geng empat di pantai ini.
Hiera hendak berlalu menjauhi mereka, tapi dua teman Hiera memegangi kedua tangannya.
"Mau apa kalian? Lepaskan!" Hiera berusaha berontak.
Namun cengkraman tangan Lisa dan Alda semakin kuat. Sementara Sharon segera menyalakan aplikasi video pada handphone nya.
Lisa berusaha melepaskan kancing kancing kemeja yang di pakai Hiera. Hiera panik, sekuat tenaga dia melawan. Kakinya menendang Lisa dan Alda membuat kedua gadis itu mengaduh.
Lisa dan Alda naik pitam. Lisa sekuat tenaga memegang dua lengan Hiera ke belakang, sementara Alda berusaha menarik kemeja Hiera.
"Brett!"
Kemeja Hiera sobek di bagian dada, membuat Hiera menjerit histeris, dia tak kuasa menerima penghinaan ini, air matanya telah mengalir.
"Lepaskan brengsek! Cuih?" Hiera meludahi muka Alda.
Air liur mengenai wajah Alda, membuat gadis itu meradang.
"Kurang ajar!" Alda menggeram dengan wajar mengelam.
Bukk! Bukk!
Ditonjok nya wajah Hiera berulang ulang hingga membuat gadis itu jatuh terkapar.
Sudut bibir Hiera pecah dan mengeluarkan darah. Kepalanya pusing dan berdenyut.
Hiera hanya bisa pasrah dan menangis ketika teman teman Hanna itu berusaha membuka pakaiannya sambil membuat videonya.
Orang orang yang lalu lalang hanya memperhatikan kejadian itu tanpa mau melerai. Malah ada yang asyik ikut mengambil videonya.
"Hei Hentikan!" Ucap seorang lelaki dengan suara lantang.
"Jangan ikut campur!" Hardik Lisa berang.
"Tentu aku harus ikut campur, karena aku punya hati nurani, gak seperti kalian semua!" Laki laki itu menghardik balik.
"Kalian mahasiswi universitas Tidaria kan? Ku pastikan kalian di DO dari universitas jika tidak melepaskan gadis itu!" Ancam pria itu.
Ketiga teman Hanna itu serempak menghentikan aksinya. Biar bagaimana pun mereka tak mau jika sampai dikeluarkan dari fakultas.
Mereka kemudian segera melepaskan Hiera, kemudian segera pergi dari tempat itu dengan hati masih dongkol.
Hiera mengusap wajahnya yang basah dan penuh dengan pasir pantai. Sebagian kemejanya telah sobek hingga memamerkan bagian dadanya.
Ingin dia menangis menjerit meratapi nasibnya, namun dia tidak mau memperlihatkan kelemahannya di tempat umum seperti ini.
Hiera berdiri, berusaha membenahi kemejanya yang telah koyak.
Laki laki itu membuka jaketnya kemudian memakaikannya pada Hiera.
"Terimakasih." Ucap Hiera nyaris tak terdengar.
"Tak masalah," ucap laki laki itu. "Hei, kau gadis yang waktu itu di koridor kampus ya? Kau ingat? Kita bertabrakan." Tanya laki laki itu.