NovelToon NovelToon
Tumbal Rahim Ibu

Tumbal Rahim Ibu

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Kumpulan Cerita Horror / Rumahhantu / Matabatin / Iblis
Popularitas:543
Nilai: 5
Nama Author: Mrs. Fmz

​"Ibu bilang, anak adalah permata. Tapi di rumah ini, anak adalah mata uang."
​Kirana mengira pulang ke rumah Ibu adalah jalan keluar dari kebangkrutan suaminya. Ia membayangkan persalinan tenang di desa yang asri, dibantu oleh ibunya sendiri yang seorang bidan terpandang. Namun, kedamaian itu hanyalah topeng.
​Di balik senyum Ibu yang tak pernah menua, tersembunyi perjanjian gelap yang menuntut bayaran mahal. Setiap malam Jumat Kliwon, Kirana dipaksa meminum jamu berbau anyir. Perutnya kian membesar, namun bukan hanya bayi yang tumbuh di sana, melainkan sesuatu yang lain. Sesuatu yang lapar.
​Ketika suami Kirana mendadak pergi tanpa kabar dan pintu-pintu rumah mulai terkunci dari luar, Kirana sadar. Ia tidak dipanggil pulang untuk diselamatkan. Ia dipanggil pulang untuk dikorbankan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14: Kucing Hitam Tanpa Ekor

"Cepat tidur. Aku harus pergi ke kota sebentar, mengurus dokumen terakhir. Tidak akan lama, sekitar empat jam."

Dimas melangkah keluar kamar. Kali ini ia mengunci pintu dengan dua kunci: kunci yang ia gunakan tadi malam, dan satu kunci kuno berkarat yang ia ambil dari saku celana. Kirana mendengar bunyi ganda klik-klak yang menakutkan, yang menunjukkan pintu itu kini terkunci berlapis.

Setelah beberapa saat, terdengar suara mesin mobil yang dihidupkan dengan kasar, kemudian menjauh hingga menghilang ditelan keheningan desa.

Empat jam. Itu waktu yang sangat singkat untuk beraksi, tetapi itu adalah satu satunya kesempatan Kirana. Dimas pergi, dan Nyi Laras, berdasarkan pengamatan Kirana, tidak tidur di rumah utama.

Kirana bangkit. Ia tidak lagi mencoba membuka kunci pintu. Ia tahu itu sia sia.

Ia berjalan ke sudut kamar, tempat ia menyembunyikan cermin retak Kakak Sulungnya di dalam koper. Ia mengeluarkannya, memegang bingkai kayu yang dingin.

"Sumur... Bunga melati... Cari... kunci... emas..." Kirana mengulang bisikan Kakaknya. Kunci emas macet. Bunga melati dan sumur ada di belakang.

Ia melihat ke baskom air yang baru saja Dimas bawakan. Airnya jernih, dan tidak berbau melati. Itu berarti airnya bukan berasal dari sumur yang penuh ritual itu.

Kirana segera mengambil bantalnya dan membelah jahitan di sisi bantal menggunakan jepit rambut yang tadi ia pakai. Ia mengeluarkan isinya: dakron dan kapas.

Ia mengambil kain batik berdarah yang ia temukan di sumur tadi malam, yang ia sembunyikan di dalam tas selempangnya. Ia melilitkan kain batik berdarah itu di gagang kunci emas yang macet di pintu. Lalu, ia menutupinya dengan kapas dan dakron, memaksanya masuk sedalam mungkin ke dalam lubang kunci.

Ia tidak mencoba membuka kunci itu lagi. Ia hanya berusaha menutup lubang kunci dari benda benda gaib.

Setelah memastikan lubang kunci terisolasi, Kirana kembali ke plafon. Ia menarik kursi kayu ke bawah celah yang tadi ia temukan. Ia menaikinya lagi.

Kali ini, ia tidak hanya mengintip. Dengan susah payah, ia mendorong papan kayu itu hingga terbuka, menciptakan celah yang cukup besar untuk ia bisa masuk.

Perutnya yang besar menyulitkannya, tetapi dorongan adrenalin dan kebutuhan untuk bertahan hidup menguatkannya. Ia memanjat kursi, meraih bingkai kayu di sekitar celah, dan perlahan menarik dirinya ke atas, ke dalam loteng yang gelap.

Loteng itu panas dan pengap, berbau seperti kayu tua yang membusuk dan debu. Kirana merangkak pelan, berusaha tidak membuat suara. Ia merangkak menuju jendela loteng yang kecil, yang menghadap ke halaman belakang.

Di sana, di bawah cahaya samar bulan, ia bisa melihat halaman belakang dengan jelas. Di sudut, sumur tua itu tampak menakutkan, diselimuti kegelapan.

Namun, yang menarik perhatiannya bukanlah sumur, melainkan sesuatu yang bergerak di bawah pohon beringin yang jauh lebih besar dari rumah.

Itu adalah kucing hitam tanpa ekor.

Kucing itu tampak kurus dan besar, dengan mata kuning menyala. Kucing itu tidak mengeong, tetapi terus menerus menggesekkan tubuhnya ke batang pohon beringin, dan setiap kali ia melakukannya, terdengar suara gesekan kain kaku yang mengerikan.

Kucing itu kemudian melompat ke atas pagar. Kirana melihat dengan jelas. Kucing itu tidak memiliki ekor, dan alih alih berjalan di pagar, ia berjalan terbalik, keempat kakinya mencengkeram sisi bawah pagar kayu.

Jantung Kirana berdebar kencang. Itu bukan kucing biasa. Itu adalah penjaga gaib.

Tiba tiba, kucing itu berhenti bergerak. Ia mendongak, matanya yang kuning menembus kegelapan loteng. Kucing itu tidak bisa melihat Kirana, tetapi ia tahu ada sesuatu yang mengawasinya.

Kucing hitam tanpa ekor itu melompat turun dari pagar. Ia berdiri di bawah loteng, tepat di bawah jendela, dan mulai mengeong. Eongan kucing itu aneh, terdengar seperti suara wanita yang tertawa terbahak bahak.

"Kau harus kembali ke kandangmu, manusia," suara tawa itu terdengar, tetapi berasal dari mulut kucing.

Kirana tersentak mundur di dalam loteng. Ia tahu ia tidak bisa keluar melalui jendela loteng sekarang.

Ia merangkak ke sisi lain loteng, menuju bagian depan rumah. Ia mencari tempat persembunyian yang aman. Ia merangkak lagi, tangannya menyentuh sebuah kotak kayu tua di sudut loteng.

Ia membuka tutup kotak itu perlahan. Di dalamnya, ia menemukan tumpukan barang barang tua: foto foto lusuh, beberapa helai rambut panjang yang diikat pita merah, dan sebuah buku bersampul kulit yang sudah menguning.

Di antara tumpukan itu, ia menemukan benda yang paling menarik: sebuah kaleng kecil kuno.

Ia mengambil kaleng itu. Dingin di tangan. Di kaleng itu tertulis nama, diukir kasar: Laksmi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!