NovelToon NovelToon
Katakan, Aku Villain!

Katakan, Aku Villain!

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Keluarga / Antagonis / Romantis / Romansa / Balas Dendam
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Amha Amalia

*
"Tidak ada asap jika tidak ada api."

Elena Putri Angelica, gadis biasa yang ingin sekali memberi keadilan bagi Bundanya. Cacian, hinaan, makian dari semua orang terhadap Sang Bunda akan ia lemparkan pada orang yang pantas mendapatkannya.

"Aku tidak seperti Bunda yang bermurah hati memaafkan dia. Aku bukan orang baik." Tegas Elena.

"Katakan, aku Villain!"

=-=-=-=-=

Jangan lupa LIKE, COMMENT, dan VOTE yaaa Gengss...
Love You~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amha Amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Villain Chapter 23

*

"Dendam?" Beo Keyra mengulang ucapan Elena, berusaha ia cerna namun otaknya yang selalu berpikir positif tak mampu mengerti.

"Orang yang memiliki dendam, tak lagi menggunakan perasaan. Hanya pikiran gelap yang menguasainya." Ujar Elena menjelaskannya.

Keyra diam, ia sedikit mengerti maksud ucapan Elena "Kamu benar juga, sekeras apapun kita menasehatinya, sekeras apapun usaha untuk menyadarkannya itu akan percuma jika orangnya di liputi dengan rasa dendam."

Elena mendekatkan wajahnya pada Keyra "Jadi apa menurutmu orang pendendam itu jahat?" Tanyanya terus menatap lekat Keyra.

Tak terdengar jawabannya, kini Keyra justru membalikkan pertanyaannya pada Elena "Menurutmu sendiri bagaimana?"

"Aku bertanya padamu, kenapa kamu malah balik bertanya." Elena memutar bola matanya jengah.

Keyra terkekeh "Baiklah, menurutku orang pendendam itu heummm..." Dia menggantungkan ucapannya sambil mengetukkan jari di dagunya "Penjahat."

Elena mendadak tersenyum, ia sudah menduga jawaban apa yang akan keluar dari mulut Keyra.

"Oh ayolah, hidup dalam dendam itu tidak enak. Bukankah lebih baik saling memaafkan, lalu hidup dengan tenang dan tenteram." Lanjut Keyra tersenyum "Kamu setuju kan sama pendapatku?"

"Tidak." Jawab Elena singkat, padat dan jelas.

"Why? Are you seriously?" Keyra terkejut, menurutnya jawaban dia sudah sangat positif untuk di mengerti, tapi kenapa Elena tidak setuju "Jadi maksudmu orang pendendam itu bukan penjahat?"

Elena berdehem singkat, di raih gelas minuman miliknya yang belum ia sentuh sedikitpun. Sedangkan Keyra hanya memutar bola matanya malas, bagaimana bisa Elena berpikir seperti itu. Bahkan bukannya memberi penjelasan, ia malah dengan santai meminum minumannya hingga tandas.

Pyaarr!

Keyra sangat terkejut saat gelas di tangan Elena terjatuh. Ia berpikir Elena tak sengaja menjatuhkannya, tapi tanpa ia tahu justru hal itu di sengaja Elena "Astaga, kenapa bisa sampai jatuh?!" Di tatapnya pecahan kaca dari gelas yang pecah itu.

Elena pun menatap pecahan kaca itu "Gelas kaca itu sudah pecah, apa menurutmu bisa di perbaiki?" Tanyanya tanpa menoleh ke arah Keyra.

"Ya jelas tidak. Bagaimana memperbaikinya? Mau di lem begitu?" Jawab Keyra tak mengerti pertanyaan aneh Elena "Kalaupun di daur ulang tetap tidak akan sama dengan gelas yang tak sengaja kamu pecahkan itu."

"Tidak ada akibat tanpa sebab. Gelasnya pecah karena kecerobohanku." Tutur Elena kini menatap lawan bicaranya "Begitupun dengan dendam. Apa kamu berpikir dendam itu tidak di dasari karena sebab?"

Elena sejenak menghentikan ucapannya untuk mengambil nafas "Orang pendendam pasti punya alasan tersendiri. Misalnya karena kepercayaan yang sudah di khianati. Kamu lihat gelas itu...." Tambahnya melirik kembali pecahan gelasnya begitupun Keyra "Pecah. Jika kamu daur ulang akan menjadi gelas yang lain. Artinya jika kamu memaafkan orang yang menyakitimu, apa kepercayaanmu masih tetap sama? Apakah bisa mengganti rasa sakitnya dulu? Apakah kata maaf bisa memperbaiki semuanya? Tidak."

"Mungkin ada beberapa orang yang memiliki dendam meski dia sendiri yang salah. Tapi tidak semuanya benar. Bukankah ada istilah orang jahat lahir dari orang baik yang tersakiti." Lanjutnya kini dirinya yang menjelaskan panjang kali lebar pada Keyra "Bagiku dendam bukan berarti jahat, itu adalah sesuatu yang terpaksa di lakukan untuk mendapatkan keadilan."

Keyra bisa mengerti semuanya, ini bukan soal gelas yang pecah namun tentang pengkhianatan. Ia beralih menatap Elena intens, meski yang di tatap mengalihkan pandangannya. Hatinya merasa ada sesuatu yang temannya itu rasakan, topik pembicaraan yang seserius ini bukan sembarang cerita. Seperti yang temannya itu katakan, tidak ada akibat tanpa sebab. Artinya Awal mula pembicaraan ini pasti karena sesuatu yang ia tidak ketahui.

"El, are you okay?" Tanya Keyra menggenggam tangan Elena, sedikit memberi perhatian seolah tahu temannya itu tidak dalam baik-baik saja.

Elena mengangguk sambil tersenyum tipis, sorot matanya menerawang jauh mengingat saat pamannya bercerita tentang kehidupan Bundanya yang begitu pahit. Bundanya terlalu baik hingga memaafkannya, tapi tidak dengan dirinya. Tidak ada seorang anak yang tinggal diam melihat seseorang yang bahagia setelah menghancurkan kehidupan Bundanya. Dia berjanji pada dirinya sendiri, tidak akan melepaskan orang itu.

Faizal, istrinya, juga anaknya, ia akan menghancurkan keluarga itu. Bagaimanapun caranya, meski tidak punya kuasa namun ia bertekad membalaskan perbuatannya. Makian, cacian, hinaan dari semua orang pada Bundanya selama bertahun-tahun, tidak akan bisa di balas hanya dengan kata maaf. Kehancuran keluarga itu adalah Keadilan untuk Bundanya.

*

Waktu terus berjalan dengan begitu cepat, matahari silih bergantian tugas dengan bulan. Keyra setiap hari datang menemui Elena sepulang kampus untuk membantunya berlatih berjalan. Bahkan beberapa kali juga Elena berangkat bareng Keyra ke kampus.

Meski sering terjatuh saat melepas tongkatnya, namun Elena masih tampak bersemangat untuk bisa berjalan normal. Keyra juga terkadang membantunya memeriksakan kondisi kakinya ke rumah sakit. Canda, tawa, mengiringi kedekatan mereka berdua layaknya kakak beradik dan sedang bersenda gurau.

Tak hanya dengan Elena, Keyra juga semakin dekat dengan Nayla Bunda dari Elena. Sering kali ia makan bareng disana, begitupun dengan Satya yang kini tak lagi ketus pada Keyra.

Pagi ini Elena sedang berjalan di atas rumput depan rumah, tak memakai tongkat, meski sesikit nyeri namun bisa ia tahan. Dia tersenyum puas, akhirnya setelah beberapa minggu memakai tongkat kini sudah ia lepaskan. Keyra berdiri di sekitarnya, berjaga-jaga jika nantinya Elena terjatuh lagi. Sedangkan Satya duduk di kursi sambil memperhatikan mereka.

"Masih sakit?" Tanya Keyra menatap luka di kaki Elena yang tidak lagi di lilit perban.

Elena menggeleng "Sudah lebih baik dari kemarin." Ia tersenyum pada Keyra "Makasih ya sudah mau ku repotkan untuk mengajariku berjalan."

"Jangan terimakasih, aku senang bisa membantumu dan lagipula ini tanggungjawabku." Balas Keyra tersenyum tulus "Setelah sembuh, kamu tidak akan memintaku untuk menjauh kan?" Tanyanya, kini teringat beberapa minggu lalu Elena memintanya menjauh.

"Keputusan di tanganmu." Jawab Elena membuat senyuman Keyra semakin mengembang.

"Duduklah, biar ku buatkan minuman untukmu dan Satya." Titah Elena melirik Satya yang sedang duduk memperhatikannya.

"Biar ku ambil sendiri saja, kamu yang duduk." Tawar Keyra, ia sudah cukup dekat dengannya bahkan beberapa kali juga ia membuat minuman sendiri. Sudah seperti rumahnya saja.

"Tidak. Biar ku buatkan, sekaligus melancarkan jalanku." Ucap Elena tak terbantahkan, ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah meninggalkan Keyra dan Satya disana.

Keyra terpaksa duduk, pandangannya tak luput dari Satya yang sejak tadi menatap Elena bahkan sampai Elena sudah masuk ke dalam rumah hingga tak terlihat lagi.

Senyumannya terlihat "Kamu suka sama El?" Tanya Keyra tanpa basa basi.

"Tidak." Elak Satya cepat, ia bahkan mengalihkan pandangannya agar tak terlihat gugup.

Tentu saja Keyra tak percaya, ia bisa menilai sendiri dari tatapan Satya yang begitu hangat pada Elena "Kalau suka bilang, nanti El sama yang lain baru nyesel." Goda Keyra di sertai tawa ejeknya.

Satya diam, dia tidak bisa terus membohongi perasaannya sendiri "Key, menurutmu El suka sama aku tidak?" Tanyanya penuh harap.

"Sebentar. Heuummmm...." Keyra berdehem panjang, di tatapnya wajah tampan Satya sambil menggerakkan tangan membentukkan jarinya kotak seolah menilai apakah Satya tipe Elena atau bukan "Tidak." Jawabnya dengan wajah tanpa dosanya.

Ingin sekali Satya mencabik mulut durjana Keyra. Tadi ia minta Satya agar jujur sama Elena, tapi saat di minta pendapat jawabannya malah bikin down.

Tawa Keyra pecah melihat ekspresi kekesalan Satya. Ada kesenangan sendiri saat mengerjainya. Dia sama Satya memang selalu bertengkar dan berdebat kecil, terkadang karena memperebutkan Elena. Seperti waktu itu pernah mereka berdua saling tarik Elena agar berangkat ke kampus bareng, alhasil Keyra yang menang hingga membuat Satya kesal dan merasa Keyra saingan terberatnya untuk mendapatkan Elena.

"Salah besar aku tanya sama kamu." Jengah Satya enggan menatapnya.

Keyra menghentikan tawanya "Kamu sukanya sama dia tapi kamu tanya sama aku, ya jelas aku tidak tahu." Ketusnya dengan tatapan sinis "Kalau kamu mau tau bagaimana perasaan El yang sebenarnya, ya kamu tembak dia. Ungkapin perasaan kamu, daripada kamu pendam sendiri."

Satya diam, sedikit membenarkan ucapan Keyra. Mungkin sudah waktunya dia mengungkapkan perasaannya pada Elena.

"Tunjukkan sama El kalau kamu sangat mencintainya. Biasanya cewek itu akan luluh kalau lihat cowoknya confess duluan. Tapi kalau kamu diam aja, ya El mana tahu kamu mencintainya. Dan selamanya mungkin perhatian kamu akan di anggap bentuk persahabatan, bukan cinta." Lanjutnya berfikir dengan bijak, urusan cinta memang Keyra jagonya. Meskipun dirinya sendiri masih jomblo.

"Jadi aku harus tembak dia?" Tanya Satya meminta pendapatnya lagi.

"Iya." Jawab Keyra singkat.

"Bagaimana jika El menolakku?" Satya sedikit ragu.

"Aku bisa membantumu." Ucap Keyra tersenyum penuh arti.

"Benarkah? Bantu aku dapatkan El?" Senyuman Satya mengembang, ia sangat antusias.

"Tidak."

"Terus bantu apa?"

"Bantu kamu gantung diri." Jawab Keyra dengan tampang tanpa dosanya lalu tertawa keras.

"Sialan." Umpat Satya kesal.

"Hahahhahaaaaaa...."

.

~Bersambung~

*-*-*-*-*-*-*-*-*

Jangan lupa LIKE, COMMENT, dan VOTE yaaa Gengsss....

Love You~

1
Nur Haswina
apa mungkin dia saudara kembar terpisah satu ikut mamanya satu lagi ikut papahnya
•🌻 𝓼𝓾𝓷𝓯𝓵𝓸𝔀𝓮𝓻𝓼 🌻•
yaa kukiri chatstory🥲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!