NovelToon NovelToon
Falling In Love Again After Divorce

Falling In Love Again After Divorce

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Cerai / Percintaan Konglomerat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:9.6k
Nilai: 5
Nama Author: Demar

Sean Montgomery Anak tunggal dan pewaris satu-satunya dari pasangan Florence Montgomery dan mendiang James Montgomery yang terpaksa menikahi Ariana atas perintah ayahnya. Tiga tahun membina rumah tangga tidak juga menumbuhkan benih-benih cinta di hati Sean ditambah Florence yang semakin menunjukkan ketidak sukaannya pada Ariana setelah kematian suaminya. Kehadiran sosok Clarissa dalam keluarga Montgomery semakin menguatkan tekat Florence untuk menyingkirkan Ariana yang dianggap tidak setara dan tidak layak menjadi anggota keluarga Montgomery. Bagaimana Ariana akan menemukan dirinya kembali setelah Sean sudah bulat menceraikannya? Di tengah badai itu Ariana menemukan dirinya sedang mengandung, namun bayi dalam kandungannya juga tidak membuat Sean menahannya untuk tidak pergi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Demar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Satu Loyang Satu Senyuman, Untuk Bayiku Tersayang

Tawa Risa dan aroma adonan yang mengembang memenuhi dapur mungil Ariana. Tidak ada kemewahan, namun ada semangat kecil dari setiap loyang kecil yang keluar dari oven. Meski sore itu sedikit mendung, tidak menyurutkan semangat Ariana. Ia duduk di depan rumah, di kursi plastik warna hijau muda, sambil menyusun kotak-kotak kue bolu dan brownies kecil yang baru ia bungkus rapi. Tidak banyak, hanya nam kotak hasil kerja keras tangannya sendiri.

Ariana menuliskan daftar menu dan harganya di kertas putih, ditulis tangan dengan pulpen hitam:

Bolu pisang lembut Rp 1500 / pcs.

Brownies coklat Rp 2500 / pcs

Kue potong mix isi 5 Rp10.000/ pack

Risa duduk di sampingnya sambil membantu menempelkan stiker kecil berbentuk bunga di kotak plastik. Selain membuat pesanan besar, Ariana juga menjual potongan kue di depan rumah. Lumayan untuk sekedar menambahi uang belanja bahan pembuatan kue esok hari.

“Mbak, harganya nggak mahal tapi enak banget. Ibu juga bilang gitu.”

Ariana tersenyum. “Mbak memang nggak mau jual mahal. Yang penting cukup buat beli beras dan sayur, sama sisain dikit buat dedek bayi.”

“Aku doain laku ya.” Risa meniup stiker terakhir seperti meniup lilin ulang tahun. “Kayak sulap, biar laris.”

Ariana tertawa pelan.

Beberapa menit kemudian, suara langkah mendekat dari arah samping pagar. Seorang ibu-ibu muda, yang sempat melihat brosur promosi kue Ariana buatan Bu Ajeng yang ditempel di warung-warung dan jalanan sekitar komplek.

“Mbak Ariana ya? Yang bikin bolu pisang itu?”

Ariana berdiri, menyambut dengan ramah.

“Iya Bu. Mau coba satu?”

“Saya mau bolu pisangnya lima, brownisnya tiga dan yang mix satu. Anak saya susah makan, tapi katanya bolunya Mbak lembut.”

“Sebentar ya Bu.”

Ariana membungkus pesanan pembeli dengan hati-hati. Ia belum bisa cepat-cepat seperti para ahli kue.

“Harganya juga ramah ya. Saya suka… soalnya banyak yang jual makanan rumahan tapi dipatok kayak harga cafe.”

Ariana hanya tersenyum tidak ingin menanggapi lebih lanjut sebab siapapun penjualnya yang mengetahui modal dan target pasar hanya penjualnya sendiri.

“Semoga suka ya Bu.” Ucap Ariana menyerahkan bungkusan plastik pesanan pembelinya.

Setelah pembeli itu pergi, Ariana duduk lagi.

Ia menatap keranjang kue miliknya, sisa sedikit lagi. Belum habis, tapi bagi Ariana itu sudah lebih dari cukup.

“Satu loyang, satu senyuman. Ternyata begini rasanya hidup dari tangan sendiri, tidak ada tekanan,” gumamnya pelan.

Risa berseru dari dalam rumah, “Mbak, ovennya bunyi lagi!”

Ariana berdiri, satu senyuman sudah minta dikeluarkan dari dalam oven.

Ariana menata loyang kosong di rak, sementara tangannya sesekali menyeka peluh dari dahi. Ia bergerak lebih lambat sekarang bukan karena malas, tapi karena tubuhnya mulai memberi sinyal perubahan. Sementara pesanan kuenya mulai meningkat, Ariana masih mengerjakannya dengan tangannya sendiri. Ia bersyukur, sesekali Risa dan Bu Ajeng datang membantunya di kala luang.

Perutnya yang dulu hampir tak terlihat kini bulat jelas di balik daster polos yang longgar. Ariana membungkuk untuk mengambil tepung namun sesuatu membuatnya terhenti. Air matanya menetes tanpa diperintah.

Sentakan kecil itu nyata, di dalam rahimnya.

Ia meraba perutnya pelan, belum puas hanya satu kali, Ariana ingin merasakan sensasi itu lagi dan lagi. Bayinya mendengar apa yang mamanya minta, ia menendang dengan sangat kuat.

Ariana duduk perlahan di sofa, Ia membelai perutnya dengan lembut.

“Hari ini ada empat loyang yang harus selesai sebelum sore. Kita bekerja sama ya Nak?”

Tidak ada jawaban, tentu saja. Tapi satu kali lagi gerakan kecil itu terasa, sebelum kembali tenang membiarkan Mamanya bekerja lebih keras.

“Mbak Ariiianaa.”

Ariana tidak perlu membuka pintu lagi, Risa sudah seperti masuk ke rumah sendiri. Ia datang membawa daftar pesanan baru yang ditulis tangan oleh Bu Ajeng.

“Mbak, ini pesanan dari Bu Rena, Bu Endah, sama tetangga barunya Bu Lastri. Katanya bolu Mbak lebih lembut dari kue pasar!”

Ariana tersenyum sambil membaca daftar itu.

“Tiga loyang bolu pisang, dua brownies, satu kue potong… banyak juga ya.”

“Banyak, tapi Mbak pasti bisa. Nanti aku bantu bungkusin kayak biasa!”

“Kalau gitu nanti aku tambahin potongan besar buat kamu.”

“Yeeeeaay!” Risa berputar di lantai dapur.

Setiap loyang yang masuk oven, satu adonan lagi dibentuk menunggu antrean masuk. Ariana melakukannya berulang kali, jangan sampai ada satu bahan yang terlewat.

Setiap malamnya, Ariana mencatat penghasilannya dengan di buku kecil di atas meja makan. Setiap rupiah yang ia tulis terasa seperti pengakuan bahwa ia bisa… berdiri sendiri.

Ia menatap satu catatan kecil di kotak yang sudah ia persiapkan jauh-jauh hari.

‘Untuk kebutuhan bayi dan Sedikit tabungan.’

Ariana menutup bukunya dan mengusap perutnya dengan tenang.

“Hari ini kita melakukannya dengan sangat baik. Besok kita berjuang lagi ya Nak.”

***

Klinik bersalin itu kecil dan bersih, tidak jauh dari rumah kecil Ariana. Bangunannya bercat putih pucat, dengan halaman mungil berisi pot-pot tanaman lidah mertua dan daun sirih. Tak ada aroma rumah sakit, hanya bau alkohol medis yang samar.

Ariana duduk di ruang tunggu dengan satu tangan memegangi tas kecil di pangkuannya. Di dalamnya ada hasil dari tiga hari jualan kue. Lebih dari cukup untuk biaya pemeriksaan dan vitamin untuknya dan bayinya.

Ariana berdiri perlahan saat mendengar namanya dipanggil menuju ruangan dokter yang akan memeriksa bayinya hari ini. Perutnya mulai besar, tapi langkahnya masih ringan.

Ruang pemeriksaan sederhana. Seorang dokter perempuan paruh baya tersenyum ramah sambil mempersilakan Ariana naik ke tempat tidur yang sudah disediakan.

“Ibu Ariana, ini kehamilan pertama?”

Ariana mengangguk. “Iya Dok, ini pertama kalinya saya USG juga.”

“Baik, kita mulai ya. Tarik napas perlahan… rileks… tahan sebentar.”

Ariana sedikit meringis saat gel dingin menyentuh kulit perutnya, tapi tak bersuara. Lalu layar kecil di samping tempat tidur menunjukkan gumpalan abu-abu.

Sedikit ditekan, dan… muncul bentuk kecil yang bergerak lincah.

Dug… dug… dug…

Suara itu…

Ariana membekap mulutnya, jantungnya berdetak lebih cepat. Air matanya luruh seketika.

Anakku, ini Mama…

“Semua normal, Bu. Usia kandungan tujuh belas week. Detak jantungnya juga normal.”

Suara dokter hanya seperti gema, Ariana tidak bisa mengalihkan pandangan dari layar itu.

Layar itu masih menyala. Gambar kecil itu masih bergerak perlahan, seperti menari dalam air.

Ariana mengusap air mata di sudut matanya saat sang dokter menggeser alat USG perlahan dan mulai mencetak gambar untuk ia bawa pulang.

“Bu Ariana ada keluhan nggak sekarang?”

Ariana mengangguk kecil. “Kadang punggung saya pegal Dok, kalau mual sudah tidak lagi.”

Dokter tersenyum sambil menyodorkan tisu ke arahnya.

“Punggung dan pinggang pegal itu biasa di trimester dua. Apalagi kalau Ibu banyak berdiri atau membungkuk.”

Ariana duduk pelan sambil merapikan bajunya kembali.

“Setiap hari saya membuat kue di rumah Dok. Hanya usaha kecil namun masih saya kerjakan sendiri”

“Itu bagus, tetap aktif tapi Ibu harus tau menjaga batasannya. Berdiri terlalu lama, mengangkat benda berat dan terlalu lelah bisa memicu kontraksi palsu.”

Ariana mengangguk pelan.

“Jadi… saya harus istirahat lebih banyak ya Dok?”

Dokternya mengangguk pelan. “Bukan berarti hanya tidur ya Bu. Tapi pastikan setiap satu-dua jam berdiri, sempatkan duduk dan regangkan tubuh…. Makan teratur, utamakan sayur hijau dan protein. Kalau sempat, jalan pagi sepuluh menit cukup untuk bantu peredaran darah Bu.”

“Dan ini suplemen tambahan jika ibu berkenan dan sanggup boleh di minum.”

Ariana menerima selembar kertas berisi resep dokter.

“Terima kasih Dokter.”

1
Anonymous
so iye lu sean
Asriani Rini
Jangan jabgan keoindahan org. Tua Risa ulanh Resa sengaja ingin menjauhkan mereka dari Arians
annis
loooohhh... kok bersambung thoor.. 🙁
annis
ya Allah.. ya Allah... 🥺
Ratih Tupperware Denpasar
semangat ariana, smg bayinya sehat2
Mundri Astuti
si sean bener" ya
Ratih Tupperware Denpasar
sekarang kamu meeasa terhina, sebelum2nya tindakanmu ke ariana apa ga menghina dia? nikmati aja kesombonganmu sean, sdh bagus papamu memcafikan istri yg baik malah kamu sia2kan... hanya krn ariana miskin dan ga dipoles mau up kamu merndahkannya... dasar bod 0h kamu
Purnama Pasedu
ariana bersama Sean,aman dari teror Clarisa dan nyonya
hartiva lattang
sean semangat utk mempertahankan ariana. buktikan klo qm berubah
Ratih Tupperware Denpasar
menyesal ya kamu sean? walaupun terlambat jaglah calon anakmu jangan sampe ibumu dan clarisa menyakitanya lagi
Atika Sari
sejauh ini masih bisa dibikin greget,tokoh cewknya ga menye2,klo bsa bkin sean bersaing sma pak letnan,biar seru
Ulla Hullasoh
semangat Thorrr
Ulla Hullasoh
semangat Arianaaaaa
Ulla Hullasoh
Ariana pantas bahagia dengan irang yg lbh segalanya dari sean
Ulla Hullasoh
kasian Ariana
hartiva lattang
kak buat ariana dan sean balikan yaaa. memulai rt lahi bersama
tp sebelumx buat Sean setengah mati mengejar kembali ariana
Purnama Pasedu
meneror ariana tahu
Ratih Tupperware Denpasar
sean memang pria b0d0h bin tolong ini pasti turunan dari mak nya
Anonymous
ayo ka up lagi seru nih cerinta nya
Protocetus
jika berkenan mampir ya ke novelku Mercenary Of El Dorado
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!