Rania Kirana seorang penjual cilok berprinsip dari kontrakan sederhana, terpaksa menerima tawaran pernikahan kontrak dari Abimana Sanjaya seorang CEO S.T.G. Group yang dingin dan sangat logis.
Syarat Rania hanya satu jaminan perawatan ibunya yang sakit.
Abimana, yang ingin menghindari pernikahan yang diatur keluarganya dan ancaman bisnis, menjadikan Rania 'istri kontrak' dengan batasan ketat, terutama Pasal 7 yaitu tidak ada hubungan fisik atau emosional.
Bagaimana kelanjutannya yukkk Kepoin!!!!
FOLLOW ME :
IG : Lala_Syalala13
FB : Lala Syalala13
FN : Lala_Syalala
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PKCD BAB 25_Pesta Ulang Tahun
Saat persiapan pesta berjalan lancar, Rania menghadapi dilema besar yaitu untuk mencari hadiah ulang tahun untuk Abimana.
Ia tidak mungkin memberinya dasi mahal atau jam tangan mewah karena Abimana sudah punya segalanya.
Rania mengambil pena kayu pemberian Abimana dan mulai menuliskan ide-ide di buku catatannya.
'Apa yang dibutuhkan seorang pria yang punya segalanya?'
Rania menyadari Abimana kekurangan waktu dan kehangatan, mungkin dia bisa mencari sesuatu dari clue tersebut.
Rania memutuskan untuk membuat hadiah yang berasal dari tangannya sendiri, sebuah hadiah yang tidak ternilai dengan uang.
Ia meminta Rendra untuk mengatur agar ia bisa menggunakan dapur besar penthouse secara pribadi.
Pada hari-H pesta, Abimana terlihat sangat tampan, ia mengenakan tuxedo klasik dan ia tampak sedikit lebih santai dari biasanya.
Di tengah pesta yang megah di hadapan Ny. Widiastuti, Amelia dan seluruh sosialita Abimana dan Rania naik ke panggung.
Setelah menerima ucapan selamat Abimana menatap Rania.
"Sekarang, giliran mu Rania, apa hadiah kamu padaku?" tnya Abimana yang cukup penasaran juga.
Rania tersenyum, diaa tidak memberikan kotak mahal.
Ia mengeluarkan sebuah bingkai foto berukuran kecil yang sudah dibungkus rapi.
"Abi, semua orang di sini tahu kamu adalah pria yang sangat sukses dan logis, tapi aku tahu di balik jas mahal itu ada seorang pria yang lelah dan merindukan kehangatan," kata Rania suaranya lembut.
Rania menyerahkan bingkai itu Abimana membukanya dn itu adalah foto hitam putih yang Rania temukan di album lamanya yaitu toto masa kecil Abimana dengan kedua orang tuanya, di mana ia tertawa lepas.
"Aku tahu kamu menyukai foto ini Abi, aku ingin kamu selalu ingat, bahwa kamu tidak harus selalu serius dan aku ingin kamu ingat kebahagiaan sejati tidak bisa dibeli dengan harga saham." kata Rania.
Abimana terdiam, dia melihat foto itu lalu menatap Rania, matanya berkaca-kaca, sebuah reaksi yang tak pernah ia tunjukkan di depan umum.
Kemudian, Rania mengeluarkan hadiah kedua yaitu sebuah kain selimut tenun sederhana (selimut yang ia beli di Bali) yang sudah ia bordir dengan inisial 'A' dan 'A' yang saling berdekatan.
"Dan ini adalah janji ku Abi, kapan pun kamu merasa lelah dan dingin, gunakan selimut ini karena aku berjanji aku akan selalu ada untuk mengingatkan kamu tentang kehangatan." bisik Rania.
Seluruh ruangan terdiam, semua orang termasuk Amelia terkejut, hadiah itu sangat personal, sangat intim dan menunjukkan ikatan emosional yang jauh melampaui pernikahan kontrak.
Abimana meletakkan bingkai foto dan selimut itu, ia menatap Rania, matanya dipenuhi emosi yang tidak ia mengerti.
Ia tidak lagi peduli pada sandiwara, pada Amelia atau pada logika bisnis nya lagi.
"Terima kasih Rania." bisik Abimana dengan suaranya yang serak.
Ia kemudian memegang wajah Rania dan menciumnya.
Kali ini ciuman itu tidak dingin, ciuman itu adalah ciuman rindu yang penuh kehangatan dan lebih lama dari ciuman pertama mereka, ciuman yang sepenuhnya melanggar Pasal 7 dan janji yang mereka buat.
Rania terkejut tetapi ia tidak mendorongnya, ia membalas ciuman itu, merasakan emosi yang meledak-ledak.
Ia sadar acting mereka telah menjadi nyata, ia telah jatuh cinta pada pria yang seharusnya ia jauhi.
Ketika ciuman itu berakhir, seluruh ballroom bertepuk tangan meriah, mereka yakin ini adalah kisah cinta paling tulus di kalangan elit.
Amelia hanya bisa menatap mereka, wajahnya pucat pasi karena kekalahan.
Ia tahu ia tidak bisa mengalahkan cinta yang terlihat sejati ini.
Namun di tengah gemuruh tepuk tangan, Rania menyadari dilema yang lebih besar yaitu dia dan Abimana telah melanggar perjanjian mereka, bukan demi taktik melainkan demi perasaan.
Pagi setelah pesta ulang tahun Abimana yang menggemparkan, penthouse terasa sangat hening.
Rania terbangun di kasur sendirian, ia menoleh ke sofa dan Abimana tidak ada di sana.
Jantung Rania berdebar kencang, ciuman tadi malam adalah sebuah anomali besar.
Ciuman itu hangat, tulus dan merupakan pengakuan diam-diam dari perasaan yang telah lama mereka sembunyikan.
Abimana tidak menciumnya sebagai CEO tapi dia menciumnya sebagai seorang pria.
Rania segera bangkit dan mencari Abimana, ia menemukannya di ruang kerja, sudah rapi dengan jas formalnya menghadap jendela kaca sambil melihat pemandangan kota.
"Abi," panggil Rania suaranya sedikit bergetar.
Abimana menoleh wajahnya kembali ke ekspresi dingin dan serius, seperti tembok yang dibangun kembali.
Ia memegang pena kayu pemberian Rania, tetapi ekspresinya tak terbaca.
"Selamat pagi Rania," sapa Abimana dengan begitu formal.
"Abi, kita perlu bicara tentang tadi malam," kata Rania langsung ke intinya, dia tidak ingin basa-basi lagi.
"Tidak ada yang perlu dibicarakan Rania, itu adalah sebuah taktik pertahanan terakhir." jawab Abimana suaranya datar.
"Amelia dan Tuan Kusuma ada di pesta itu, aku harus membuktikan kepada seluruh dunia bahwa pernikahan kita nyata dan intim dan itu adalah acting yang sangat mendesak." ucap Abimana.
Rania merasa hancur, dia tahu Abimana berbohong, ciuman itu tidak terasa seperti acting sama sekali.
"Jangan berbohong Abi," balas Rania dengan menatapnya dengan mata terluka.
"Aku tahu itu bukan taktik, aku tidak bodoh, kamu bisa saja memeluk ku atau menyentuh pipi ku, tetapi kamu memilih untuk mencium aku seperti... seperti kamu sungguh-sungguh." ucap Rania.
Abimana mengalihkan pandangannya dari Rania kembali menatap kota, ini adalah pengakuan tidak langsung bahwa Rania benar.
"Aku melanggar janji Rania dan aku minta maaf, itu adalah impuls yang tidak terencana, tapi itu tidak mengubah apa pun karena kita tetap terikat pada Pasal 7. Pernikahan ini memiliki batas waktu dan kita tidak boleh melangkah lebih jauh dari perjanjian," kata Abimana keras pada dirinya sendiri.
Rania berjalan mendekat ke Abimana. "Kenapa Abi? Kenapa kamu begitu takut pada perasaan? Kamu telah melihat kejujuran ku, aku telah melihat kebaikan mu dan kita sudah melewati begitu banyak hal bersama, apakah kamu tidak menyadari bahwa kita... kita mungkin sudah jatuh cinta?" seru Rania.
Kata-kata 'jatuh cinta' menggema di ruangan kaca itu dan Abimana menoleh cepat ke arah Rania, matanya tajam dan penuh penolakan.
"Jangan pernah mengucapkan kata-kata itu lagi Rania karena cinta adalah variabel yang merusak dan aku tidak akan membiarkan itu merusak rencana sempurna ku," ucap Abimana suaranya dipenuhi amarah yang terpendam.
"Rencana apa Abi? Rencana yang membuat mj kesepian dan dingin? Rencana yang membuat kamu harus tidur di sofa setiap malam karena takut melanggar janji palsu?" Rania balik bertanya dengan frustrasi.
"Aku tidak akan menuntut kamu menceraikan aku atau mengubah perjanjian tapi akh hanya meminta kamu untuk jujur pada diri sendiri." ucap Rania.
.
.
Cerita Belum Selesai.....
dia guru terbaik dalam kehidupan.
ayak ayak wae...
di tunggu updatenya