Liora tak pernah menyangka jika pertemuannya dengan Marvin akan membawanya pada sesuatu yang menggila. Marvin, pria itu begitu menginginkannya meskipun tahu jika Liora adalah adik iparnya.
Tidak adanya cinta dari suaminya membuat Liora dengan mudah menerima perlakuan hangat dari kakak iparnya. Bukan hanya cinta yang Marvin berikan, tapi juga kepuasan diatas ranjang.
"Adikku tidak mencintaimu, jadi biar aku saja yang mencintaimu, Liora." ~ Marvin Leonardo.
📍Membaca novel ini mampu meningkatkan imun dan menggoyahkan iman 😁 bukan area bocil, bijak-bijaklah dalam membaca 🫣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red_Purple, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 ~ CTDKI
Marvin kembali ke ruangan kerjanya setelah selesai memimpin rapat siang ini. Duduk di kursi kebesarannya dengan kepala sedikit menengadah ke atas, pikirannya mulai melayang jauh, memikirkan apa yang sedang dilakukan oleh adik iparnya sekarang ini dirumah.
Beberapa bulan lalu dia sempat mendengar saat ibunya sedang berbicara dengan seseorang ditelepon dan sedang membicarakan tentang pernikahan Haikal. Awalnya Marvin tidak tertarik, namun saat secara tidak sengaja dia melihat foto-foto pernikahan adiknya itu di laptop ibunya, Marvin merasa tertarik dengan sosok wanita yang dinikahi oleh adiknya. Bahkan dia sering berfantasi liar membayangkan wajah adik iparnya.
Liora memiliki aura yang memikat. Bahkan dihari pertama mereka saling bertemu, Marvin semakin mengagumi paras cantik adik iparnya. Daya tariknya bak magnet yang kuat, mampu membuat Marvin dengan mudah mengaguminya.
"Tidak," Marvin membenarkan duduknya, menggeleng-gelengkan kepalanya cepat. "Aku bisa gila. Aku harus pulang dan melihatnya."
"Tapi, aku harus cari alasan apa jika ada yang bertanya? Tidak mungkin kan aku jawab jujur?" Marvin memijat-mijat pelipisnya, merasa frustasi.
"Tidak bisa!" Marvin menggebrak mejanya dengan keras dan berdiri dengan cepat. "Aku harus pulang dan melihatnya!"
Rasanya dia hampir gila hanya karena tidak melihat Liora dalam beberapa jam saja. Marvin memang tidak memiliki kontak Liora hingga dia tidak bisa menghubunginya. Bisa saja dia menelpon kerumah, tapi pasti pelayan yang mengangkat.
"Kak Marvin...!" suara Haikal menghentikan langkah Marvin tepat didepan lift.
"Kakak mau keluar untuk makan siang?" tanya Haikal. "Gimana kalau kita makan siang bareng?" ajaknya kemudian.
"Oh, aku," Marvin menggaruk tengkuknya. "Aku mau ke bengkel untuk mengambil mobilku. Sekalian mau pulang sebentar kerumah untuk mengambil barangku yang ketinggalan." kilahnya beralasan.
"Kenapa tidak menyuruh orang saja untuk mengambilnya, Kak? Kakak bisa menyuruh asisten Kakak untuk mengambilnya," ujar Haikal. Disaat bersamaan pintu lift terbuka dan keduanya masuk ke dalam lift.
"Aku ambil sendiri saja, sekalian mau cuci mata," jawab Marvin dengan nada bercanda.
Keduanya berpisah di depan kantor. Haikal pergi dengan mobilnya sendiri sementara Marvin dengan bodyguard yang mengantarnya sampai ke bengkel. Selesai dengan transaksinya di bengkel, Marvin langsung melajukan mobilnya menuju ke rumah dengan perasaan tidak sabar. Meskipun Liora mengatakan jika dia baik-baik saja, tapi Marvin tahu jika Liora sedang menutupi sesuatu.
Sesampainya di rumah, Marvin masuk ke dalam rumah dengan langkah terburu-buru, kepalanya menoleh kesana kemari untuk mencari keberadaan Liora.
"Dimana ayahku?" tanya Marvin pada seorang pelayan yang sedang bersih-bersih diruangan depan.
"Tuan besar sedang istirahat dikamarnya, Tuan." jawab pelayan itu.
"Kalau Tante Maria dan Liora?"
Marvin memang lebih suka memanggil istri kedua ayahnya dengan sebutan Tante jika didepan orang-orang, namun jika hanya dengan wanita itu dia akan memanggilnya dengan sebutan 'Anda'.
"Nyonya Maria belum pulang, biasanya nanti agak sorean pulangnya. Kalau Nona Liora dari pagi masih belum turun, Tuan."
Marvin mengernyitkan keningnya. Liora belum turun? Mungkinkah dia benar-benar sakit?
"Apa Audrey sudah pulang?" tanya Marvin lagi, dia harus memastikan tidak ada yang memergokinya saat dia menemui Liora nanti.
"Non Audrey juga belum pulang, Tuan. Biasanya sekitar jam duaan pulangnya,"
Marvin merasa sedikit lega karena adiknya belum pulang hingga dia bisa dengan bebas menemui Liora untuk melihat keadaannya.
"Ya sudah, kamu lanjutkan pekerjaanmu lagi,"
Pelayan itu mengangguk, "Baik, Tuan."
Marvin langsung berjalan menaiki tangga begitu dia meninggalkan ruangan depan. Pintu kamar Liora masih tertutup rapat, Marvin membuka pintunya tanpa mengetuknya lebih dulu, beruntung pintunya tidak dikunci hingga dia bisa langsung masuk. Tidak peduli jika dia dibilang tidak sopan karena telah berani masuk kedalam kamar adiknya hanya demi ingin melihat wajah adik iparnya, karena memang seperti itulah faktanya.
Diatas ranjang Liora tengah tertidur dengan selimut yang hanya menutupi sampai ke lutut. Marvin melangkahkan kakinya perlahan dengan pandangan mengunci wajah Liora. Dia berdiri di samping ranjang selama beberapa saat, kemudian duduk di tepian ranjang supaya bisa memandang wajah Liora lebih dekat.
Satu tangannya terulur untuk menyentuh kening Liora, ingin memastikan jika wanita itu tidak demam. Beruntung suhu tubuh Liora normal hingga Marvin bisa bernapas lega.
"Syukurlah kamu tidak demam." Marvin mengeluarkan botol vitamin yang dia beli tadi di apotek dari saku jasnya dan meletakkannya di atas nakas.
Tidurnya mulai gelisah, kepalanya bergerak kekiri dan ke kanan, tangannya meraba-raba hingga menyentuh paha Marvin. Marvin hanya diam dan memperhatikan, dia menarik dirinya mendekat saat Liora mengangkat kepalanya masih dengan mata yang terpejam, kemudian menjatuhkan kepalanya di paha Marvin sebagai bantalan.
Untuk beberapa saat Marvin membiarkan mereka dengan posisi seperti itu. Perlahan Liora membuka matanya, mengumpulkan kesadarannya. Jas hitam yang ada didepan matanya dan aroma parfum pria membuat jantung Liora seakan berhenti berdetak. Ini bukan wangi parfum yang biasa suaminya gunakan.
"Hah!"
Dengan gerakan cepat Liora bangun, menarik selimut untuk menutupi tubuhnya sampai ke dada. Jelas dia sangat terkejut saat melihat yang sedang duduk di ranjangnya sekarang ini adalah kakak iparnya.
Marvin tersenyum melihat respon kaget yang ditunjukkan oleh Liora. "Aku kesini hanya ingin melihat keadaanmu, sekalian aku bawakan vitamin buat kamu."
Matanya mengikuti arah pandang Marvin dan melihat ada botol vitamin diatas nakas. Liora merasa tersentuh, bagaimana bisa kakak iparnya seperhatian ini padanya, sementara suaminya sendiri bahkan belum menelfon untuk menanyakan keadaannya.
"Aku harus kembali ke kantor sekarang, nanti aku akan menyuruh pelayan untuk mengantarkan makanan untukmu." Marvin berdiri, menatap Liora untuk beberapa saat sebelum akhirnya berbalik dan meninggalkan kamar adik iparnya.
Kali ini Liora tak memprotes tindakan Marvin yang diam-diam masuk ke kamarnya dan sempat memperhatikan dirinya yang sedang tertidur. Dia yang haus akan cinta dan kasih sayang jujur merasa tersentuh akan perhatian dan sikap hangat yang ditunjukkan oleh Marvin padanya. Liora menatap kembali botol vitamin diatas nakas, senyuman kecil terbit diwajah cantiknya.
❄️
❄️
Siang ini Nyonya Maria pulang lebih awal. Sebenarnya dia sangat malas berada lama-lama dirumah semenjak suaminya mengalami lumpuh. Itulah sebabnya dia lebih suka menghabiskan waktunya diluar untuk bersenang-senang ketimbang mengurus suami yang penyakitan dan tidak bisa diandalkan lagi.
Matanya tertuju pada mobil milik Marvin begitu dia turun dari mobilnya. "Untuk apa Marvin pulang siang-siang bolong begini. Atau mungkin ayahnya yang memintanya untuk pulang?" gumamnya diiringi dengan helaan napas panjang.
Seorang pelayan yang ada diruangan depan langsung menyambut kedatangannya begitu melihat Nyonya besarnya itu pulang.
"Apa tuan muda Marvin sudah pulang?" tanya Nyonya Maria.
"Ya, Nyonya. Tuan muda barusan pulang, sekarang mungkin ada dikamarnya," jawab pelayan itu.
Nyonya Maria mengangguk-anggukan kepalanya, "Kalau begitu panggilkan Liora sekarang, aku ingin menyuruhnya pergi ke supermarket untuk belanja bulanan."
"Tidak ada yang akan memanggilnya!"
Kedua wanita itu terkejut dan menoleh ke arah sumber suara. Nyonya Maria menahan napasnya sejenak, menatap Marvin yang sedang menatapnya dengan raut wajah yang tidak bersahabat.
"Jika kamu berani naik untuk memanggilnya, maka aku akan memecatmu sekarang juga!" tegas Marvin dengan nada mengancam pada pelayan wanita itu.
🪷
🪷
🪷
Bersambung.....
kaget gak.. tegang gak anuu muu